Season 2 'Married With Ketos'
Menjalani hubungan jarak jauh itu susah dijalani bagi sebagian orang yang tidak kuat menahan rindu. Seperti kata Dylan, rindu itu berat dan..
Begitu juga yang sedang dijalani oleh pasangan muda Alsava dan Gerald. Ibarat kata baru diajak terbang tinggi kemudian harus terhempas pada sebuah kenyataan. Kenyataan bahwa salah satu dari mereka harus mengejar cita-cita dan impian.
Lalu bagaimana pertemuan mereka setelah lama terpisah? masih samakah hati yang dulu dirasa?
Jawabannya ada di kisah cinta mereka yang baru ya gaes 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sederhana Tapi Bahagia
Alsa duduk di tepi danau yang sering dia datangi ketika sedang ada masalah yang pelik, tatapan matanya lurus ke depan, menatap luasnya danau dengan air tenang. Gerald langsung membawanya ke danau itu saat tadi menemukan Alsa dengan tangis di pinggir jalan.
Tidak lama Gerald datang membawakan sebuah kopi hangat untuknya.
"Minum dulu biar hangat," ucap Gerald membuat Alsa mendongak.
Sebelum Alsa meminumnya, Gerald kembali berucap. "Jangan banyak-banyak ya... nggak baik buat bumil," lanjut Gerald membuat senyum Alsa mengembang.
"Udah kayak dokter kandungan sekarang pak Gerald," jawab Alsa membuat Gerald tertawa renyah.
Sebelum akhirnya keheningan kembali menyelimuti keduanya. Suasana di sana cukup dingin. Gerald memakaikan jaket miliknya di tubuh Alsa. Sementara tubuhnya dibiarkan hanya tertutup kaos biasa.
"Al," panggil Gerald menatap Alsa lekat.
Alsa menoleh. "Kenapa?"
Gerald mengambil tangan Alsa, lalu menggenggamnya sebelum dia kecup singkat tangan istrinya itu. "Aku akan bicara dengan Mami dan Papi, kamu izinin?" pertanyaan Gerald membuat Alsa terdiam beberapa saat.
Alsa kembali menghela napas, sebelum mengangguk kecil dengan sebuah senyum sebagai jawaban. "Lakukan Rald."
Senyum Gerald mengembang, lalu kembali mencium tangan Alsa di genggamannya.
Gerald tidak akan membiarkan kedua orang tua Alsa terus mebambah luka di hati istrinya. Sebisa mungkin dia berusaha untuk membuat Alsa bisa bahagia tanpa ingat goresan luka yang terus orang tuanya torehkan.
"Sini." Gerald menarik Alsa masuk ke dalam peluknya.
Mereka sama-sama menatap ke air danau yang begitu tenang. Gerald ada untuk Alsa disaat Alsa membutuhkan. Sosok Gerald bisa membuat Alsa tenang dan nyaman, karena Gerald juga Alsa merasa bahagia. Gerald kini seseorang yang sangat berati dalam hidupnya.
Hari ini matahari tampak begitu terik, mobil Gerald berhenti di sebuah restorant yang sudah dia janjikan bersama dengan kedua orang tua Alsa. Langkahnya santai menuju dimana meja yang sudah dia pesan sebelumnya.
Sampai akhirnya terdengar helaan napas darinya saat melihat kedua orang tua Alsa di sana. Lebih tepatnya Papi Dion, karena jika Mami Eva beliau sedang tidak bisa datang, Leona ada pemotretan bersama dengan dirinya untuk sebuah brand.
Sebelum duduk Gerald sempatkan untuk mencium tangan Papi Dion, sekecewa apapun dirinya dengan orang tua Alsa, beliau tetaplah orang tua dari istrinya yang harus dihormati.
"Kamu tidak ke cafe Rald?" pertanyaan Papi Dion untuk basa-basi.
Gerald menggeleng. "Alsa di sana Pi," jawab Gerald daj diangguki oleh Papi Dion.
"Terimakasih kamu sudah menjaga Alsa dengan sangat baik," ucap Papi Dion sungkan.
Beliau tahu betul bagaimana Gerald memperlakukan Alsa. Meski Alsa pernah ditinggal Gerald selama dua tahun, tetapi itu semua untuk masa depan mereka. Dan terbukti sekarang dengan Gerald yang sudah bisa membeli kampus dimana Alsa dan dirinya kuliah. Juga beberapa sekolah yang Gerald beli tanpa banyak orang yang tahu.
