Aliza Azzahra harus menikah dengan laki-laki yang menjebaknya. Aliza di grebek warga bersama Dhafian, seorang pria yang sengaja mengatur rencana agar bisa menikahi dirinya untuk tujuan pembalasan dendam.
Dhafian hanya ingin membalaskan dendam atas kematian ayahnya yang berkaitan dengan Paman Aliza. Orang yang selama ini tinggal bersama Aliza saat kedua orangnya meninggal dalam kecelakaan.
Meski Aliza mengetahui pernikahan itu untuk dendam. Tetapi tidak satupun rahasia suaminya yang tidak dia ketahui. Dhafian kerap kali berterus terang kepadanya.
Bagaimana Aliza menjalani pernikahannya dengan pria yang dipenuhi dengan dendam.
Apakah kemuliaan hatinya mampu menaklukkan seorang Dhafian?
Lalu bagaimana perjalanan pernikahan mereka berdua yang penuh dengan lika-liku, air mata dan diwarnai dengan keromantisan tipis-tipis.
Mari para pembaca untuk mengikuti ceritanya dari bab 1 sampai akhir, jangan boom like dan jangan suka nabung Bab.
Ig. ainunharahap12.
Ig. ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34 Bersama-sama
Akhirnya Aliza bersama dengan suaminya sampai juga di Solo. Keduanya yang masih berada di dalam mobil yang sudah memasuki desa Aliza yang melewati perkebunan teh dengan suasana alam yang begitu sangat indah membuat Aliza menurunkan kaca mobil untuk menghirup udara segar.
"Kau yakin akan pulang ke desa ini?" tanya Dhafian yang membuat Aliza menoleh ke arah sang suami.
"Kenapa tidak yakin, memang ada sesuatu yang membuatku ragu?" Aliza menimpali pertanyaan itu kembali.
"Bukankah kita berdua dikutuk dan tidak akan diterima di desa ini jika kembali. Keluargamu cukup dihormati di desa ini dan sudah pasti mereka mengenalmu," jawab Dhafian.
"Apa ini mengenai apa yang terjadi waktu itu?" tanya Aliza.
"Hmmmm, para warga mengatakan desa mereka akan sial jika sampai kita menginjakkan kaki di tempat ini," jawab Dhafian.
"Itu semua karena kamu, aku jadi ikut-ikutan. Jika saja kamu tidak melakukan semua itu maka, aku kan baik-baik saja jika datang ke desa ini seperti biasa," jawab Aliza.
"Kau menyalahkanku?" tanya Dhafian yang melihat ke arah Aliza dengan satu alis terangkat.
"Kamu masuk ke kamarku dan hanya diam saja di saat semua orang memberikan tuduhan kepada kita berdua, jelas-jelas semua karena kamu, kamu yang telah menjebakku," jawab Aliza.
"Sampai kapan kau akan terus mengungkit hal itu?" tanya Dhafian.
"Aku tidak mengungkit dan hanya menyayangkan, kamu melakukan semua itu kepadaku, bukan hanya berurusan denganku saja tetapi nama keluargaku yang sudah dihormati di desa ini juga hancur karena keegoisan kamu," Aliza kalau berbicara memang langsung blak-blakan.
"Nasi sudah menjadi bubur dan apalagi yang harus dilakukan, kita berdua juga sudah menikah, kau juga sudah mengetahui alasannya kenapa aku melakukan semua itu," ucap Dhafian mengangkat kedua bahu yang terlihat begitu santai.
"Terus sekarang bagaimana?" tanya Aliza.
"Bagaimana apanya?" Dhafian kembali bertanya.
"Saat ini?"
"Bukankah kamu barusan mengingatkanku bahwa kita berdua sudah dikutuk dan sangat sial desa ini jika sampai diinjak kembali oleh kita, kalau warga melihat kita apa yang akan mereka lakukan?" tanya Aliza yang memang awalnya tidak memikirkan semua itu.
Dia lupa bahwa dia sudah tidak diperbolehkan lagi datang ke desa tempat Eyang dan juga makam kedua orang tuanya.
"Kita sudah terlanjur berada di sini dan kenapa harus kepikiran saat ini, aku juga tidak tahu apa yang akan dilakukan warga ketika melihat kita," jawab Dhafian.
"Kalau begitu kita langsung saja ke makam Mama dan Papa, di sana pasti tidak banyak orang dan nanti aku akan mengabari Paman Toha kita berkunjung dan mungkin kita bisa mengadakan pertemuan di luar desa ini," ucap Aliza yang tiba-tiba saja mendapatkan ide daripada kembali bermasalah pada warga desa.
"Terserah saja," jawab Dhafian.
"Lalu bagaimana dengan kamu, kamu juga ada proyek di Solo dan di mana tempatnya?" tanya Aliza.
"Aku bisa mengurus pekerjaanku sendiri dan sekarang kita langsung saja ke tempat orang tua kamu, katakan dimana jalannya," ucap Dhafian yang membuat Aliza menganggukkan kepala.
Akhirnya Aliza dan Dhafian sampai juga ke pemakaman umum. Aliza jangan lupa membawa bunga yang ditabur di atas pusara makam kedua orang tuanya. Dhafian ternyata tidak meninggalkan istrinya yang ikut berziarah yang sekarang berdiri di samping Aliza yang berjongkok yang sejak tadi mengusap mesan makam tersebut.
