Shanca Evalyne Armandez tak pernah meminta hidup seperti ini. Sejak kedua orang tuanya tewas dalam kecelakaan misterius, ia menjadi tawanan dalam rumah sendiri. Dihabisi oleh kakak tirinya, dipukuli oleh ibu tiri yang kejam, dan dijual seperti barang kepada pria-pria kaya yang haus kekuasaan. “Kau akan menyenangkan mereka, atau kau tidak akan makan minggu ini,” begitu ancaman yang biasa ia dengar. Namun satu malam mengubah segalanya. Saat ia dipaksa menjebak seorang pengusaha besar—yang ternyata adalah pemimpin mafia internasional—rencana keluarganya berantakan. Obat yang ditaruh diam-diam di minumannya tak bekerja seperti yang diharapkan. Pria itu, Dario De Velluci, tak bisa disentuh begitu saja. Tapi justru Shanca yang disentuh—dengan cara yang tak pernah ia duga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CantiknyaKamu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBM
Ruangan gelap yang hanya di terangi dengan lampu kecil,hanya menyinari wajah pria blasteran,dengan wajah yang tersenyum kecil di pipinya.
suara terus menggema di dalam ruangan itu..Amerika kota yang indah,namun penuh dengan misteri…
”aku bahkan kaget,dia menikahi wanita biasa dan kecil itu,hanya untuk menutupi kemapuan nya…kau benar-benar membuat malu diriku..Alaska…!”seru pria yang duduk bersandar di balik kursi berlapisan kulit hewan.
“sekarang kalian boleh pergi,kerjaan kalian sudah selesai,kita akan terbang ke Canada 2 minggu lagi…”
“siap tuan…!”jawab beberapa orang berjalan keluar dari ruangan gelap,penuh ketegangan,penuh kedinginan.
asap rokok mengempul hampir diseluruh ruangan,dinding yang di penuhi layar-layar yang besar,menampilkan wajah Alaska dan Sancha.
“hahahah mencoba hidup normal…kau sangat pandai Al,sehingga semua orang tidak tau kau siapa sebenarnya,kau bahkan mengelabui orang-orang sampai sebesar ini…”ujar Kael Terenzio bergumam.
Kael Terenzio, pria keturunan Rusia-Italia, mantan saudara angkat Alaska saat keduanya masih menjadi anak didik dari Bos Besar Kartel Internasional di Eropa Timur. Namun Alaska memilih jalannya sendiri dan membangun kekuatan dari nol. Kael? Ia menganggap pengkhianatan Alaska sebagai dosa utama.
Kael menatap layar. “Kini saatnya aku muncul. Tapi aku tak akan menyerangmu seperti musuh biasa, saudaraku…”
Ia tersenyum sinis sambil membuka laci dan mengeluarkan sebuah berkas tua yang penuh foto, dokumen, dan surat adopsi. Di antara itu semua, terlihat satu foto usang: seorang wanita yang sangat mirip Sancha… namun jauh lebih tua.
Villa Canada.
kedua kasih yang sedang tidur berpelukan itu,seakan damai menjalani hidup seperti ini,Alaska membuka perlahan mata nya..
melihat Sancha(Aca)tertidur pulas di pelukan nya,Alaska memandangi wajah cantik itu,seakan dunia sedang berpihak kepada mereka.
“maaf kalau aku bersikap kasar kepada mu selama ini…”batin Alaska menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah cantik itu.
“kau bahkan bertahan demi anak ini,aku tau itu,tapi terima kasih sudah bertahan hingga saat ini,mulai sekarang aku akan mencoba belajar mencintai ibu dari anak ku…”gumam nya lagi..
Alaska menyentuh pipi Sancha dengan punggung jari, lalu membisikkan kalimat nyaris tak terdengar,
“Kaulah rumahku,Ca… dan aku tak akan membiarkan siapapun menyentuh rumahku.”
Sancha bergumam pelan dalam tidur. Tubuhnya sedikit menggeliat, lalu kembali menempel erat di dada Alaska. Alaska hanya menghela napas, lalu mencium kening Sancha dengan lembut. Sesuatu di dalam dirinya runtuh sedikit demi sedikit.
Namun di luar villa itu… di balik ketenangan alam Kanada, bahaya mulai mengintai.
Kael Terenzio musuh dari masa lalu yang mengetahui rahasia terdalam Alaska telah menjejakkan kaki di benua yang sama. Dan waktu mereka semakin sempit.
Tapi pagi itu, di tempat tidur hangat yang dibalut selimut bulu dan pelukan dua jiwa yang patah namun saling menyembuhkan, dunia seperti menunda nerakanya… untuk satu hari lagi.
Alaska menghabiskan waktu liburnya sehari di Villa,setalah melepaskan gairahnya kepada Sancha.
Alaska membiarkan Sancha tidur,karena ia sadar kemarin malam ia membuat Sancha lelah.
