 
                            Aprilia, gadis desa yang dijodohkan dengan Vernando, pria tampan dan kaya raya, harus menelan pil pahit kehidupan. 
Alih-alih kebahagiaan, ia justru menerima hinaan dan cacian. Vernando, yang merasa memiliki istri "jelek" dan "culun", tak segan merendahkan Aprilia di depan teman-temannya. 
Kesabaran Aprilia pun mencapai batasnya, dan kata "cerai" terlontar dari bibirnya. 
Mampukah Aprilia memulai hidup baru setelah terbebas dari neraka pernikahannya? Atau justru terjerat dalam masalah yang lebih pelik?
Dan Apakah Vernando akan menceraikan Aprilia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Surga Dunia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 29
1 Bulan Kemudian
Hari-hari berlalu begitu cepat, nyaris tanpa terasa. Rutinitasnya tetap sama: mengantar Zio ke sekolah di pagi hari, dilanjutkan dengan perawatan wajah di siang hari, menemani Zio belajar dan bermain di sore hingga malam, lalu pulang ke rumah. Begitulah siklusnya berputar setiap hari.
Perubahan pada wajah Aprilia cukup signifikan. Jerawat bernanah yang dulu meradang kini telah hilang, hanya menyisakan bekas samar yang hampir tak terlihat.
Mungkin dalam beberapa minggu ke depan, dengan perawatan yang lebih intensif, kulitnya akan kembali mulus tanpa noda.
Tepat satu bulan setelah kepergian Vernando, hari ini adalah hari kepulangannya. Lebih istimewa lagi, hari ini juga merupakan hari ulang tahun ibunda Vernando, Dayana.
Aprilia berencana untuk meminta izin pulang lebih awal kepada Yuka, karena ia harus mempersiapkan diri dan membeli hadiah untuk ibu mertuanya.
Namun, di luar dugaan, Yuka tidak hanya mengizinkan Aprilia pulang lebih awal. Ia justru mengajak Aprilia untuk mencari kado bersama.
Sore itu, Zio tertidur pulas. Yuka meminta Mbak Yuli, untuk menjaganya sementara ia dan Aprilia pergi mencari hadiah.
"Mbak, tolong jagain Zio. Saya dan Aprilia mau keluar sebentar," pesan Yuka sebelum melangkah keluar rumah bersama Aprilia.
***
Mereka tiba di sebuah toko perhiasan yang namanya sudah melegenda di kota itu. Lampu-lampu kristal menggantung anggun, memantulkan cahaya ke etalase kaca yang memajang perhiasan berkilauan.
Aprilia dengan mata berbinar menelusuri setiap sudut, hatinya sudah terpaut pada sebuah cincin berlian sederhana namun elegan.
Gajinya yang baru saja ia terima dari Yuka, rela ia korbankan untuk membeli hadiah bagi ibu mertuanya.
"Menurut saya, Gelang ini cocok untuk hadiah dari pak Yuka untuk ibu mertua ku. Bagus kan?" Aprilia menunjuk sebuah gelang emas putih berhiaskan berlian kecil yang tersusun membentuk bunga. Yuka mendekat, matanya meneliti gelang itu dengan seksama.
"Iya, bagus. Cocok untuk Tante Rima," jawab Yuka sambil tersenyum.
Tanpa ragu, Yuka meminta pelayan toko untuk membungkus gelang itu sebagai hadiah untuk tantenya.
Di perjalanan pulang, Yuka tampak gelisah. Ia melirik Aprilia yang sedang asyik memandangi jalanan yang ramai.
Dengan gugup, Yuka memberanikan diri mengajak Aprilia mampir ke sebuah toko baju butik yang terletak tak jauh dari sana.
"April, mampir ke toko baju sebentar, yuk?" ajak Yuka dengan nada ragu.
Aprilia menoleh, alisnya terangkat sebelah. "Mau ngapain, pak?"
"Saya ingin membelikan kamu dress untuk ke acara Tante Dayana nanti. Sebagai ucapan terima kasih karena kamu sudah membantuku memilih hadiah" jawab Yuka tulus.
Mata Aprilia berbinar mendengar jawaban Yuka. Tanpa ragu, ia mengangguk setuju. "Wah, boleh, Pak! Saya juga bingung mau pakai baju apa nanti."
Tanpa menunggu lama, Yuka segera menginjak pedal gas, membelah jalanan yang mulai diselimuti senja.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, membawa mereka menuju butik. Hati Yuka berdebar tak sabar membayangkan Aprilia mengenakan gaun pilihannya.