"Mama Aliza sangat merindukan Mama dan Papa, kalian pasti sangat bahagia di atas sana, sama dengan Aliza yang juga bahagia di dunia ini. Aliza setiap waktu hanya meminta doa dari kalian berdua," ucap Aliza dengan mata berkaca-kaca.
"Bagaimana mungkin dia mengatakan bisa bahagia di dunia ini, hah!" batin Dhafian mendengus kasar saat mendengar perkataan istrinya yang menurutnya bertolak belakang dengan keadaan yang sebenarnya.
"Insyallah Aliza akan sering berkunjung ke tempat Mama dan Papa. Aliza sangat menyayangi Mama dan Papa. Aliza berterima kasih kepada Mama yang sudah melahirkan Aliza dan makasih untuk Papa mencintai Mama begitu tulus, sehingga ketulusan itu tersalurkan pada Aliza," lanjutnya yang menarik nafas yang tersenyum.
Jgerrrr
Suara petir tiba-tiba terdengar yang membuat Dhafian melihat ke atas langit yang mana langit yang cerah berubah menjadi mendung seketika.
"Aliza sepertinya akan turun hujan, kamu masih lama di sini?" tanya Dhafian.
"Sebentar," ucap Aliza yang pasti masih ingin berlama-lama di makam orang tuanya tetapi ternyata cuaca tidak mendukung.
"Mama Aliza pamit dulu, Asalamualaikum," ucapnya yang bagaimanapun tidak ingin membuat suaminya menunggu.
Aliza mencium kedua mesan makam tersebut dan kemudian berdiri. Baru saja melangkah hujan deras langsung turun yang membuat keduanya masih sempat melihat ke atas langit.
"Sial!" umpat Dhafian.
"Hujan," ucap Aliza yang meletakkan tangannya di atas kepalanya.
"Ayo!" Dhafian menggenggam tangan Aliza langsung membawanya pergi.
Mereka berdua melewati hujan yang berlari kecil menuju mobil. Tidak ada tempat berteduh selain di mobil dan bahkan keduanya sempat basah yang memang tidak menyediakan apa-apa, karena tidak mengetahui hujan turun.
Brukkk
Suara pintu mobil yang terdengar yang mana mereka berdua sudah memasuki mobil dengan basah-basahan.
"Padahal cuacanya begitu cerah dan tiba-tiba saja hujan," keluh Dhafian mengusap wajahnya menggunakan kedua tangan yang kemudian membuka jasnya meletakkan di kursi belakang.
Dhafian melihat ke arah Aliza, sama dengan dirinya, istrinya juga basah kuyup.
"Kita sebaiknya kerumah Eyang kamu," ucap Dhafian.
"Bukankah kita sudah tahu resikonya, bagaimana jika warga melihat kita berdua?" tanya Aliza.
"Dari pada kita berdua masuk angin dan menggigil di dalam mobil ini, jadi lebih baik kita mengurus diri sendiri," jawab Dhafian yang pasti masa bodoh dengan perkataan orang-orang.
"Tapi...." Dhafian yang tidak mendengar keluhan Aliza yang langsung menarik gas mobil kemudian melajukan mobil tersebut dengan kecepatan santai.
Aliza hanya menghela nafas yang menurut apapun yang dikatakan suaminya, bagaimanapun mereka sudah menikah dan terserah juga apa yang dikatakan warga atau menolak kedatangan mereka.
Aliza dan Dhafian yang sudah tiba di kediaman Eyang. Mereka gua juga langsung memasuki kamar ketika bertemu dengan orang-orang yang ada di rumah itu dan pasti Paman Aliza juga berusaha untuk menjaga keponakannya dan juga suami keponakannya itu agar tidak dilihat warga yang mana memang Untung saja kedatangan mereka berdua tidak dilihat oleh siapa-siapa.
Mungkin juga karena hujan, jadi orang-orang yang ada di desa sibuk di rumah masing-masing.
Tok-tok-tok
Aliza berjalan menuju pintu kamar yang diketuk yang membuatnya langsung membuka pintu kamar tersebut yang ternyata Bibi Aliza berdiri di depan pintu yang terlihat membawa lipatan pakaian.
"Dhafian pasti tidak memiliki pakaian ganti, ini pakaian yang Bibi rasa cocok untuk Dhafian," ucap Bibi.
"Makasih Bi. Aliza minta Maaf sudah merepotkan," ucap Aliza yang selalu merasa tidak enak.
"Tidak apa-apa Aliza. Bibi senang melihat kedatangan kamu bersama suami kamu. Kalian berdua sebaiknya ganti baju agar tidak masuk angin dan setelah itu istirahat kalian pasti capek melakukan perjalanan cukup panjang," ucap Bibi yang membuat Aliza menganggukkan kepala.
"Kalau gitu Bibi tinggal dulu," ucap Ratih yang membuat Aliza mengangguk dan kembali menutup pintu kamar dan kemudian menghampiri suaminya yang terlihat membuka kancing kemeja bagian atas. Dhafian rasa tubuhnya begitu sangat lepek.
Bersambung.....