Mr. Mafia Is Mine

.

.

.

Rintik turun menghujam bumi dengan deras. Bau anyir menyeruak masuk ke dalam paru-paru. Hembusan napas berbau tembakau cukup kuat berputar-putar di dalam ruangan mewah. Lelaki yang masih terlihat gagah di usia tak lagi muda, masih mampu memberikan pesona nya.

Tubuh kekar dengan beberapa sayatan samar di tubuh atletis lelaki Yamato itu, menambahkan kata jantan pada dirinya. Namun apalah guna semuanya. Kala tidak ada cinta dan kehangatan yang dunia ini tawarkan untuk nya. Zeo Yamato, mantan Bos Mafia besar Jepang. Lelaki yang paling di takuti di dunia gelap.

Jari jemari kasar itu mengalihkan lembaran kertas yang tergeletak pasrah di atas meja. Sedangkan tangan kanan nya, mengapit rokok mahal menjadi di sela Ibu jari dan jari telunjuk. Kata demi kata di tangkap dengan intens oleh netra coklat dingin. Sebelum jari jemari nya menyentuh beberapa foto yang memperlihatkan senyum hangat wajah putranya. Di sana tampak jelas, wajah menantunya.

Lelaki bertubuh kekar senantiasa berdiri di samping kanan. Berdiri dengan tetap tanpa banyak kata yang di hempas kan. Bahkan deru napas nya terdengar samar. Begitu profesional, sebagai seorang anggota Mafia ternama. Mereka di didik dengan keras dan ganas. Tidak suka banyak bermain lisan. Mereka lebih suka mendengarkan suara tembakan yang memekakkan telinga. Atau suara pekikan keras kesakitan dari musuh. Dari pada nada yang di hempasan oleh lisan.

"Menarik." Seru Zeo dengan nada serak kala tangan nya melepaskan lembaran foto ke atas meja.

Punggung keras menyapa kursi empuk yang sudah lama setia menemaninya. Memberikan kenyamanan saat ia memilih menyendiri dalam kegelapan. Roma menjadi tempat yang begitu tenang bagi Zeo. Lepas dari hiruk-pikuk senjata. Lepas dari wanita gila yang ingin sekali di hancur dengan kedua tangannya. Namun sayang, di dunia gelap masih ada aturan yang tidak bisa di langgar. Salah satunya adalah seorang suami tidak di perkenankan mencabut nyawa istri sah secara jelas. Namun tidak ada larangan jika mantan Bos Mafia itu menghabisi sang Istri dengan pembunuh bayaran. Gila bukan? Namun itulah kenyataannya. Dunia gelap punya aturan sendiri, yang tak kalau gilanya dengan penghuni.

"Bagaimana dengan anak gadis Dragon?" tanya Zeo dengan menatap intens wanita di yang berdiri tegap di depan nya itu.

"Menurut mata-mata kita. Dragon tidak mengambil banyak tindakan akan hal ini Bos. Hanya saja, Nyonya Yakuza menghabisi keluarga Nyonya muda. Sayang sekali, salah satu keluarga Nyonya muda ada yang selamat. Secara pasti, ke depan nya. Yang selamat akan menjadi ancaman untuk Nyonya muda," jelasnya dengan lugas.

Zeo tersenyum miring. Tak di sangka, jika wanita gila itu mampu menghabisi keluarga dari wanita yang di cintai oleh putranya. Ah! Bukankah hal itu wajar, mengingat jika wanita gila itu adalah pencinta kekuasaan dan uang. Jadi, menghabis orang yang di nilai menghalangi jalan nya bukanlah hal yang sulit. Sayang sekali, putranya harus merasakan apa yang ia rasakan.

Kehilangan orang yang di cintai, pasti! Itulah yang akan Hiro rasakan. Jika tidak cepat bertindak.

"Bagaimana dengan Hiro?"

"Tuan Muda, menempatkan keamanan tingkat tinggi di Rumah Sakit di mana adik iparnya berada. Hanya saja, itu akan sia-sia. Jika Tuan Muda tidak memotong ekor yang busuk."

Zeo berdecak pelan. Anak lelaki nya itu benar-benar menyayangi wanita gila itu. Zeo meninggalkan Hiro bersama Kara. Memberikan jabatan tinggi itu pada putranya yang sah. Agar Hiro dapat membuka mata dengan lebar. Siapa Kara sebenarnya, apa yang membuat Zeo membenci wanita yang di panggil Ibu oleh Hiro itu.

