NovelToon NovelToon
Hidup Kembali Di Tubuh Anak Kecil

Hidup Kembali Di Tubuh Anak Kecil

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Mengubah Takdir / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Menjadi bayi
Popularitas:26.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nopani Dwi Ari

Di khianati dan terbunuh oleh orang yang dia cintai, Nada hidup kembali di tubuh seorang gadis kecil yang lemah. Dia terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa?

"Kakak, tolong balaskan dendam ku." Pinta gadis kecil yang namanya hampir sama dengan Nada.

"Hah!! Gimana caranya gue balas dendam? tubuh gue aja lemah kayak gini."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nopani Dwi Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.34

"Kara?" panggil Jayden memastikan. Kara hanya tersenyum tipis, tubuhnya sangat lemah. Berbeda sekali saat Nada di dalam tubuhnya, bahkan Nada bisa menghajar Alfa jika ada. 

Evelin yang masih menangis dalam dekapan Sekar segera melepaskan diri dan menghampiri Kara. 

"Mama," panggil Kara lembut, membuat Evelin semakin yakin bahwa anaknya sudah kembali.

Bagas yang mematung dan menghapus air matanya juga menghampiri Kara. 

"Papa, aku senang akhirnya Papa datang menjengukku," lirih Kara dengan suara lembut. Evelin memeluk erat tubuh Kara, isaknya semakin keras. 

"Kara, sayang jangan pergi lagi. Ya! Jangan tinggalin Mama," rintih Evelin.

Namun, Kara hanya diam, seolah sudah mengambil keputusan hidup untuk kedepannya. Wajahnya yang lemah dan tersenyum tipis membuat Evelin semakin khawatir tentang apa yang ada di pikiran anaknya.

"Jangan Kara, jangan!! Mama mohon." Evelin berucap dalam hati.

"Mama, terima kasih selama ini sudah merawat dan menyayangi aku. Aku akan senang jika Mama bahagia," ujar Kara dengan suara lembut. 

Evelin menatap anaknya dengan mata berkaca-kaca, "Kamu tahu, bahagia Mama adalah kamu, Kara," balas Evelin, suaranya tercekat oleh emosi.

Semua orang hanya memperhatikan ibu dan anak tersebut, termasuk Bagas yang diam mematung dengan wajah pucat. 

Kara melirik ke arah Bagas dan mengulurkan tangannya. 

"Papa, terima kasih sudah khawatir sama aku. Dan sekarang Papa bisa bahagia sama keluarga, Papa yang baru," kata Kara dengan senyum tipis.

Bagas mencium tangan Kara, suaranya terguncang. 

"Engga, jangan begini. Papa sayang sama Kara, Papa rindu Kara juga." Bagas memohon kepada Kara untuk tidak meninggalkannya. 

"Kamu akan tetap bersama Mama dan Papa. Kara, jangan tinggalin kita, ya!" pintanya.

Namun, Kara hanya tersenyum lembut. 

"Aku sakit, Pa. Aku gak kuat, setiap malam aku selalu berharap Papa atau Mama datang padaku dan menenangkan aku, tapi semua itu hanya ilusi," lirih Kara dengan suara yang lemah.

Matahari bergerak naik, para tetangga mulai berdatangan, mereka melihat adegan itu dengan penuh rasa ingin tahu dan saling berbisik tentang kondisi Kara yang tidak biasa.

****

Sementara itu, Alfa terus berlari dari kejaran orang-orang berpakaian preman yang mengejarnya dengan gigih. 

Sejak kemarin, dia sudah curiga bahwa rumah yang disewa sedang diintai. Dan benar saja, saat dia akan keluar, dia diikuti oleh orang-orang aneh yang kemudian mengejarnya. 

"Ahh, sial! Rima, angkat teleponnya," kesal Alfa, dia ingin meminta perlindungan Rima.