Gerald mengangguk. "Sudah menjadi tanggung jawab saya Pi," jawab Gerald tenang.
Terdengar helaan napas dari Papi Dion. Beliau terlihat sangat berbeda dari biasanya.
"Maafkan apa yang sudah Mami kamu lakukan, Papi minta maaf," ucap Papi Dion sesal.
Gerald menghela napas. "Saya atau bahkan Alsa sendiri sudah memaafkan Pi, tapi saya minta tolong sama Papi untuk saat ini sebaiknya Mami Eva jangan temui Al dulu," jelas Gerald dan diangguki oleh Papi Dion dengan helaan napas berat.
Beberapa kali Papi Dion sudah memberitahu istrinya untuk tidak menemuin Alsa terlebih dahulu. Tidak akan mudah untuk Alsa menerima kedatangan Leona begitu saja.
Leona ialah anak pertama dari Mami Eva dengan salah satu produser terkenal di luar sana. Tetapi hubungan di antara mereka hanya sebatas pasangan kekasih saja tanpa setatus menikah. Karena tidak mau karir Mami Eva turun, Leona tinggal bersama dengan Ayahnya atau kekasih Mami Eva dulu, sebelum akhirnya Mami Eva mengenal Papi Dion dan memutuskan untuk menikah, pernikahan mereka dikaruniani seorang anak bernama Alsava Mabella. Istri dari Gerald sekarang, dan sekali lagi Mami Eva harus meninggalkan anak dari pernikahannya dengan Papi Dion karena karirnya sebagai model sedang naik saat itu.
"Sekali lagi Papi minta maaf Rald, Papi merasa tidak bisa menjadi orang tua yang baik untuk Alsa. Papi gagal sebagai seorang ayah." Papi Dion menunduk dengan sebulir air mata yang sudah berhasil lolos. Rasa sesal mendalam beliau rasakan. Tetapi dengan kasar segera beliau usap.
Jika Alsa saja bisa kuat, maka beliau juga harus kuat sampai semua benar-benar dalam keadaan baik. Padahal beliau sebenarnya ialah orang yang keras. Tetapi melihat hidup Alsa saat ini membuat beliau merasa begitu bersalah dengan anak perempuannya.
Salah satu alasan kenapa beliau menikahkan Alsa dengan Gerald ialah karena beliau tahu keadaan seperti sekarang ini akan terjadi. Beliau juga tidak bisa menjaga Alsa selama menyelesaikan masalah istrinya dengan mantan pacarnya dulu.
Setidaknya Papi Dion berharap Alsa menemukan bahagia dari keluarga suaminya. Dan terbukti sekarang.
"Leona sakit keras, istri saya begitu menyesal pernah meninggalkan Leona, dia sedang menebus dosa-dosanya dulu," jelas Papi Dion tampak sedih di raut wajahnya.
"Saya tahu apa yang dilakukan istri saya tidak adil untuk Alsa, maafkan istri saya nak," lanjut Papi Dion semakin menunduk.
Papi Dion menyeka air matanya, lalu menatap Gerald dengan senyum. "Papi janji nak, Papi akan menemui Al jika nanti keadaannya sudah lebih baik," jelas Papi Dion dengan senyum.
Gerald hanya mengangguk sebagai jawaban. Dia juga setuju dengan apa yang dikatakan oleh Papi Dion. Tetapi melihat Papi Dion sekarang membuatnya sedikit tidak tega.
"Untuk Papi, biar nanti saya bicarakan dengan Al. Tapi untuk Mami, sebaikanya jangan dulu temui Alsa," jelas Gerald dan diangguki setuju oleh Papi Dion.
Ketika di pesta malam itu sebenarnya Papi Dion terus mengamati Alsa. Beliau sengaja tidak mendekat karena tidak ingin melihat tawa di wajah cantik anaknya luntur. Melihat tawa Alsa sudah lebih dari cukup membuat hati beliau senang.
Alsa baru saja membuat kentang goreng terbang pesanan dari pengunjung di cafenya. Setelah tahu jika Alsa dan Gerald ialah suami istri, banyak anak kampus yang sengaja datang ke cafenya.
Mata Alsa menyipit saat melihat Aska datang dengan senyum tengilnya. Aska terlihat sedang menoleh ke kanan dan kiri, sepertinya Aska memang sedang mencari keberadaannya.
"Mbak sini..." Alsa memanggil salah satu pegawainya.
"Iya Mbak Alsa kenapa?" jawabnya.