Tidak tau apa hasil yang akan di peroleh oleh anak nya kemudian hari. Apakah lelaki yang memiliki wajah sama persis dengan nya itu akan mendapatkan rasa sakit yang sama seperti nya. Atau lebih dari itu. Zeo Yamato hanya akan menjadi pengamat yang baik. Tiga kali ketukan di ambang pintu yang terbuka. Membawa mata coklat gelap itu melirik jauh ke depan sana. Anak buahnya membungkuk dalam. Sebelum menegakkan tubuhnya dengan tegap.

"Pesawat nya siap dan semua persiapan sudah selesai. Apakah Bos ingin kita berangkat hari ini?"

Zeo Yamato mengangguk pelan. Sebelum berdiri dari kursi singgasana nya.

***

"Selamat Tuan, istri anda hamil dua Minggu." Tutur sang Dokter kala melepaskan kaca mata tua nya.

Hiro yang berdiri tepat di samping ranjang terdiam sesaat. Seolah tidak percaya. Sedangkan Clara tersenyum lebar mengusap punggung tangan istri sang Bos dengan senang. Dera terlihat tak kalah sumbringah.

"Untuk tahap awal, saya berharap Nyonya bisa lebih hati-hati dalam banyak hal. Terutama makan, jaga pola makan sehat dan jangan stres," jelas sang Dokter lagi.

"Apakah aku tidak salah dengar?" Tanya Dera dengan nada tak percaya. Menatap Clara yang ada bibir ranjang tepat di samping nya.

"Tidak. K—nyonya benar-benar hamil. Selamat Nyonya muda dan Bos!" Seru Clara dengan senyum lebar. Hampir saja ia tak sopan di depan Hiro. Meski Bos Mafia besar itu masih diam. Mungkin terlalu syok dengan menyatakan. Atau terlalu bahagia dengan kenyataan yang di peroleh. Entahlah.

Yeko, lelaki berwajah datar itu membawa Dokter tua itu keluar dari kamar mewah. Bagi Yeko, lebih baik keluar dari kamar pribadi sang Bos. Membiarkan ke duanya di dalam. Langkah kaki lebar Yeko terhenti kala tak merasakan ada langkah kaki yang mengikuti nya dan sang Dokter. Ia membalikkan tubuhnya kebelakang. Benar saja, wanita cantik itu seperti nya masih berada di kamar.

Tanpa kata Yeko, berbalik kebelakang. Berdiri di ambang pintu dengan mata menatap lekat Clara. Wanita cantik itu baru sadar jika harusnya ia tak lagi di kamar. Dengan secepat kilat. Wanita berdarah Cina itu keluar dari kamar. Menutup perlahan pintu kayu. Menyusul Yeko yang sudah lebih dahulu melangkah.

Di dalam kamar, dua orang dengan pemikiran berbeda namun dengan kebahagiaan yang sama masih terbenam dalam rasa bahagia. Sebelum salah satu dari mereka tersadar. Telapak tangan besar menyentuh perut datar Dera dengan gerakan dingin. Seolah-olah jika Hiro bergerak kasar sedikit saja. Maka janin yang ada di dalam rahim sang istri akan terluka.

"Selamat Nyonya Yamato." Seru Hiro dengan nada ceria. Lelaki yang tengah mengelus perut datar Dera itu tak segan melayangkan kecupan ringan di atas perut Dera.

Dera tersenyum lembut. Meraih tangan Hiro yang sempat mengelus perut datarnya. Menarik Hiro agar berbaring di samping nya. Lelaki tampan dengan wajah bak animasi itu berbaring di samping tubuh sang istri. Menarik masuk tubuh Dera ke dalam pelukannya. Telapak tangan besar Hiro mengusap punggung belakang Dera. Kecupan di layangan di dahi wanita mungil itu dengan lembut.

"Terimakasih istri ku." Serunya sebelum mengecup lagi dahi Dera lama.

Dera membalas pelukan sang suami dengan senyum lebar. Ah! Ia benar-benar telah jatuh pada pesona dan kehangatan yang di berikan oleh Hiro. Lelaki Mafia yang di nilai gila, membuat nya jadi tergila-gila.

Dera mulai ingin merajut asa dan harapan indah bersama Hiro. Bukan harapan tentang kekayaan yang berlimpah. Namun tentang keluarga kecil yang penuh dengan kehangatan. Sungguh impian yang sederhana. Namun terasa berat untuk di wujudkan.

"Terimakasih juga suami, ku! Aku berharap kita akan menjadi orang tua yang hebat untuk anak-anak kita nanti," tutur Dera dengan penuh harap.

"Hem! Semoga saja!"

.

.

.

Jangan lupa, Vote+Like+ Komentar nya All 😁🙏