Novel ini kelanjutan dari Cinta di atas menara ( pencuri hati pria lumpuh)
Arabella adalah seorang gadis muda yang terpaksa menikahi seorang pria yang sangat membenci wanita.
Di matanya semua wanita adalah sumber penderitaan.
Tapi seiring berjalannya waktu pemikiran itupun berubah,dan semua sudah terlambat.
Perlakuan kasar dan tidak manusiawi yang Bella terima selama ini telah mengubah hatinya yang tak lagi menginginkan cinta dari suaminya. Bella pun memilih pergi meninggalkannya. Nah apa yang akan terjadi selanjutnya?
Dan siapakah Arabella? adakah hubungannya dengan Devan dan Andara? Bagaimana kisah selanjutnya..?
Yuk simak di karya terbaruku.
Jangan lupa like, subscribe dan komentar yang baik baik ya 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewidewie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Setelah beberapa jam perjalanan Saga, Vincent dan beberapa orang dari tim tiba di sebuah perkampungan. Mereka disambut dengan antusias oleh para warga sekitar yang memang sangat memberikan respon positif atas pembangunan area perumahan baru di daerah tersebut sebagai destinasi pariwisata yang akan membawa dampak baik bagi perekonomian masyarakat. Dengan adanya pembangunan perumahan dan beberapa villa di daerah tersebut akan menjadi jalan untuk mengenalkan wilayah yang terpencil itu kepada para wisatawan dan turis asing, mereka akan tahu betapa indahnya alam indonesia. Meskipun berada di daerah terpencil namun tidak kalah dengan Raja Ampat, Lombok dan Pulau Dewata.
Ini pertama kalinya Saga menginjakkan kakinya di alam pedesaan yang begitu indah dengan pemandangan alam yang eksotis. Perlahan ia membuka kacamatanya, menghirup betapa segarnya udara di sini.
Vincent nampak senyum senyum sendiri melihat Saga seakan telah terhipnotis dengan keindahan alam di sana
Semua warga pun tersenyum bahagia dengan kedatangan mereka, beberapa orang bahkan sempat kagum dengan ketampanan Saga Mahendra yang memang nyaris sempurna.
Lalu seorang laki laki memakai seragam cokelat berjalan mendekati Saga, lalu berjabat tangan " Selamat datang tuan muda Mahendra. Selamat datang di desa kami, semoga anda betah tinggal di sini dan pembangunan villa berjalan dengan lancar".
Saga tersenyum elegan " Iya pak, desa ini sungguh luar biasa.Terimakasih atas penyambutannya dan semoga kerjasama ini berjalan dengan baik".
Mereka pun bersorak penuh kebahagiaan. Lalu mereka meminta Saga, Vincent dan timnya untuk duduk di sebuah tempat yang sudah disediakan . Mereka disuguhkan dengan berbagai jenis makanan khas serta beberapa buah tangan yang terbuat dari bahan alam yang ternyata bernilai tinggi apabila dipasarkan dengan baik.
" Tuan Saga, untuk sementara anda dan yang lainnya nanti akan menginap di rumah saya. Tempatnya tidak luas namun cukup untuk beberapa orang, kamarnya juga sudah saya siapkan khusus untuk anda tuan" Ucap kepala desa dengan begitu hormat.
Saga dan Vincent tersenyum sambil mengangguk.
***
Waktu begitu cepat berlalu, tanpa terasa sudah hampir satu minggu mereka tinggal di desa itu, pemandangan yang luar biasa bagaikan mutiara yang tersembunyi di antara terumbu karang, begitu mempesona hingga seorang Saga Mahendra yang dingin angkuh dan arogan bisa terhipnotis oleh pesonanya.
Pembangunan perumahan dan Villa juga sudah mulai berjalan.
Pagi itu Saga berada di teras rumah sederhana dengan pemandangan yang luar biasa, suara gemericik air dari pancuran yang langsung terhubung dari gunung, suara kicauan burung dan semilir angin lembut yang menyapa bagaikan nyanyian merdu anak kecil. Hati Saga mulai terbuka, perlahan ia bisa melupakan semua masalah hidupnya termasuk rasa benci yang selama ini selalu menghantuinya. Mungkin pilihan Najwa untuk membawa kakaknya ke sana memang sangatlah tepat.
" Tuan Saga, saya sudah buatkan sarapan untuk anda, silahkan tuan cicipi" Celetuk seorang gadis cantik yang masih duduk di bangku SMA dengan senyum manis dan menawan. Ia adalah Aliya putri pak kepala desa.
Membawa nampan berisi semangkuk mie instan plus telur bebek dan berbagai sayur yang dipetik sendiri di pekarangan rumah.
