Tunangan Pria Obsesif

Mobil yang dibawa Reina dan Caca melaju dengan cepat membelah jalan ibu kota. Tapi fokus Caca terahlikan saat melihat sebuah mobil yang sangat dikenalinya. Umpatan terlepas begitu saja yang membuat Reina sadar dari lamunannya.

“Kenapa Ca?”tanya Reina pada sahabatnya.

“Sepertinya ia tidak membiakan kita pergi begitu saja Reina. Aku melihat mobil yuda dibelakang kita.” Ucap Caca pada sahabatnya yang membuat Reina  melihat ke kaca spion di sampingnya. Apa yang dikatakan oleh sahabatnya benar, mobil itu adalah milik yuda. Ia yakin pria itu mendapatkan perintah dari Nico.

“Reina, berpegangan. Aku akan menaikan kecepata. Kakek sudah mempesiapkan mobil pengecoh untuk mereka.” Ucap Caca yang langsung menginjak gas-nya. Mobil itu melajut dengan cepat dan sangat mudah menyelip setiap mobil di hadapannya.

“Shit, Apakah dia tidak takut mati?” umpat yuda yang berada di kemudi mobil.

“Kamu juga tahu, Caca sejak awal sangat pemberani dan tak takut mati. Jadi kenapa kamu memilih wanita itu untuk menjadi pasanganmu. Kawan.” Ucap Paul pada sahabatnya yang sedang menatap khawatir mobil kekasihnya.

“Entahlah, satu hal yang pasti setelah ini aku harus mengurungnya agar tidak melakukan hal bodoh seperti ini.” Ucap Yuda yang membuat tawa paul lepas.

“Aku yakin kamu tidak bisa melakukan hal itu yuda. Sudah kamu fokus mengejar mobil itu atau Nico akan membunuh kita bila sampai melepaskan Reina.” Jelas Paul yang sudah merasa cemas akan hukuman yang akan di dapatkan mereka bila gagal mengejar tunangan sahabatnya itu.

Kadang Paul tidak mengerti cara berpikir sahabatnya itu. Bila ia benar-benar mencintai Reina kenapa harus melakukan hal ini. Bukankah permainan ini hanya seperti judi. Apalagi sosok dibelakang Reina bukan sembarang orang yang dengan mudah di kalahkan. Meskipun Nico seorang yang dihormati di dunia bawah. Tapi seseorang yang berada di belakang Reina adalah sang raja dunia bawah di masa lalu sebelum Nico masuk dalam dunia itu. Tidak ada yang tahu seberapa kejam orang itu. Satu hal yang pasti sosok itu sangat ditakuti di dunia bawah. Tidak ada orang yang berani memancing sang raja.

“yuda, kamu bodoh.” Umpat Paul saat kembali fokus di arah mobil di depannya. Ia menyadari mobil itu bukan yang dikendarai Caca dan Reina.

“apa maksudmu Paul?”

“Mobil itu bukan yang dikendari Caca. Kamu sudah dikecoh oleh mereka.” Ucap Paul pada sahabatnya. Ia langsung mengambil benda kecil yang sudah di pasang pada beberapa aksesoris Reina. Sayangnya benda itu ternyata ada di hotel tempat pernikahan Shaka dan Nina.

“Shit, Kita gagal.” Ucap Paul. Saat itu Yuda ingat kalau ia sempat menyimpan penyadap di benda Caca.

“Tidak Paul, aku menemukan letak mereka. Aku baru ingat meletakkan gps pada pisau milik caca.” Ucap yuda dengan senyum lebarnya.

“Ternyata kamu tidak sebodoh itu Kawan.”

“tentu saja, karena kekasihku sering kabur.” Ucapnya yang langsung  melaju ke sebuah hutan yang  tak jauh dari tempat mereka. Mobil yuda melaju dengan begitu cepat, karena dia merasakan firasat buruk.

Sedangkan di ballroom hotel, Lara dengan kepercayaan diri menatap wajah tunangannya. Sedangkan Nico tidak memberikan senyuma apapun pada wanita di hadapannya. Satu pergerakan yang membuat wanita itu terkejut.