Di dalam butik, Aprilia tampak bersemangat memilih-milih dress. Ia mencoba beberapa model, namun selalu meminta pendapat Yuka. "Pak, ini bagus nggak? Atau yang ini?"
Yuka dengan sabar memberikan masukan. Hingga akhirnya, matanya tertuju pada sebuah dress berwarna biru muda yang elegan.
Dress itu memiliki potongan yang sederhana namun mampu menonjolkan lekuk tubuh Aprilia dengan indah.
"Coba yang ini. Saya rasa ini cocok banget buat kamu," kata Yuka sambil menyerahkan dress itu kepada Aprilia.
Aprilia segera menuju ruang ganti. Tak lama kemudian, ia keluar dengan mengenakan dress biru muda itu.
Yuka terpana melihat penampilan Aprilia. Dress itu benar-benar cocok untuknya, membuat Aprilia terlihat semakin cantik dan anggun.
"Cantik" puji Yuka dengan tulus meskipun ucapan nya begitu singkat.
Aprilia tersipu malu mendengar pujian Yuka. Ia mematut-matut dirinya di depan cermin, merasa percaya diri dengan penampilannya. "Makasih, pak. Saya juga suka banget sama dress ini."
Setelah dress itu dibungkus rapi, Yuka segera membayarnya di kasir. Lalu Yuka mengantar Aprilia sampai ke depan rumah Vernando.
"Makasih banyak Pak" ucap Aprilia tulus, matanya berbinar menatap Yuka.
Yuka mengangguk "Sama-sama"
Yuka pun segera berpamitan, mobilnya meluncur meninggalkan kediaman Vernando. Ia pun harus segera bersiap-siap untuk menghadiri pesta Dayana malam ini.
Aprilia melangkah masuk ke dalam rumah Vernando. Mbok Ratmi, yang sudah tahu kalau Aprilia pulang, segera menghampirinya dengan senyum lebar.
"Non April sudah pulang? Apa Mbok perlu panggilkan tukang rias buat dandan nanti malam?" tanya Mbok Ratmi, menawarkan bantuan.
Aprilia tersenyum lembut. "Nggak usah, Mbok. Aku bisa kok dandan sendiri. Lagian, Aku kan juga sudah lumayan jago merias wajah dan menata rambut."
Mbok Ratmi mengamati wajah Aprilia dengan seksama. "Iya, Non. Mbok perhatikan, wajah Non juga semakin membaik. Mbok ikut senang lihatnya."
"Iya, Mbok. Makanya Aku nggak perlu pakai make up tebal-tebal. Cukup yang natural aja. Jerawat Aku juga udah pada sembuh, tinggal ngilangin bekasnya aja nih," sahut Aprilia sambil mengusap pipinya dengan lembut.
"Ya sudah, kalau begitu ayo Non, cepat siap-siap. Nanti keburu malam," ajak Mbok Ratmi, tak sabar melihat Aprilia tampil cantik di pesta Dayana.
"Iya, Mbok. Aku ke kamar dulu ya," jawab Aprilia sambil melangkah menuju kamarnya, hatinya berdebar-debar membayangkan pesta yang akan dihadirinya nanti malam.
Aprilia mulai mengaplikasikan langkah demi langkah make up yang sudah ia pelajari dari berbagai tutorial.
Ia memoleskan foundation dengan hati-hati, meratakan eyeshadow dengan kuas lembut, dan memberikan sentuhan akhir dengan blush on yang membuat wajahnya merona.
Ia menatap pantulan dirinya di cermin. Wajahnya tampak lebih segar dan berseri. Aprilia meraih catokan yang sudah dipanaskan, lalu mulai menata rambutnya dengan gerakan perlahan dan terampil, menciptakan gelombang lembut yang membingkai wajahnya dengan indah.
Satu jam berlalu, Aprilia sudah siap. Make up natural yang menawan, rambut yang tertata rapi, tubuh yang terbalut gaun biru muda pemberian Yuka, dipadukan dengan heels yang senada, membuatnya tampak begitu elegan dan mempesona.
Tiba-tiba, ponselnya berdering. Nama Yuka tertera di layar. Aprilia segera mengangkatnya.
"Halo, Pak? Ada apa?" sapa Aprilia dengan nada lembut.
"Apa kamu akan berangkat bersama Vernando?" tanya Yuka.
"Vernando belum pulang, Pak. Sepertinya setelah dari luar negeri, dia langsung menuju kediaman Kakek Arthur. Jadi, sepertinya kita akan bertemu di sana," jelas Aprilia.
"Lalu? Kamu berangkat dengan siapa?" tanya Yuka lagi.
