🖤 Ini adalah novel pertamaku
🖤 Beberapa bab awal agak boring (maklum, baru nulis)
🖤 Sabar melewati bab awal dijamin bakal ketagihan bacanya (Ciee pede boleh dong)
🖤 Alurnya limited edition, no plagiat, gak ada duanya (Kalau ada, aq dong yang duluan buat..🤪)
🖤 Yang udah sabar baca sampe akhir, semuanya pada baper parah dan gagal move on (Kenyataan nih, no hoax)
🖤 Season 2 bakal bikin baper dan gagal move on makin akut
🖤 Season 2 berkisah tentang duda playboy beranak satu, dengan ibu sambung yang keras kepala
🖤 Alurnya original, makin fresh from panci, romantisnya makin dapet, konfliknya makin greget (Seriusan nih..)
🖤 Novel ini punya spin off berjudul PASUTRI yang ceritanya tentang anak-anak mereka dan disitu ceritanya bagusss banget, meskipun gak booming karena authornya hanya remahan (Gak percaya, buktiin sendiri)
🖤 Masih bilang gak suka juga? bohong banget.. karena itu gak mungkin..!! (maksa🤣)
Bissmillahirramanirrahim.. 😇
Ini adalah karya pertamaku 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LIDIA KAY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
Tian masih menatap Rico lekat. Tatapannya menelusuri setiap inchi wajah Rico dengan cermat, mencoba kembali mereka-reka apa benar yang sedang bersemayam diotak Rico sekarang sama dengan apa yang ada dibenaknya saat ini, yang merupakan kesimpulan terakhir dari semua kemungkinan yang ada dipikirkannya.
Meskipun Tian sendiri awalnya merasa sanksi karena sepertinya sangat tidak masuk diakal, tapi kenyataannya kilatan yang tak biasa itu begitu jelas terlihat disepasang mata Rico yang kini sedang balas menatapnya dengan tatapan setajam belati.
Yahh.. saat ini Rico sedang cemburu.
Tidak ada kemungkinan yang lain lagi yang bisa disimpulkan Tian dari ekspresi belingsatan Rico.
Rasanya Tian ingin tertawa keras, tapi saat menyadari seberapa sensitif perasaan sahabatnya itu sekarang membuat Tian jadi tidak berani sekaligus tidak tega, meskipun menghadapi sikap Rico yang terus menginterogasinya seperti seorang terdakwa ini, tak urung membuat Tian kesal juga.
Rico yang melihat Tian sudah terdiam sekian lama sontak mendengus kesal.
“Kenapa sekarang kamu diam saja ?!”
‘Cihh.. dia mulai lagi.’
Tian membatin. Belum sempat Tian angkat bicara, Rico sudah berkicau lagi.
“Apa kamu pikir aku kesini hanya karena rindu ingin melihat wajahmu ? Tian, aku butuh penjelasan !”
“Penjelasan apa lagi sih, Co ?”
“APA KATAMU ??!”
“He, Sialan.. pelankan suaramu !! aku sudah bilang sejak tadi tidak ada apa pun yang istimewa selain pembicaraan peresmian resort, lalu kamu mau penjelasan seperti apa lagi ?.”
“Damn, aku tetap tidak bisa percaya begitu saja,” Rico melengos.
“Ya sudah, kalau begitu terserah padamu !”
“Pasti ada sesuatu.” Rico masih ngotot.
“Kamu simpulkan saja sendiri sesukamu !” Tian melipat tangan didadanya dengan jengkel.
“Aku tetap tidak percaya, mana mungkin semudah itu kamu mau meluangkan waktumu yang berharga hanya untuk makan siang bersama dan membicarakan peresmian resort dengan Lila ?”
“Tapi itu memang kenyataannya kan ?”
“haha.. itu berlebihan,” Rico terkekeh sinis.
Tian menatap Rico dengan sedikit memicingkan matanya. “Apanya yang berlebihan ? Hampir setiap hari aku makan siang dengan partner bisnisku yang berbeda-beda.. lalu dimananya yang aneh ?”
“Itu aku tau. Tapi Lila belum berada di level sepenting itu sampai-sampai kamu mengundangnya secara resmi,”
Tian tidak bisa menahan sepasang matanya untuk tidak melotot saat mendengar kalimat Rico. “What the hell.. kenapa saat ini kamu terlihat seperti seorang suami yang sangat meremehkan kemampuan istrimu sendiri ?”
