Difitnah, ditalak, dan diusir suaminya tidak membuat seorang wanita bernama Mila menyerah. Dia tetap bertahan demi untuk mendapatkan hak asuh anaknya.
Setelah dipisahkan dengan anaknya, Mila akan terus berjuang untuk mendapatkan anaknya kembali.
Apa yang akan Mila lakukan agar Aluna bisa kembali ke dalam pelukannya lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lelaki itu...
"Iya Mas. Cepat ya. Sekalian aku pengin cari sarapan yang paling spesial yang ada di restoran sini."
"Oke."
Sebelum turun dari ranjangnya, Adnan mencium kening dan ke dua pipi Monika. Setelah itu dia pun mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.
Selesai mandi, Adnan ganti baju. Setelah siap, Adnan dan Monika kemudian pergi meninggalkan kamar hotel.
Seperti janji Adnan kemarin, kalau dia akan mengajak istrinya keliling Bali untuk melihat keindahan pemandangan di kota Bali. Terutama pantainya.
Waktu saat ini sudah menunjukkan jam delapan pagi.Sinar mentari di pagi ini, sudah mulai menyengat kulit. Terlihat di tepian pantai, beberapa turis sedang asyik berjemur, sebagian dari mereka, memilih berfoto-foto di tepian pantai Bali.
Pemandangan yang begitu indah, membuat semua orang takjub dengan pemandangan indah itu. Begitu juga dengan pasangan pengantin baru Adnan dan Monika. Baru kali ini, Adnan bulan madu di Bali.
Dulu sewaktu masih sama Mila, boro-boro Adnan bisa mengajak Mila ke Bali. Karena dulu, jabatan Adnan di kantor juga masih rendah. Masih sebagai karyawan biasa.
Kalau sekarang, Adnan sudah menjadi manajer di kantornya. Dengan gaji yang lumayan, dia bisa mengajak Monika jalan-jalan ke Bali sekalian bulan madu.
Adnan menatap ke laut lepas. Angin di pagi ini, berhembus kencang. Sesekali Adnan menatap ke sampingnya berdiri. Tampak Monika sangat menikmati kebersamaannya dengan Adnan pagi ini.
"Ternyata pemandangan di sini indah banget ya Mas," ucap Monika.
"Iya."
"Tapi sayang sekali, aku nggak bisa melihat matahari terbit. Karena tadi kita kesiangan."
"Ya kan kita bisa nunggu nanti sore. Kita bisa lihat matahari terbenam. Pasti akan sangat indah"
"Iya Mas."
Di sela-sela Adnan dan Monika ngobrol, tiba-tiba saja Adnan melihat sosok lelaki yang pernah berfoto bersama Mila.
Itu lelaki yang sama Mila waktu itu kan. Lelaki itu, kok bisa ada di sini. Mau ngapain dia di sini, batin Adnan.
Adnan tidak berhenti menatap lelaki yang sudah membuat hubungan rumah tangganya dengan Mila hancur.
"Mas, kamu ngelihatin apa sih?" tanya Monika penasaran.
"Nggak, aku nggak lihat apa-apa."
"Mas, aku haus. Aku pengin beli es kelapa."
"Ya udah sana beli dua, sekalian untuk aku."
"Ya udah, kamu tunggu di sini ya Mas."
"Iya."
Setelah Monika pergi meninggalkan Adnan, Adnan tidak tinggal diam. Dia melangkah pergi untuk menghampiri lelaki itu.
"Anda lelaki yang ada di foto itu kan?" ucap Adnan tanpa banyak basa-basi.
"Anda siapa ?" tanya lelaki itu tampak bingung saat melihat Adnan tiba-tiba datang menghampirinya.
"Saya mantan suami Mila. Anda pasti kenal kan sama Mila mantan istri saya. Karena anda sudah pernah jadi selingkuhannya. Anda lelaki yang sudah menghancurkan kehidupan rumah tangga saya. Dan gara-gara anda, rumah tangga saya dengan Mila hancur berantakan," ucap Adnan.
Lelaki itu terkejut saat mendengar ucapan Adnan.
"Apa! anda bicara apa sih? siapa yang sudah menghancurkan rumah tangga anda dengan istri anda. Saya saja nggak pernah kenal dengan istri anda"
"Jangan pura-pura nggak kenal. Anda pasti kenal dengan istri saya. Karena anda pernah foto bareng dengannya."
Tanpa banyak basa-basi, Adnan mengambil ponsel yang ada di saku bajunya. Dia kemudian menunjukkan ponsel itu pada lelaki itu.
"Lihatlah, ini foto Mila dengan anda."
Lelaki itu tersenyum dengan santainya.
"Oh, Mila yang ini. Dia sahabat lama saya. Kenapa anda bilang saya selingkuh sama dia. Jangan asal nuduh ya anda. Kalau istri saya sampai dengar, bisa salah paham dia sama saya.