Jika dulu Gerald di bilang Kak dengan pegawainya. Kali ini dia sudah dipanggil Mas, karena memang wajah tampan dan sikap Gerald yang sudah jauh dewasa.
"Kalau tuh cowok yang pakai kaos hitam itu mau pesen, bilang aja mejanya penuh ya?" pesan Alsa dan diangguki oleh pegawai tersebut.
"Bagus. Gue ke dalam ya..? eh..kalau tanya gue bilang aja nggak ada," pesan Alsa lagi.
Alsa membaringkan tubuhnya di ruangan Gerald. Merasa aneh dengan cowok bernama Aska yang terus saja muncul tanpa di minta.
Tangannya memainkan ponselnya. Dia ingin tahu keadaan Kia di sana. Sedari tadi dia memang sibuk membantu para pegawainya.
Tawanya pecah kala berbalas pesan dengan Kia. Kia memberitahunya jika baru saja pergi ke pantai bersama dengan keluarga neneknya. Tetapi yang membuat Alsa tertawa karena Kia mengatakan jika sandalnya hilang setelah asik bermain ombak pantai.
Jemarinya membuka salah satu akun sosial media miliknya. Hatinya sedikit tersentil kala melihat foto Leona bersama dengan Maminya memakai gaun yang sama di foto tersebut.
Mereka sama-sama terlihat cantik dan sangat mirip. Alsa ingin bersikap masa bodoh, tetapi rasa penasarannya juga tinggi ingin melihat komen dari ribuan orang yang memenuhi foto tersebut.
Deg
Hatinya mendadak gusar membaca komen dari ratusan orang yang mengatakan jika mereka anak dan ibu yang sangat kompak, bahkan ada beberapa orang yang menuliskan tidak menyangka jika Mami Eva memiliki anak yang sangat cantik, tetapi ada juga yang memberi komentar jika Mami Eva mempunyai anak lain. Yang dimaksud ialah Alsa sendiri. Anak yang tidak pernah Mami Eva tunjukan, hanya beberapa teman sekolah Alsa dulu saja yang tahu.
"Cocok kok mereka..kalau gue kan cocoknya sama Gerald," ucap Alsa berusaha untuk menguatkan hatinya.
Senyumnya terukir bersamaan dengan buliran air matanya yang berhasil lolos dari pelupuk matanya. "Garing," jawabnya tertawa miris.
"Gue bodoh banget sih pakai kepo segala, cengeng kan jadinya," kesal Alsa pada diri sendiri.
Sudah pukul 5 Sore. Alsa tertidur di ruangan Gerald. Sementara Gerald baru saja berkunjung ke cafe miliknya. Alisnya terangkat sebelah kala melihat seorang laki-laki yang sedang berdiri tidak jauh dari mobilnya. Laki-laki yang dia temui di pesta malam itu.
"Sial," umpat Gerlad dengan langkah menuju dimana Aska berada.
"Pulang!" suruh Gerald membuat Alsa menoleh ke asal suara.
"Hei bro...kebetulan banget lo dat-"
"Pulang lo!" usir Gerald lagi.
Aska melongo. "Wait... lo ngusir gue?" tanya Aska dengan bodohnya.
"Lo budek? ngapain kayak orang beg* di cafe gue?" Gerald berlalu pergi setelah mengusir Aska. Tetapi bukan Aska namanya jika pergi begitu saja setelah di usir.
Laki-laki itu kini malah mengejar Gerald yang suda lebih dulu masuk.
Tadi Aska diusir oleh pegawai Gerald yang di suruh Alsa. Mau tidak mau akhirnya menunggu di parkiran untuk bertemu dengan Alsa. Tidak disangka, orang yang ditemuinya malah suami dari seseorang yang dia inginkan.
Langkah Aska berhenti saat melihat Gerald sedang mencium bibir Alsa di ruangannya. Aska terpaku untuk beberapa detik, sampai akhirnya dia sadar sudah mengikuti Gerald sampai sejauh itu.
Gerald menoleh. Melihat Aska yang masih berdiam diri di tempatnya. Membuat Gerald melangkah maju, Aska terihat semakin bodoh cowok di ambang pintu ruangannya itu sekarang.
"Puas?" tanya Gerald membuat Aska gelagapan.
"Belum sampai dia jadi milik gue," ucap Aska pergi dengan sejuta rasa. Antara kecewa dan juga semakin ingin memiliki Alsa.
Aska sadar perasaannya salah, tetapi entah kenapa hatinya berbeda setiap kali melihat Alsa. Dan ini untuk yang pertama kalinya setelah ditinggal oleh mantan kekasihnya dulu ke alam berbeda.