“Kamu saja menolak makan siang denganku setelah kontrak best electro kemarin ?”
Tian tertawa sumbang. “Jadi kamu iri ?”
“Memangnya tidak boleh ? aku temanmu..”
“Dan Lila istrimu.”
“Kenapa kamu jadi membuatnya istimewa ?”
“Ya karena dia istrimu.” rasanya Tian ingin memukul kepala Rico dengan pentungan.
“Berhenti memberikan alasan yang bodoh itu.”
“Huhh, untuk orang bodoh sepertimu memangnya aku harus menggunakan alasan bodoh apa lagi yang lebih bodoh dari itu ?”
Rico mendelik menatap Tian. Ia menggelengkan kepalanya berkali-kali. Menatap Tian lagi dengan pandangan aneh.
“Kau diam-diam mengundang Lila seperti ini, bagaimana aku tidak menaruh curiga ?”
“Kata siapa aku diam-diam ?” protes Tian. “Aku menyuruh Rudi menghubungi beberapa orang, bukan hanya Lila saja..”
“Baiklah.. lalu kenapa kamu tidak mengajakku saja sekalian ? Aku bisa saja ikut makan siang bersama kalian kan..?”
Tian tertawa tanpa suara melihat tindak tanduk Rico yang menurutnya sedang merasa heboh sendiri. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Belum apa-apa kamu sudah keberatan aku ikut, lalu bagaimana aku tidak mencurigai niatmu ?”
“Ck.. ck.. ck..”
Tian berdecak sesaat menghadapi sahabat gak ada akhlak dihadapannya ini, yang berani-berani nya menuduhnya sekejam itu.
“Aku tidak pernah bilang bahwa aku keberatan kamu ikut, Co. Tapi kalau aku yang mengajakmu bukankah itu akan terlihat aneh ? Kamu bahkan tidak terlibat sama sekali dengan apa yang nanti akan kami bicarakan..”
Rico terdiam, meskipun dalam hati ia membenarkan alasan Tian tapi keegoisannya tetap tidak mau menerima begitu saja.
Tian menghela nafas sejenak. “Kamu bisa saja ikut dan aku sama sekali tidak keberatan. Tapi itu hanya jika istrimu yang ingin mengajakmu. Karena kalau tidak, itu akan terlihat seperti aku menempatkan dirimu sebagai perantara kesepakatan.”
Rico masih membisu.
Tian menghela nafasnya berat. “Intinya aku tidak ingin Lila merasa seperti itu. Dia pantas mendapatkan penghargaan atas kerja keras yang dia buktikan lewat proyek MGR. Aku tidak mau Lila atau orang lain berfikir aku melakukan semua ini semata-mata karena Lila adalah istrimu, dan kamu adalah orang yang jelas-jelas memiliki koneksi denganku. Apakah sampai disini kamu paham, Co ?”
Rico masih terdiam, ia mencoba mencerna kembali maksud perkataan Tian.
Tian tau Rico tidak sebodoh itu sehingga tidak bisa memahami maksud yang terkandung dalam ucapannya. Hanya saja yang membuat Tian meragu karena saat ini sahabatnya itu sedang diliputi perasaan cemburu buta yang
bahkan tidak ingin diakuinya. Dan karena rasa cemburu itu, bahkan akal sehat Rico pun sepertinya bisa menguap begitu saja.
“Kenapa melihatku seperti itu ?” tegur Tian acuh, saat bermenit-menit mereka hanya terdiam, dengan Rico yang hanya menatapnya dengan tatapan lekat.
“Kamu..”
“Aku kenapa lagi ?”
“Apa kamu.. suka padanya yah..?”
“Egh..? a–appa ??!”
Tian nyaris tersedak. Ini yang dikhawatirkan Tian sejak tadi, rasa cemburu yang akan mengalahkan logika.
“Benarkan ? kamu suka padanya kan ? pada Lila ?” Rico memberondong Tian dengan pertanyaan yang sungguh tidak masuk diakal.
“Wajahmu mau aku pukul yah ?!”
Rico meringis mendengarnya tapi dengan nekadnya ia masih berani menatap Tian yang seolah sudah siap memakannya hidup-hidup.
“Apa aku benar..?”
“Benar-benar keterlaluan..” desis Tian luar biasa geram. “Bisa-bisanya kamu masih saja cemburu padaku setelah aku menjelaskan semuanya ?”