"Saya nggak pernah selingkuh sama Mila. Dari dulu, kita memang dekat. Tapi kami dekat cuma sebagai sahabat saja. Nggak lebih dari itu. Saya dan Mila juga sudah punya keluarga masing-masing. Sepertinya anda sudah salah paham sama saya dan Mila."
"Benarkah begitu?" Adnan masih tidak yakin.
"Ya. Dan foto itu, pertama dan terakhir kalinya saya bertemu dengan Mila setelah kami lulus SMA. Karena setelah kami lulus SMA, kami hilang kontak dan nggak pernah bertemu lagi. Cuma hari itu saja, kami bertemu."
"Oh. Begitu?"
"Saya dan Mila makan bareng di cafe, karena saya yang memaksa Mila menerima traktiran saya. Sebagai sahabat yang baru pernah bertemu, nggak salah kan kalau saya mentraktir Mila makan. Kalau keakraban saya dengan Mila, saya memang sudah akrab dari dulu. Akrab belum tentu juga pacaran kan."
Adnan diam. Mencoba untuk mencerna semua ucapan lelaki itu.
Jadi selama ini, Mila nggak selingkuh sama lelaki ini. Jadi selama ini, aku yang sudah salah paham sama Mila, batin Adnan.
"Maaf kalau boleh saya tahu, sebenarnya anda tinggal di mana sih? di Jakarta, di Bali, atau di kampungnya Mila."
"Saya dulu satu kampung dengan Mila. Tapi setelah saya lulus sekolah, saya merantau ke Bali. Sekarang saya sudah mendapatkan wanita Bali. Dan sekarang saya dan istri menetap di sini. Waktu saya ketemu Mila, itu cuma kebetulan saja saya sedang main ke Jakarta."
"Oh."
"Sudah jelas kan penjelasan saya tadi. Kalau begitu, saya permisi dulu. Istri saya sudah nungguin."
Tanpa banyak basa-basi, lelaki itu kemudian pergi meninggalkan Adnan. Sementara Adnan hanya bisa diam menyaksikan kepergian lelaki itu.
"Jadi selama ini Mila nggak selingkuh? jadi selama ini aku cuma salah paham saja sama dia. Duh, bodohnya aku ini. Hanya karena foto, aku sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal. Seharusnya aku percaya dengan Mila dan ibu," gumam Adnan.
Di saat-saat Adnan sedang kacau dengan fikirannya, Monika datang menghampirinya.
"Mas, ini Mas kelapanya." Monika menyodorkan satu buah kelapa muda pada suaminya.
Namun Adnan sejak tadi, tidak merespon Monika. Entah apa yang sedang Adnan fikirkan saat ini. Setelah bertemu lelaki tadi, Adnan jadi berubah. Mungkinkah Adnan menyesal dengan semua yang sudah dia perbuat terhadap Mila.
"Mas," sentak Monika. "Ini cepat ambil. Berat tahu, aku pegang dua buah kelapa ini."
Adnan meraih satu buah kelapa muda itu dari tangan Monika. Setelah itu dia menyedot air kelapa itu.
"Mas, kamu kenapa sih? kenapa bengong aja. Apa yang lagi kamu fikirkan?" tanya Monika.
Adnan menatap lekat Monika. Dia tidak mungkin jujur pada Monika kalau sejak tadi dia sedang memikirkan Mila.
"Aku nggak apa-apa," jawab Adnan.
Nggak kenapa-kenapa kok mukanya kayak orang sedih gitu, batin Monika.
Monika jadi curiga kalau sudah terjadi apa-apa dengan suaminya tadi.
Monika tidak tahu kenapa dengan suaminya. Tiba-tiba saja, Adnan jadi murung setelah Monika tinggal beli buah kelapa muda.
"Mas, seger banget kan Mas air kelapanya," ucap Monika mengalihkan pembicaraan.
"Iya."
"Kenapa sih Mas?"
Adnan menatap Monika lekat.
"Aku pengin pulang Mon."
"Pulang? pulang kemana? pulang ke hotel?"
Adnan menggeleng.
"Pulang ke rumah."
"Ke rumah? mau ngapain Mas. Kan kita baru satu hari tinggal di sini. Masih ada waktu enam hari lagi. Kenapa kamu malah minta pulang sih."
"Aku kefikiran Aluna dan ibu. Mereka gimana ya setelah aku tinggal."
"Jangan lebay deh Mas. Ibu dan Aluna kan sudah biasa kita tinggal kerja. Nggak akan terjadi apa-apa lah sama mereka. Kalau kamu khawatir, kamu telpon aja mereka. Gampang kan."
Adnan hanya menganggukan kepalanya. Sementara Monika semakin tambah kesal saja dengan suaminya.
Di saat dia ingin romantis-romantisan dengan Adnan, malah Adnan jadi berubah dingin seperti ini
***
karena ketika enak sj yg d kejar setelah dapat akan di balik kondisinya. apalagi kau memulai ny dgn tidak baik.
.
buat koreksi aj kak, agar ke depan ceritanya lebih enak di baca, ^^