“aaakhh. Nico lepaskan.” Ucap Lara yang mencoba melepaskan cekikan Nico di lehernya. Ia tidak menyangka pria dihadapannya dengan berani melukainnya. Ia mulai kesulitan bernafas karena cengkaraman tangan itu semakin kuat. Air mata bahkan jatuh di mata indahnya.

“Kamu pikir bisa seenaknya datang dan pergi j*lang. Sejak awal aku tak pernah tertarik padamu. Hanya saja sulit untuk aku menemukan keberadaan Reinaku. Beruntungnya kamu memilih pergi dari pertunangan kita. “ ucap Nico dengan senyuman tajam bersamaan dengan cengkramannya lepas.

“Kenapa harus Reina? Aku lebih baik dibanding dia. “ ucap Lara yang tidak terima mengenai perkataan pria itu.

“Karena sejak awal orang yang ingin aku miliki Reina bukan Kamu Lara. Hanya saja wanitaku terlalu bodoh untuk memahamiku. Dia terlalu mudah di manipulasi bahkan oleh wanita lemah sepertimu.” Ucap Nico.

“NiC.” Panggil Shaka yang baru saja datang ke lobby saat tahu adiknya yang sudah lama pergi akhirnya kembali.

“Lara kenapa kamu berpakaian seperti Reina?”

“Karena sejak awal semua ini adalah milikku kak. Nico adalah tunanganku bukan Reina.” Ucap Lara pada kakaknya. Ia sangat benci kakaknya yang lebih menyangi Reina dibandingkan dirinya.

“Lara kamu masih tidak sadar diri. Kamu yang memilih pergi di hari pertunangan itu. Sekarang kamu ingin merebut milik Reina. Kamu benar-benar tidak tahu diri Lara. Tidak cukup semua kasih sayang orang tua kita kamu rebut. Bahkan Reina harus tinggal jauh dari kita sejak kecil karena keegoisanmu.” Ucap Shaka yang tidak habis pikir dengan adiknya yang satu ini.

“hahahahaha, sejak awal Reina hanya bayang-bayangku saja. Kakak lupa karena dia aku harus terbaring di tempat tidur bertahun-tahun. Kalau saja dia yang mati waktu itu, aku bisa memiliki semua ini sendiri.”

‘Plak’ wajah Lara tertoleh akibat tamparan shaka. Ia tidak bisa lagi menahan amarah kepada adiknya.

“SHAKA.” Teriak ayah shaka yang baru saja datang bersama istrinya. Ia tidak menyangka anak sulungnya dengan berani bermain tangan dengan adiknya.

“Berhenti memanjakannya, Ia yang salah sejak awal. Kamu yang ingin mencelakai Reina saat kecil. Tapi takdir sedang berpihak pada Reina. Kamu malah yang jatuh dari tangga. Aku muak dengan topengmu Lara.” Ucap Shaka. Bertahun-tahun ia harus menyembunyikan kebenaran itu karena permintaan adiknya. Bahkan ia tidak bisa menyelamatkan adiknya dari berbagai hukuman yang diberikan kakeknya. Ia selalu merasa gagal menjadi kakak untuk adiknya. Tapi hari ini ia tidka akan membiarkan Reina terluka walaupun ia harus mengorbankan adiknya satunya lagi. Karena selama ini tidak ada satu orang pun yang berpihaka pada adiknya Reina.

“Apa maksudmu Shaka?” tanya ayah Shaka pada anak sulutngnya.

“Ayah bisa tanyakan pada anak kesayanganmu itu. Ia hanya iblis yang terlahir di keluarga kita. “ ucap Shaka pada lara yang membuat wanita itu tertawa keras atas perkataan kakaknya.

“hahhaha, apa bagusnya Reina kak? Aku juga adikmu. Kenapa kamu lebih menyangi Reina?” tanya Lara pada kakanya yang sekarang memilih membuang wajahnya.

“Karena sejak awal kamu yang selalu mencoba melukai Reina. Padahal sejak kecil Reina tidak mendapatkan kasih sayang ayah dan ibu. Bahkan ia tidak mendapatkan asi dari ibu. Tapi kenapa saat itu kamu tega ingin mencelakai Reina. Dunia sudah terlalu mencintaimu sejak lahir Lara. Tapi kamu tidak pernah puas atas semua itu.” Ucap Shaka sebelum meninggalkan adiknnya begitu saja.