Berada di dunia yang mana dipenuhi banyak aura yang menjadi bakat umat manusia, selain itu kekuatan fisik yang didapatkan dari kultivasi melambangkan betapa kuatnya seseorang. Namun, lain hal dengan Aegle, gadis belia yang terasingkan karena tidak dapat melakukan kultivasi seperti kebanyakan orang bahkan aura di dalam dirinya tidak dapat terdeteksi. Walaupun tidak memiliki jiwa kultivasi dan aura, Aegle sangat pandai dalam ilmu alkemi, ia mampu meracik segala macam ramuan yang dapat digunakan untuk pengobatan dan lainnya. Ilmu meraciknya didapatkan dari seorang Kakek tua Misterius yang mengajarkan cara meramu ramuan. Karena suatu kejadian, Sang Kakek hilang secara misterius. Aegle pun melakukan petualang untuk mencari Sang Kakek. Dalam petualang itu, Aegle bertemu makhluk mitologi yang pernah Kakek ceritakan kepadanya. Ia juga bertemu hantu kecil misterius, mereka membantu Aegle dalam mengasah kemampuannya. Bersama mereka berjuang menaklukan tantangan dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chu-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28
Dewi Aetheria memasuki kamar Ariel, yang sedang duduk tanpa mengenakan pakaian dan membalut tubuhnya dengan perban.
“Apa lukamu parah?” tanya Dewi dengan lembut.
Ariel yang menyadari kehadiran Sang Dewi sontak terkejut, menutup tubuhnya dengan cepat. Wajahnya terlihat sangat merah.
“Apa yang Dewi lakukan di sini?” tanya Ariel dengan malu-malu.
“Ha, apakah dia malu kepadaku?” batin Dewi sambil tersenyum licik. “Aku tidak menyangka tubuhmu akan seindah ini. Bukankah ini tubuh pria dewasa?” ujar Dewi, mengamati tubuh Ariel dengan tatapan tajam.
“Aku memang pria dewasa!” teriak Ariel dengan kesal, merasa tidak nyaman.
Dewi Aetheria mendekati Ariel, jemarinya yang panjang dan lentik mengambil perban dari tangan Ariel dan mulai membalut tubuh Ariel dengan hati-hati. Satu per satu helai kain perban melingkar di tubuh Ariel. Terkadang, jemari Dewi menyentuh kulit Ariel, membuat wajah Ariel semakin memerah.
“Baiklah, sudah selesai,” ucap Dewi Aetheria setelah selesai membalut tubuh Ariel.
Namun, wajah Ariel masih memerah. Dewi Aetheria yang melihatnya mengira Ariel sakit, lalu menaruh telapak tangannya di dahi Ariel dan mencoba menyamakan suhu di antara mereka berdua.
“Hmmm, tidak demam. Lalu kenapa wajahmu memerah?” tanya Dewi Aetheria, bingung.
Ariel menepis pelan tangan Dewi dan berkata, “Ada hal apa sehingga Dewi masuk ke kamar seorang pria?” Ariel mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Seluruh istana ini milikku, kemana aku pergi itu adalah hakku,” jawab Dewi santai, sambil berjalan menuju ranjang dan duduk di atasnya.
“Apa Dewi tidak takut aku berbuat hal buruk padamu?” tanya Ariel dengan senyum liciknya.
“Oh, hal buruk apa yang bisa kau lakukan kepadaku?” tanya Dewi dengan ekspresi polos.
Mendengar jawaban itu, tubuh Ariel bereaksi. Ia berjalan mendekati Dewi, mendorong tubuh sang Dewi ke atas ranjang, dan segera menempatkan tubuhnya di atas Dewi. Wajah mereka saling berpaut, namun Dewi Aetheria tetap menunjukkan ekspresi santainya.
“Hal buruk seperti ini yang ku maksud,” tutur Ariel dengan tatapan licik, memandang wajah Sang Dewi.
“Pfft…” Dewi Aetheria tertawa kecil.
Ariel bingung melihat Dewi yang menertawakan dirinya, tidak mengerti apa yang lucu hingga Dewi bisa tertawa. Itu bukan ekspresi yang Ariel harapkan. Merasa dipermainkan, Ariel semakin bertindak.
Ariel menarik pelan dagu Dewi, mendekatkan wajahnya pada wajah Dewi. Semakin lama, jarak mereka hanya tersisa dua jengkal.
“Plak!” Suara jentikan keras di dahi Ariel membuatnya sontak menjauh dari Dewi. Ia meringis kesakitan.
Dewi Aetheria menghela napas, “Ingin menggodaku? Kau butuh 1000 tahun untuk mendapatkan kualifikasi itu,” ucap Dewi dengan santai.
Dewi bangun dengan anggun, merapikan pakaiannya. Lalu ia bangkit dari ranjang, duduk di kursi sembari menuangkan teh dari teko ke dalam gelas.
Sementara itu, Ariel masih memegangi dahinya yang merah.
“Oh, apakah hanya Dewa Caldris yang memiliki kualifikasi itu?” tanya Ariel dengan kesal sambil mengusap-usap dahinya.
Dewi Aetheria kembali menghela napas melihat tingkah Ariel, “Berhenti mengalihkan pembicaraan. Jadi, apa yang kau lakukan sehingga membuat Aureon hendak menghukummu?” tanya Dewi Aetheria sambil meneguk teh yang telah ia buat.
“Jadi, kau pikir aku yang melakukan kesalahan? Kau lebih percaya kepada dewa bejat itu?” balas Ariel semakin kesal.
“Aku sudah mengenal Aureon begitu lama. Aku tahu dia orang seperti apa. Walaupun tindakannya cukup kejam, tetapi dia tidak akan memukul orang tanpa sebab,” jelas Dewi Aetheria dengan santai.
Wajah Ariel merah padam, terlihat seperti asap keluar dari kepalanya saking kesalnya. Bahkan, dia tidak bisa berkata-kata.
“Aku ingin istirahat, tubuhku lelah. Dewi, silakan keluar,” ucap Ariel, merebahkan tubuhnya di kasur dan menutup dirinya dengan selimut.
Dewi Aetheria menatap Ariel dengan kebingungan. Apakah ada kata yang salah yang dia ucapkan? Kenapa sekarang Ariel yang marah? Dewi Aetheria hanya menghela napas, lalu pergi meninggalkan Ariel.