Saga tersenyum tipis tanpa bicara hanya sebuah anggukan perlahan.
Aliya pun meletakkan makanan itu di atas meja kemudian membalikkan badannya dan segera mengambil tas sekolahnya.
" Tuan, hari ini kita akan meninjau lokasi ke dua tempat salah satunya berada di desa sebelah" Ucap Vincent tiba tiba dengan langkah tegap, setelan Jaz kerja serta beberapa lembar kertas di tangannya.
Saga menoleh menatap Vincent " Hari ini kita tunda dulu Vin, aku ingin menikmati pegunungan yang ada di depan sana. Kamu pernah mendaki?"
Mendengar pertanyaan bosnya Vincent pun mengangkat kedua alisnya" Serius tuan?"
Saga tersenyum tipis " Iya Vin aku serius, kita akan mendaki gunung itu"
Aliya yang mendengar percakapan tuan muda itupun segera berbalik badan dan mendekati keduanya" Tuan tuan mau Aliya temani jalan. Aliya pernah lo naik gunung itu( sambil menunjuk ke arah sebuah gunung yang berada tepat di depannya)"
Saga dan Vincent saling pandang kemudian tersenyum kecil.
" Memangnya kamu gak sekolah?"Tanya Saga.
" Ya hari ini Aliya lupa kalau gurunya sedang ada rapat "
" Awas jangan bohong kamu Al" Sahut Vincent dengan candaannya.
Aliya pun tersenyum tipis dan melangkah masuk ke dalam rumah untuk berganti outfit.
Saga dan Vincent menggeleng perlahan lalu ikut bersiap untuk melakukan pendakian.
" Kamu hebat Wa, karena ide kamu sekarang tuan Saga berubah. Saat pulang dari sini nanti kamu pasti tidak akan mengenali kakakmu. Dia banyak berubah" Gumam Vincent dengan langkahnya menuju kamarnya.
Beberapa saat kemudian, Saga, Vincent dan Aliya pun siap dengan langkahnya menuju gunung. Puncak gunung tidak begitu tinggi dan tidak terlalu jauh, jadi tidak perlu perbekalan yang lebih.
Dalam waktu dua jam mereka sudah tiba di puncak.
Saga menatap luas ke depan, ia rentangkan kedua tangannya untuk menghirup udara kebebasan.
Vincent hanya melihatnya tanpa berani berucap. Perubahan besar yang terjadi dalam diri Saga pasti akan membawa kebaikan untuk semuanya.
Setelah beberapa saat mereka pun memutuskan untuk turun dan kembali ke rumah pak kepala desa.
Tapi di tengah perjalanan mereka memilih beristirahat sebentar di sebuah gubuk yang berada di pinggir sawah.
" Aliya, kamu gak capek?" Tanya Saga membuka percakapan.
" Hmm tidak tuan, Aliya sudah biasa naik ke gunung itu bersama teman teman Aliya " Jawabnya enteng.
" Tidak perlu panggil tuan Al, panggil aku kakak saja"
Aliya pun tersenyum tipis dan mengangguk mengerti.
Tiba tiba langit menjadi gelap dan awan tebal menyelimuti kaki gunung. Mereka pun bergegas pulang.
Karena terburu dan kurang hati hati kaki Saga menginjak duri hingga mengeluarkan banyak darah membuat Vincent dan Aliya ketakutan.
" Gak usah panik Vin, aku tidak apa apa " Ucap Saga sambil meringis menahan nyeri.
" Tapi tuan " Vincent sangat cemas dengan kondisi Saga yang terlihat pucat.
" Kak, kita harus segera membawa kak Saga ke klinik, duri yang diinjak kak Saga beracun, bisa berbahaya kalau tidak segera ditangani.Di sana dokternya handal kak, dia tampan seperti kalian, Aliya lupa siapa namanya" Ucap Aliya.
Vincent pun mengangguk, ia segera memapah Saga dan membawanya berjalan menuju klinik yang berada di desa sebelah.
Dengan tertatih, Saga, Vincent dan Aliya pun tiba di perbatasan desa, dan kliniknya pun berada di ujung jalan tidak terlalu jauh dari sana. Dengan senyum tipis mereka segera berjalan ke arah klinik tersebut.
Begitu tiba di depan klinik, perasaan aneh menyelimuti hati Saga. Tiba tiba dadanya berdebar hebat.
Vincent menatapnya dengan penasaran" Ada apa tuan?"
" Vin, tiba tiba dadaku berdebar, ada apa ini?" Jawab Saga sambil memegangi dadanya.
" Tuan kalian mau berobat? Mari silahkan masuk, kebetulan dokter ada di dalam "Ucap seorang suster yang menyambut kedatangan mereka.