"Naik taksi, Pak," jawab Aprilia singkat.
"Saya jemput," ucap Yuka tegas, lalu langsung memutus sambungan telepon sebelum Aprilia sempat menjawab.
"Astaga! Bagaimana kalau Zio tahu aku Aprilia yang sama dengan pengasuhnya? Dia pasti bingung dan terkejut," gumam Aprilia cemas.
Aprilia keluar dari kamar. Mbok Ratmi langsung terpana melihat penampilannya. Meski Aprilia merias wajahnya sendiri, hasilnya jauh lebih memukau daripada saat ditangani oleh perias profesional.
"Astaga, Non! Kamu cantik sekali!" puji Mbok Ratmi dengan mata berbinar.
"Hehehe, makasih, Mbok. Tapi Aku bingung, Pak Yuka mau jemput sekarang. Kalau Aku ke sana bareng Pak Yuka dan Zio, apa kata keluarga Vernando nanti?" ucap Aprilia, dilanda kebingungan.
"Tidak apa-apa, Non. Kalian kan juga keluarga. Pak Yuka itu sepupu Tuan Nando, sepertinya tidak masalah," hibur Mbok Ratmi.
Aprilia terdiam, masih merasa ragu. Tak lama kemudian, suara mobil berhenti di depan rumah. Aprilia dan Mbok Ratmi bergegas keluar.
"Pak Yuka, Non," bisik Mbok Ratmi.
"Iya, Mbok," sahut Aprilia.
Yuka turun dari mobil bersama Zio. Zio menatap Aprilia dengan tatapan bingung.
"Papah, kenapa kita jemput Tante Aprilia?" tanya Zio polos.
"Dia Kak April," jawab Yuka sambil tersenyum.
"Apa? Kak April? Bukannya dia istri Paman Nando?" tanya Zio, semakin kebingungan.
"Iya, Sayang. Dia istri Paman Nando. Kebetulan, dia juga bekerja di rumah kita. Jadi, Tante Aprilia dan Kak April itu orang yang sama," jelas Yuka dengan sabar.
"Kak April!" seru Zio begitu mengerti, lalu berlari memeluk Aprilia dengan erat.
"Sayang, kamu sudah tahu?" tanya Aprilia sambil membalas pelukan Zio.
"Iya, barusan Papah sudah memberitahuku, kalau Kak April dan Tante Aprilia itu orang yang sama!" jawab Zio dengan riang.
Yuka membukakan pintu mobil untuk Aprilia. Ia duduk di kursi belakang, Yuka juga ikut duduk di belakang, sementara Zio duduk di tengah.
Aprilia merasa sedikit canggung karena duduk bersebelahan dengan Yuka dan Zio, seperti sebuah keluarga kecil yang bahagia.
"Ayo, jalan," perintah Yuka pada Beni, sopirnya.
Beni pun melajukan mobil menuju kediaman Kakek Arthur.
Di tengah perjalanan, ponsel Aprilia berdering. Sebuah pesan dari Vini. Aprilia merasa penasaran dan segera membukanya.
Vini mengiriminya sebuah foto hasil USG dan test pack dengan dua garis merah yang jelas.
Mata Aprilia membulat, tangannya gemetar hebat. Tiba-tiba, tubuhnya terasa lemas tak berdaya.
Ponselnya terlepas dari tangannya dan terjatuh ke lantai mobil. Zio langsung menoleh ke arah Aprilia dengan tatapan khawatir.
"Kak April, kenapa?" tanya Zio cemas.
"Ada apa, April?" tanya Yuka, yang juga terkejut melihat Aprilia tiba-tiba pucat pasi.
Aprilia terdiam, tatapannya kosong. Tanpa sadar, air matanya mulai mengalir deras, namun ia tetap membisu.
"Zio, pindah dulu, Papa akan menenangkan Kak April," ucap Yuka lembut.
Zio pun pindah duduk di dekat jendela, memberikan ruang bagi Yuka untuk mendekati Aprilia.
"Aprilia, ada apa?" tanya Yuka sambil memegang kedua bahu Aprilia dengan tatapan penuh kekhawatiran.
Aprilia tersadar, menatap Yuka dengan air mata yang terus mengalir deras. Kemudian, ia mulai terisak, namun tetap tak mampu mengucapkan sepatah kata pun.
Yuka menarik Aprilia ke dalam pelukannya, berusaha menenangkannya. Ia mengelus punggung Aprilia dengan lembut, membiarkan wanita itu meluapkan kesedihannya dalam pelukannya yang hangat.
 
                     
                     
                    