“Aku tidak cemburu,”
“Bersikap bodoh begini masih mau bilang tidak cemburu ?!”
“Aku hanya penasaran..”
“Huhh.. terserah padamu,” Tian mendengus lagi, membuang pandangannya sambil kembali melipat tangannya didada. Berusaha tetap bertahan dengan sedikit kesabarannya yang tersisa karena rasanya Tian benar-benar ingin mencekik leher Rico saat ini juga.
“Tian..”
“Hemm,”
“Jadi benar kamu tidak suka padanya kan ?”
“Sepertinya kamu benar-benar sudah enggan hidup.”
Rico mendelik mendengar kalimat sedingin es itu.
“Tian..”
“Apalagi ?!”
“Kenapa selama ini kamu tidak pernah bilang bahwa Indotama Group berinvestasi penuh dalam pembangunan Mercy Green Resort-nya Lila ?“
“Karena selama ini aku juga tidak menyadari bahwa istrimu adalah Ceo PT. Mercy.”
Kemudian Tian mengalihkan wajahnya hingga bersitatap dengan wajah Rico yang juga sedang mengawasinya lekat.
“Dengarkan ini baik-baik..”
Ucap Tian serius sambil menegakkan punggungnya pada sandaran kursi.
“Karena proyek pembangunan Mercy Green Resort bisa dibilang tidak termasuk proyek primadona-nya Indotama Group, jadi selama ini aku hanya menyuruh Rudi dan beberapa orang yang berkompeten untuk mengawasi dan menghandle perkembangannya. Dengan kata lain, sejak awal aku tidak pernah terlibat langsung. Sampai kira-kira seminggu yang lalu Rudi memberikan informasi bahwa MGR nyaris rampung dan akan segera diresmikan, dan disitulah aku memerintahkan Rudi agar memasukkan jadwalku untuk bisa monitoring langsung kelokasi, tepat setelah meeting Best Electro tadi siang.. dan aku bertemu Lila disana.” Tian terpaksa menjelaskannya panjang lebar agar Rico berhenti mencurigainya.
Rico terdiam. Ia ingat bahwa tadi setelah meeting Tian memang mengatakan padanya akan meninjau lokasi resort yang ada dipinggiran kota. Ternyata resort yang dimaksud adalah Mercy Green Resort ?
“Lalu.. kira-kira menurutmu.. apa alasan Lila tidak pernah menceritakan hal ini padaku selama ini ?”
Tian mengangkat bahunya acuh. “Kenapa malah bertanya padaku ? Kenapa tidak kamu tanyakan saja langsung pada Lila ? bukankah dia istrimu..?” ujar Tian acuh.
Rico terdiam lagi.
‘Yaa.. Lila memang istriku. Tapi selain aktifitas bercinta.. mereka bahkan tidak pernah sekalipun duduk berdua dan berbagi cerita..’
Tiba-tiba saja Rico merasa betapa jauh jarak hati dan perasaan antara dirinya dan Lila. Mereka berdua adalah sepasang suami istri yang sah, namun pada kenyataannya hubungan mereka bahkan tak lebih dari dua orang asing yang tinggal seatap. Rico tercenung saat menyadari kenyataan tersebut, hatinya bahkan ikut–ikutan terasa ngilu.
“Tian, apa kamu.. tidak menyinggung tentang hubungan kami..?”
“Apa aku berhak ?” suara Tian terdengar mengejek. “Itulah sebabnya aku tidak bisa mengajakmu selain jika Lila yang mengajakmu. Aku hanya tidak ingin menyinggung perasaan Lila, karena yang ada dibenak Lila bahwa selama ini aku berada di posisi yang tidak tau apa-apa dengan hubungan kalian yang sesungguhnya.”
“Im Sorry.. aku tidak sedang meragukanmu, aku hanya ingin tahu saja.” Rico menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Cihh..” Tian tersenyum hambar mendengarnya.
'Enteng sekali cecunguk ini meminta maaf setelah menuduhnya dengan berbagai macam tuduhan keji..’
“Jadi.. kamu akan tetap mengundangnya makan siang ?” Rico bertanya lagi dengan mimik menyelidik penuh rasa ingin tahu.
“Hanya jika Lila bersedia,”
“Apa dia akan menolak undangan Ceo Indotama Group..?” Rico balik bertanya dengan intonasi ragu, namun yang ia dapati justru Tian yang lagi-lagi tesenyum mengejek.