Alaska sedang duduk di ruangan kerjanya,ini sudah pukul 11 siang,tapi tidak ada tanda-tanda Sancha bangun,Alaska menutup laptop nya dan berjalan menuju kamar mereka.
saat membuka pintu,ia melihat Sancha sedang menonton televisi,sudah selesai mandi dan rambut yang masih di baluti handuk kecil,dengan susu ibu hamil di samping nya…
Sancha menoleh kearah Alaska..terukir senyuman di bibir Sancha…”apa sekarang kau ingin menebus dosa kepada ku…?”tanya nya dengan wajah yang polos dan membuat alis Alaska berkerut.
“dosa…!”lirih Alaska..
Sancha bergumam…”uhm,kau sudah membuat ku lelah kemarin malam,setidaknya kau memberi ku hadiah,aku baru melihat di televisi,pasangan yang dimana suaminya memberikan hadiah kepada istri nya yang sedang hamil..jadi…”
“kau mau hadiah…?”tanya Alaska to the point..
wajah sancha tampak berpikir…”bisa di bilang begitu…kira-kira kau akan memberikan apa kepada ku Al..?”tanya Sancha mulai berani menyebut nama alaska..
Alaska tersenyum didalam dirinya,ia seakan melihat gadis kecil yang memohon di berikan hadiah…”kau mau apa…?biar pengawal membawa nya kesini…”
Sancha menarik lengan Alaska duduk di samping dirinya dan menutup pintu,mereka duduk di kursi kamar..
”apa kau serius akan memberikan ku hadiah Al..?”
“uhm.”
“tapi aku bingung harus meminta apa…karena di mansion semuanya sudah lengkap,ya walaupun aku tidak pernah menggunakan nya,tapi…”
“tapi apa…?kau tau itu semua nilai nya tidak main-main…?”
“tentu..tapi kau tau sendiri aku selalu didalam mansion…argh sudahlah tidak perlu membahas itu…”
“aku ingin hadiah nya,kalau anak kita sudah lahir nanti,aku ingin membuka usaha…”jelas Sancha percaya diri…
“tidak.”
badan Sancha mendadak lemas,ia tak tersenyum seperti tadi…Alaska memandangi perubahan ekspresi Sancha—yang tadinya ceria, kini tampak kecewa. Ia menghela napas panjang, lalu mengusap pelan kepala Sancha, menggantikan ketegasan tadi dengan sentuhan yang lebih lembut.
“Aku bilang tidak… karena aku tak mau kau sibuk mengurus usaha saat baru melahirkan.”
Nada suaranya tetap tenang, namun mengandung makna.
Sancha menunduk, memainkan jari-jarinya di atas paha. “Aku hanya… ingin merasa berharga, Al. Bukan hanya wanita yang tinggal di mansion dan menunggu suami pulang malam.”
Alaska menatap wanita itu lama. Dalam diamnya, ia membaca raut wajah yang mulai berubah sendu.
Sancha tak sadar… bahwa ia perlahan mengubah pria itu, tanpa memaksanya.
Alaska akhirnya bangkit berdiri, lalu berjalan menuju lemari kecil di pojok kamar. Ia membuka sebuah laci rahasia, mengeluarkan satu kotak beludru hitam, dan menyerahkannya kepada Sancha.
“Ini hadiahmu.”
Sancha menatap kotak itu dengan bingung. Ia membukanya perlahan… dan menemukan sebuah kunci kecil berlapis emas putih, dengan ukiran nama:
“La Vida”-Untuk Sancha dan Anak Kita.”
Sancha terdiam. “Apa ini…?”
Alaska menyandarkan diri ke dinding, menyilangkan tangan. “Sebuah bangunan. Dua lantai. Lokasinya dekat taman kota, tempat anak-anak bermain, dan café-café kecil. Aku sudah siapkan semuanya. Kalau kau masih mau punya usaha… bangunlah di sana. Setelah kau siap.”
Sancha menatap Alaska dengan mata berkaca-kaca. Ia tak sangka pria yang dikenal dingin dan penuh kontrol ini, diam-diam memperhatikan keinginan kecilnya.
“Terima kasih, Al…” bisiknya.
Alaska berjalan mendekat, menyentuh perut Sancha yang mulai membulat. Ia menatap lekat wanita itu.
“Aku ingin kalian bahagia. Tapi dengan cara yang aman, bukan terburu-buru.”
Sancha tersenyum haru, lalu menarik tangan Alaska untuk duduk kembali di sampingnya.
“Kalau begitu, mulai sekarang, aku akan belajar membahagiakan diriku sendiri… dan juga kau.” katanya sambil menyandarkan kepala ke bahu Alaska.
Dan untuk sesaat, dunia terasa tenang.
Namun jauh dari villa itu… di tempat yang tak diketahui Sancha maupun Alaska, Kael Terenzio kini mulai menggerakkan catur-catur permainannya.
Karena bagi Kael… keluarga, cinta, dan masa lalu Alaska adalah titik lemahnya dan ia akan menyerang dari sana.