"Sial! hati gue kenapa sih? huh...!" umpat Aska menendang roda mobilnya.
"Akhh....!" umpatnya lagi.
Aska tersadar kala sebuah tangan menyodorkan sebuah minuman untuknya. Kepalanya tertoleh dimana kini wajah Leona yang terlihat di depannya.
"Ngapain lo?" tanya Aksa kesal.
Leona menghela napas. Tetapi senyumnya masih terukir indah di wajah cantiknya. "Minum dulu Ka." Leona memaksa Aska untuk menerimanya.
Mau tidak mau Aska menerima minuman yang Leona berikan. Sebelum akhirnya masuk ke dalam mobilnya. Dengan Leona yang masih berdiri di sebelah mobilnya.
Leona masih menggunakan baju yang tadi dia kenakan untuk pemotretan. Ada salah satu orang suruhannya yang memberitahu jika Aska sedari tadi berada di depan cafe tomad. Cafe milik Gerald dan Alsa.
Aska menghela napasnya kasar. "Sial," umpat Aska seraya membuka kaca mobilnya.
"Masuk!" suruh Aska membuat senyum Leona mengembang.
Gerald dan Alsa sedang makan menggunakan satu piring berdua. Senyum Gerald mengembang melihat Alsa yang semakin hari semakin bertambah nafsu makannya.
"Udah nggak takut gendut lagi?" goda Gerald membuat manik mata Alsa menatap Gerald sebal.
"Bumil sama gadis beda Rald," jawab Alsa dan hanya diangguki oleh Gerald dengan senyum.
"Mau es krim?" tawar Gerald membuat mata Alsa berbinar.
"Cafe kring krong?" tanya Alsa dan diangguki Gerald dengan senyum.
"Tapi habisin dulu yang ini," ucap Gerald membuat Alsa memasang wajah memelasnya.
"Sudah kenyang Rald."
Gerald menggeleng. "Berati es krimnya ditunda," jelas Gerald membuat Alsa menghela napas dengan tatapan matanya menatap piring di depannya.
"Becanda sayang, ayo lanjut es krim," ajak Gerald yang langsung dihadiahi ciuman di pipinya dari Alsa.
Mobil Gerald malaju menuju ke cafe satunya. Di sana memang menyediakan berbagai es krim dengan varian rasa.
Cafe yang juga Gerald dirikan sejak kelas 2 SMA waktu itu.
"Jadi...dia siapa?" tanya Gerald membuat Alsa menoleh.
"Siapa? maksudnya?" tanya Alsa membuat Gerald tersenyum.
"Cowok bodoh tadi," jawab Gerald membuat Alsa seketika paham.
"Aska maksudnya?"
Gerald mengangguk. Sementara Alsa menghela napas dengan tatapan matanya kembali lurus ke depan.
"Pacar Leona mungkin," jelas Alsa.
"Tapi dia suka sama istri aku, lucu." Gerald menggelengkan kepalanya.
"Nggak gitu Rald, dia tuh cowok play boy yang iseng," jelas Alsa merasa keberatan dengan apa yang Gerald katakan.
"Semoga saja, kalau beneran iya... siap-siap saja tinggal nama dia," jelas Gerald membuat Alsa tertawa.
Ini yang ingin Gerald lihat dari seorang Alsa. Tertawa lepas tanpa memikirkan orang-orang yang terus menyakitinya.
"Nggak boleh gitu, aku lagi hamil Rald," ingat Alsa dan dijawab Gerald dengan mengacak rambut Alsa pelan.
Sampai akhirnya mobil Gerald berhenti di depan cafe miliknya. Keadaan cafe kring krong tidak jauh berbeda dengan cafe tomad miliknya. Sama-sama dipadati oleh pengunjung.
Gerald menggenggam tangan Alsa untuk masuk. Senyum Alsa mengembang kala melihat genggaman tangannya mereka. Alsa bahagia dengan perhatian kecil yang Gerald berikan untuknya.
Terimakasih Gerald, suamiku Batin Alsa dengan senyuman tidak luntur dari wajah cantiknya.
Tanpa mereka sadari, seseorang yang berdiri di pojokan cafe menatap mereka dengan tatapan tidak bisa diartikan.
"I lose," gumamnya mencengkram gelas yang sedang dia pegang. Darah segar mengalir di sekitar telapak tangannya.
kok segitu nya merawat anak hasil hubungan gelap mami Eva daripada Alsa yg anak kandung nya?