“Sepertinya tidak mungkin. Selama ini mana ada sih orang yang bisa menolak jika diundang langsung olehku ? Ceo Indotama Group..?” ucap Tian dengan lagak angkuh.
“Huhh.. percaya diri sekali,”
Tian tertawa remeh. “Asal kau tau, sebelum aku kesini, Rudi sudah mengirimkan aku pesan terlebih dahulu bahwa istrimu sudah bersedia dan bahkan langsung merespon pesan singkat Rudi,” ungkapnya seraya mengulas senyum penuh kemenangan.
‘Appa.. ??! jadi saat ia berlari dan menyetir kesetanan untuk segera bertemu laki-laki yang sudah berani mengajak istrinya makan siang, Lila malah sedang asik membaca pesan singkat Rudi, bahkan segera membalasnya pula..’
Entah kenapa mengetahui hal itu membuat hati Rico seperti terbakar api. Ia merasa kesal bukan main mendengarnya.
‘Apa iya sekarang dia sedang cemburu ?’
Rico tak henti membatin.
‘Sial.. memangnya siapa juga yang bisa menolak ajakan seorang Sebastian Putra Djenar ? Ceo Indotama Group ? Rico benar-benar merasa kesal karena ternyata bahkan Lila istrinya pun tidak termasuk dalam pengecualian. Huhh, menyebalkan !!’
“Kenapa juga Lila mudah sekali sih menerima ajakanmu ?”
“Jangan cemburu begitu. Aku tidak pernah berfikir untuk mengambil apapun yang menjadi milikmu,”
“Sudah aku bilang aku tidak cemburu !!” tepis Rico secepat kilat tapi justru memancing meledaknya tawa Tian.
“Tidak cemburu tapi bersikap se-aneh ini.” cibir Tian disisa tawanya.
“Justru kamu lah yang aneh !”
“Aku ?”
“Ya. Karena kamu terlalu ngotot untuk bisa bertemu Lila lagi. Apa itu tidak aneh namanya ?”
“Justru karena Lila istrimu, lalu dimananya yang aneh ?”
“Cihh,”
“Sudahlah.. aku hanya sangat kagum dengan hasil kerja keras istrimu yang bisa menciptakan tempat seindah itu dipinggiran kota. Aku sendiri bahkan yang akan meresmikannya. Tapi jika hanya karena makan siang besok membuatmu meradang seperti ini.. aku akan menyuruh Rudi untuk membatalkannya, dan menyuruh salah satu manager untuk menggantikanku nanti. Bagaimana ? sudah lega sekarang ?”
Rico melengos saat melihat Tian yang lagi-lagi tersenyum mengejek.
“Apa kamu tau, Co.. Mercy Green Resort benar-benar luar biasa, dan itu terlahir dari kepiawaian tangan dingin istrimu yang telah berhasil mendesain nyaris keseluruhan keajaiban yang ada disana.”
“Ternyata dia sehebat itu yah..” bergumam.
“Kamu bangga kan ?”
“Aku ?” Rico terdiam sejenak, kemudian menggeleng. “Tidak.. aku merasa biasa saja..” namun sesungguhnya hati kecilnya tau bahwa mulutnya sedang berbohong.
“Kamu memang suami yang payah. Seandainya aku yang menjadi suami Lila, sudah pasti aku akan merasa sangat bangga dengan hasil kerja keras istriku..” demi ingin menyaksikan ledakan dimata Rico, Tian memang sengaja melontarkan kalimat tersebut untuk memprovokasi, dan benar saja, karena saat ini Rico sudah mentapnya dengan tatapan galak.
“Jangan pernah berandai-andai untuk jadi suami Lila, karena AKULAH SUAMINYA !!” Rico menunjuk dadanya dengan posesif.
Tian tergelak melihatnya. “Lagi-lagi cemburu !”
“Sudah kubilang aku tidak cemburu !”
Bukannya ciut mendengar nada suara Rico yang meninggi, tawa Tian malah semakin berderai, membuat wajah Rico semakin memerah dipenuhi kekesalan terlebih perasaan malu.
Bersambung..
Ingin di like,
Ingin di comment,
Ingin difavorite kan,
Ingin di subscribe profil,
Ingin di vote.
Maafkan author newbie yang banyak keinginannya ini.. hehehe..
Terima kasih, Sayang kalian semua.. Lophyuuuu all..