Alfa melirik ke arah belakang, dimana orang-orang tersebut masih mengejarnya dengan nafas yang terengah-engah. 

Alfa berbelok di gang sempit dan bersembunyi, berharap bisa menghindari kejaran mereka. 

"Ada apa?" tanya Rima, setelah panggilan tersambung.

"Gue dikejar, Rima. Tolongin gue," balas Alfa dengan nafas yang memburu. 

"Apa? Gue gak mau ikutan, Alfa. Awas aja kalo lo bawa-bawa gue," ancam Rima, dia dengan cepat mematikan sambungan telepon secara sepihak. 

"Sial!" umpat Alfa, merasa frustasi.

Namun, saat akan berbalik, dia sudah tertangkap oleh orang-orang yang mengejarnya. 

"Lepas! Apa salah saya, Pak? Kenapa anda menangkap saya?" tanya Alfa, memberontak dengan panik. 

"Jelaskan semuanya di kantor polisi," jawab mereka dengan tegas.

"Tidak, saya tidak salah. Lepaskan! Lepaskan!" teriak Alfa, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman mereka. Namun, mereka tidak melepaskannya, membuat Alfa semakin panik dan bingung.

Kabar penangkapan Alfa pun langsung sampai di telinga Samudra, yang kini masih menangisi Nada. Embun juga menangis, dia berharap Nada selalu ada bersama mereka. 

Evelin dan Bagas memeluk Kara dengan erat, tubuhnya semakin lemah.

"Kara, jangan tinggalkan Mama," bisik Evelin dengan suara yang tercekat. 

"Aku harus pergi, Ma. Biarkan Kak Nada yang menggantikan ku. Suatu saat, nanti aku akan kembali dalam pribadi yang berbeda," bisik Kara, suaranya mulai melemah.

"Engga, Kara," sahut Bagas, dia memeluk sang anak dengan sangat erat bersama Evelin. 

"Aku sayang, Mama dan Papa. Juga Abang Jayden," ucap Kara, melirik ke arah Jayden dan Sekar dengan mata yang mulai kabur.

Evelin dan Bagas semakin erat memeluk Kara, berusaha menahan kepergian anak mereka. Suasana menjadi semakin emosional dan menyedihkan, membuat semua orang di sekitar mereka merasa sedih dan kehilangan.

****

Nada membuka mata, dan dia teringat saat terakhir kali dia berada di halaman rumah Evelin, melihat tatapan Evelin penuh terluka. Membuat semuanya menjadi gelap, dan saat Nada membuka mata, dia berada di suatu tempat yang indah, seperti taman yang penuh dengan bunga dan cahaya.

"Ibu, Ayah?" panggil Nada, saat melihat orang tua kandungnya berdiri di depannya. 

"Nada sayang," mereka memeluk Nada dengan erat, membuat Nada merasa hangat dan nyaman.

"Kalian menjemput ku?" tanya Nada, merasa penasaran. 

"Tidak, Ibu dan Ayah akan menjemput seseorang. Nada sayang, hiduplah lebih baik setelah kamu diberi kesempatan kedua untuk hidup," jelas Ayah Nada dengan suara yang lembut.

"Tapi, aku sudah meninggal. Aku harus ikut kalian," paksa Nada, merasa tidak ingin berpisah dengan orang tuanya. Orang tua Nada hanya tersenyum, mereka memeluk Nada lebih erat.

"Berbahagialah sayang, maafkan kami tidak bisa memberikan kasih sayang yang terbaik untukmu," lirih Ibu Nada, sebelum orang tua Nada berjalan menjauh, meninggalkan Nada sendirian.

Tiba-tiba, Nada mendengar suara Kara. 

"Kak Nada, terima kasih!" ucap Kara, membuat Nada terkejut. 

"Kara, kamu..." Nada tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, karena Kara langsung memotongnya.

"Aku sayang sama Kakak. Makasih udah bantu aku hukum orang jahat itu," bisik Kara, dengan suara yang lembut. 

