Gadis Kecil Milik CEO

"Halo putriku sayang,, bagaimana pertemuannya? Apakah berjalan dengan lancar?" Tanya Yohana dari seberang telepon ketika panggilan telepon Vionita sudah tersambung dengan perempuan itu.

"Pertemuannya berjalan dengan lancar tapi yang masalah adalah Loren!" Kata Vionita sembari melihat sekitarnya memastikan tidak ada satupun orang yang tiba-tiba datang dan mendengarkan percakapannya dengan ibunya. .

"Loren? Ada apa dengan gelandangan jelek itu? Mengapa kamu tiba-tiba membahasnya? Membuat mood Ibu jadi rusak saja!" Kesal Yohana dari seberang telepon sebab Dia benar-benar tidak menyukai Loren.

Loren sudah menjadi ancaman untuk keluarga mereka dan terlebih untuk karir putrinya yang kini sudah sukses dan telah terkenal di beberapa negara.

"Iya Bu, aku bertemu dengan perempuan yang sangat mirip dengannya. Perempuan itu memiliki lesung pipi yang sama dengan Loren dan sebuah tahi lalat dibawah matanya. Sikapnya juga sama persis dengan Loren." Kata Vionita dengan tangan gemetar sebab dia terlalu takut kalau Loren kembali lagi dan merebut semua miliknya.

"Astaga,, berapa banyak orang yang memiliki lesung pipi di dunia ini Dan berapa banyak orang yang memiliki tahi lalat dibawah mata? Dari semua orang itu, mana mungkin si gelandangan gemuk yang jelek?" Kesal Yohana pada putrinya.

"Bukan begitu Bu, Aku hanya ingin memastikan nya saja. Tolong ibu cari tahu tentang gelandangan Loren, sebab aku tidak akan pernah tenang sampai semuanya telah dipastikan." Ucap Vionita yang merasa sangat gelisah.

"Baiklah baik, ibu akan menyuruh seseorang untuk mencari tahunya lagi. Sekarang jangan terlalu memikirkannya dan nikmati saja perjalanan karirmu saat ini." Ucap Yohana.

"Baik Bu, tolong lakukan secepatnya Bu, aku merasa gelisah setiap kali tidur di malam hari." Ucap Vionita.

"Iya, iya,, ibu tahu." Kata Yohana lalu mereka mengakhiri panggilan telepon itu.

Setelah menelpon dengan ibunya, Vionita kembali ke kamar hotel.

"Ada apa? Kenapa gelisah begitu?" Tanya Bian ketika pria itu keluar dari kamar mandi dan melihat Vionita *******-***** ponsel di tangannya sembari mondar-mandir di tempatnya.

Vionita langsung menghentikan langkah kakinya dan berjalan kearah sofa lalu duduk di sana.

"Bukan apa-apa, aku hanya baru saja menelepon dengan ibu dan merasa kuatir sudah meninggalkan Ibu selama beberapa waktu ini." Kata Vionita yang jelas tidak mau menceritakan masalah Loren pada pria itu.

'Loren,, aku harus menyembunyikan keberadaan Loren dari Bian. Bagaimanapun, kemarin aku mendengar perempuan itu berkata bahwa senyum Bian masih yang terbaik di dalam hatinya.' pikir Vionita kembali mengingat ketika dia memergoki bercerita dengan Wilson.

Memancing amarah saja..!

"Jangan gelisah. Ibumu pasti baik-baik saja." Kata Bian menenangkan perempuan itu.

"Iya, aku sudah menelpon dengannya dan dia bilang dia baik-baik saja, tapi tetap saja aku masih merasa cemas. Bagaimanapun Ini pertama kalinya Aku melakukan perjalanan jauh dan meninggalkan Ibu sendirian di rumah." Kata Vionita meski sebenarnya kecemasannya tidak pernah hilang sebab sesuatu yang ia cemaskan adalah sesuatu yang tidak dapat diketahui oleh Bian.

"Dia pasti bqik-baik saja." Ucap Bian.

"Aku harap begitu.." jawab Vionita dengan kikuk.

"Oya, kemarin malam kita lupa memastikan tentang perempuan yang kita lihat menaiki mobil, haruskah aku menyuruh seseorang untuk menyelidikinya? Mungkin saja dia adalah sepupumu yang hilang." Kata Bian secara tiba-tiba mengejutkan Vionita hingga membuat wajah perempuan itu sedikit pucat.

Bian tidak tahu apapun tentang perseteruan Vionita dengan Loren dan hanya mengetahui bahwa Loren hilang di luar negeri di negeri mana mereka berada sekarang.

"Kau mau melakukannya untukku?" Tanya Vionita sembari mengepal erat tangannya.

"Kau selalu bilang kalau kau sangat dekat dengan sepupumu itu, jadi aku tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan saat ada kemungkinan seperti ini. Aku akan mengatur beberapa orang untuk menyelidikinya karena dia pasti menginap di hotel ini juga." Ucap Bian semakin membuat Vionita menjadi gelisah.

"Baik,, terima kasih." Kata Vionita langsung memeluk Bian supaya pria itu tidak memperhatikan kegelisahannya yang semakin parah karena ucapan Bian.

"Aku pasti akan menemukannya untukmu." Lagi kata Bian sembari membalas pelukan Vionita membuat Vionita menjadi semakin ketakutan dalam pelukan pria itu.

'Apa yang harus kulakukan?' Pikir Vionita.

@Interaksi

Hidup ini memang penuh aturan, kalo gak ada aturan nanti jadi berantakan kayak wajah mahluk bumi..!