Percaya tidak kalau keberuntungan seseorang yang pertama kali adalah terletak di rahim mana Ia di lahirkan. Terlahir dari rahim seorang yang punya moral tidak baik harus membuat Kayla Lestari berjuang extra agar tidak mengikuti jejak sang Ibu.
Mampukah Tari melakukan itu ??
Yuk simak selengkapnya, jangan lupa dukung karya Author
Rate, like, komen, fav dan share ya, makasih.
Love you all💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anak Haram
Setelah semua beres Tari kembali dengan rutinitas nya di rumah sakit, namun baru saja akan menjalankan tugasnya ponselnya berdering.
" Iya hallo assalamu'alaikum "
"~~
" Iya Bu, dengan saya sendiri. Maaf ada apa dengan anak saya "
" ~
Tari terkejut mendengar kabar dari pihak sekolah tempat Arka menuntut ilmu.
" Baik Bu, saya akan segera kesana "
Tari segera meraih tas kecilnya dan berlari keluar dari ruangannya, Ia berpapasan dengan Risma yang kebetulan ingin ke ruangannya.
" Dokter, Dokter mau kemana kok buru buru banget " Tanya Risma yang melihat kepanikan di wajah sahabatnya.
" Ris, tolong kamu gantikan aku sebentar memeriksa pasien pasien kita pagi ini, aku keluar sebentar karena ada keperluan mendadak "
Risma ingin bertanya lebih lanjut namun Tari sudah berlari meninggalkan nya. Risma yang melihat itu pun ikut khawatir.
" Hei, kenapa melamun disini "
Dokter El melambai lambaikan tangannya di depan wajah Risma karena melihat wanita itu sedang berdiri mematung.
" Ah Dokter bikin kaget saja " Risma mengusap dadanya pelan.
Hampir saja jantungnya copot karena keberadaan pangeran tampan di hadapannya.
" Ada apa kok kaget begitu " Tanya El yang di sertai tawa renyahnya.
Risma mencoba mengatur pernapasan dan juga detak jantungnya.
" Itu Dok, Dokter Tari " Risma menunjuk ke arah terakhir Tari menghilang.
" Tari, kenapa dengannya " Kini El yang jadi bingung bercampur khawatir.
" Oh tadi Dokter Tari ijin pulang katanya ada keperluan mendadak, tapi seperti nya wajahnya sangat pucat, saya hanya khawatir Ia mendapat masalah serius "
Akhirnya Risma mampu menguasai dirinya dan berbicara dengan tenang.
" Tari, ada apa dengannya. Kenapa tidak bicara dari tadi "
El yang juga panik akhirnya berlari ke parkiran mengejar Tari, meninggalkan Risma yang dilanda kebingungan.
" Ada apa dengan mereka, kenapa pada kompak ninggalin aku sih " Gumam Risma.
Ia kembali ke ruangan Tari untuk mengambil berkas yang Ia butuhkan.
" Cari tahu apa yang terjadi pada wanita itu, dimana keberadaannya " Pesan teks dari El untuk orang kepercayaannya.
Tari segera melangkah cepat memasuki area sekolahan, Ia sudah tidak sabar menemui Putranya.
Ia langsung masuk ke ruangan kepala sekolah karena dulu Ia pernah memasuki ruang itu, Ia terkejut melihat Putranya yang nampak di kelilingi beberapa perempuan yang memarahinya.
" Sayang " Tari langsung memeluk Putranya bahkan tanpa memberi salam terlebih dahulu.
Arka memeluk erat tubuh Ibunya
" Jangan takut sayang, ada Mama disini "
Tari mengelus punggung anaknya itu memberi rasa nyaman.
" Ada apa ini Ibu kepala sekolah, kenapa anak saya di kelilingi seperti ini, seperti seorang terdakwa "
Seorang Ibu Ibu dengan penampilan berlebihan langsung menghampiri Tari dan berkacak pinggang.
" Oh jadi ini ya Ibunya, eh dengar baik baik ya ja\*ang, punya anak itu di ajarin bukan di biarkan begitu saja "
Tari terkejut mendengar ucapan wanita di depannya, Ingin rasanya Ia memberi pelajaran pada wanita itu namun Ia lebih memikirkan psikis anak semata wayangnya itu.
" Jaga ucapan Anda Nyonya, lihat dimana Anda berada. Apa begini prilaku wanita terhormat "
Ucapan Tari membuat malu wanita itu, Ia langsung menampar wajah cantik Tari. Meskipun sakit Tari masih bisa menahannya karena sang Putra.
" Cukup Bu " Tegur sang kepala sekolah.