"Tolong jaga Mama. Dia pasti sedih, aku yakin dia pasti nerima Kakak," Kara meminta, sebelum berlari menyusul orang tua Nada.

Nada terkejut melihat Kara, yang memiliki postur sangat mirip dengannya saat kecil. 

"Kara," panggil Nada, merasa ingin tahu apa yang terjadi pada adiknya.

****

Suara isak tangis memenuhi pendengaran Nada, dia mencoba untuk membuka mata dengan pelan. Namun, sangat sulit.

"Kara." Pekik Evelin dengan suara yang terguncang. 

"Sudah, Ev. Jiwa Kara sudah pergi," ujar Sekar, dia menarik Evelin dari tubuh Kara yang tidak bergerak lagi.

Samudra hanya menatap dengan penuh harap, menunggu siapa yang ada di tubuh kecil tersebut. Sedangkan Bagas, dia hanya menatap kosong ke depan, seolah separuh jiwanya ikut pergi bersama Kara. 

Bagas masih mengingat kata-kata Kara sebelumnya.

"Aku sayang Mama dan Papa, aku akan kembali. Menjadi lebih baik dan kuat. Aku akan lahir dari keluarga yang penuh cinta." Bagas yakin bahwa Kara pasti akan kembali melalui reinkarnasi.

Mata Nada terbuka dengan pelan, lalu menutup kembali karena cahaya yang menyilaukan matanya. Ketika mata Nada terbuka lagi, dia menatap sekeliling dengan bingung. 

"Kara." Panggil Nada, mencoba untuk memahami situasi. 

"Tante Evelin," lirih Nada dengan suara yang lembut.

Evelin yang menangis di pelukan Sekar, menatap Nada dengan mata yang berkaca-kaca. 

"Maafkan aku, aku gagal membawa Kara. Tapi, takdir Tuhan siapa yang tahu kedepannya," ucap Nada menunduk dengan sedih. Evelin menggeleng tak percaya, masih mencoba untuk memahami situasi.

Sekar menenangkan Evelin, mencoba untuk mengikhlaskan jiwa Kara. Sedangkan Jayden sangat sedih dan meninggalkan tempat itu, tidak luput dari perhatian Nada. 

Bagas pun hanya menatap dengan tatapan sedih, lalu Samudra dan Embun mendekat dan memeluk Nada dengan haru.

Bersambung ...

Maaf typo

1
Lala Kusumah
hadir
Andriyati
evelyn bodoh,, harus nya kamu sayangi raga anak mu,, bentuk penyesalan atas apa yg terjadi sama anakmu,, ini malah bersifat egois,, emang kamu gak sayang anak mu kok
Mochi 🐣
Hana terlalu baik jadi anak
Epi Widayanti
/Heart//Heart/
Mochi 🐣
lanjut
YAM
Luar biasa
Vivo Y93
lanjut
Aksara_Kata
/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
Mochi 🐣
/Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
Epi Widayanti
lanjut /Heart//Heart//Heart/
taya
anak aneh sih menurut ak dtang tiba"trauma
Alfiya Humairah
lanjut Thor selalu semangat
Mochi 🐣
lanjut
Cinta Salsabila
lanjut dong
Epi Widayanti
/Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
AriNovani
Yang baru baca tolong jangan di skip ya!! soalnya ngaruh ke pendapatan kalo di skip, ya aku gk bayaran 😢
Diah Susanti
kirain udah SMP karena di bab sebelumnya disebut gadis kecil diduga kena pelecehan, ternyata masih balita. miris banget nasibnya, sampai meninggal dianiaya pacar ibunya
Epi Widayanti
lanjut 💪💪💪
Mochi 🐣
Lanjut /Determined//Determined//Determined/
Anonymous
semangat nulis/Determined/
AriNovani: /Heart//Heart//Heart/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!