" Wanita ini harus di beri pelajaran biar mulutnya benar, memang ya sekali ja*ang tetaplah ja*ang "
Kepala sekolah jadi serba salah, bagaimana pun juga wanita itu adalah donatur tetap di yayasan itu.
" Bu Hesti bisakah kita bicarakan ini baik baik " Tanya kepala sekolah.
Tari hanya diam saja, Ia hanya mementingkan Putranya saat ini. Apapun yang di lakukan padanya mungkin Ia akan terima, tapi tidak jika itu di alami Putranya.
" Ada apa sebenarnya Bu " Tanya Tari.
Ia mengelus elus pundak Putranya pelan.
" Mari silahkan duduk dulu Bu "
Tari mengangguk dan membawa Putra kesayangan nya untuk duduk. Kepala sekolah menceritakan semuanya apa yang terjadi tentu dengan gangguan si Ibu di belakang yang tidak mau diam meskipun sudah berulang kali di peringatkan,
" Saya sudah bertanya pada keduanya tapi tidak ada satupun yang mau menjawabnya "
Tari tersenyum, Ia menatap Putranya. Tidak ada satu orang pun yang mengenal lebih baik sifat anaknya itu selain dirinya. Putranya itu tidak akan menyakiti siapapun kalau tidak di sakiti lebih dulu.
" Mohon maaf Bu, bisakah saya minta waktunya. Biar saya yang bertanya sendiri padanya "
Tari merasa saat ini bukan waktu yang tepat untuk menanyakan masalah ini pada Arka, apalagi sikap wanita di belakangnya yang terus saja mengoceh.
" Baiklah Bu, silahkan. "
Tari membawa pergi Arka meskipun wanita itu terus menyerangnya dengan kata kata yang tidak enak di dengar.
" Bawa saja anakmu itu, ajari dia dengan baik. Jangan semena mena disini, kalau tidak aku akan membuatnya tidak bisa masuk ke sekolah ini lagi " Teriak Bu Hesti.
Tari tersenyum pada Putranya
" Jangan di dengarkan Nak, sekarang kita pulang ke rumah ya "
Kedua Ibu dan anak itu memilih kembali, Tari memilih diam tidak ingin bertanya apapun hingga sampai di rumah.
Ia menggendong Arka masuk ke dalam rumah. Maudy yang juga mendapat kabar langsung memilih meninggalkan pekerjaannya.
Tari langsung meletakkan jari telunjuknya di bibirnya ketika Maudy ingin bertanya apa yang terjadi, Maudy yang mengetahui itu langsung mengangguk. Tari mendudukkan Arka di atas sofa.
" Mandi dulu sayang, ganti baju terus makan ya. Arka pasti lapar kan sayang "
Sebenarnya Tari ingin menangis melihat Putranya itu, untuk itulah Ia menyibukkan diri agar tidak terlihat menangis.
" Ma, cukup "
Tari yang sibuk mencari baju ganti Arka mendadak menghentikan aktifitasnya.
" Ayo sayang, mandi dulu "
Tari kembali menghampiri Arka dan mengajaknya membersihkan diri.
" Mama, cukup...... ! Maafkan Arka Ma, Arka sudah buat Mama malu, Arka sudah buat Mama di pukul wanita itu, Maafkan Arka..... "
Tari menarik kursi kecil dan duduk di depan Arka, Ia ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya.
" Tidak apa apa sayang, Mama tidak apa apa. Apa wanita itu memukulmu Nak " Tanya Tari pelan
Arka menggeleng pelan, dan Tari mengangguk seraya menghela nafas berat. Hatinya akan sangat sakit kalau dugaannya benar adanya, Ia saja tidak pernah bersuara kasar pada Putranya itu, bagaimana orang lain memperlakukan nya begitu.
" Lalu, apa Mama boleh tahu kenapa Nak. Kenapa wanita itu sampai semarah itu "
Arka diam tidak menjawab dan Tari tidak ingin memaksa Putranya itu, mungkin sekarang Ia belum ingin mengatakan yang sebenarnya.
" Baiklah Nak, tidak perlu mengatakan nya sekarang. Mama ke bawah dulu mau masak udang untuk mu, kamu pasti lapar kan Nak. Jangan lupa mandi, biar nanti langsung makan ya "
Tari melangkah keluar untuk memasak makanan kesukaan Arka.
" Mama, apa Arka anak haram. Anak haram itu apa "
Deghh !!!!
Hati Tari bagai di tusuk seribu duri, akhirnya yang Ia takutkan terjadi juga.
El - Tari
Kevin - Vania
Alvin - Risma
Ilmi - Imel
🥰🥰🥰🥰🥰