Janetta Lee, dikhianati saat mengandung, ditinggalkan di jalan hingga kehilangan buah hatinya, dan harus merelakan orang tuanya tewas dalam api yang disulut mantan sang suami—hidupnya hancur dalam sekejap.
Rasa cinta berubah menjadi luka, dan luka menjelma dendam.
Ketika darah terbalas darah, ia justru terjerat ke dalam dunia yang lebih gelap. Penjara bukan akhir kisahnya—seorang mafia, Holdes Shen, menyelamatkannya, dengan syarat: ia harus menjadi istrinya.
Antara cinta yang telah mengkhianati, dendam yang belum terbayar, dan pria berbahaya yang menggenggam hatinya… akankah ia menemukan arti cinta yang sesungguhnya, atau justru terjebak lebih dalam pada neraka yang baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Inspektur Yi yang menyadari reaksi istrinya langsung memecah keheningan ruang kantor.
"Kalian sudah boleh pulang. Jangan lupa hadir pada saat persidangan," kata Inspektur Yi tegas.
"Ma, mereka akan ditahan? Apakah aku tidak bisa kembali ke sekolah itu lagi?" tanya Xiao Han, masih menggenggam tangan Janetta dengan ragu.
"Sayang, Papa dan Mama sudah mendaftarkanmu ke sekolah lain," jawab Janetta menenangkan sambil mengusap kepala anaknya.
" Mari kita pulang dulu," ucap Holdes, lalu menggendong putranya. Sambil memegang tangan Janetta ia melangkah keluar kantor polisi dengan langkah tegap.
"Kakek, sampai jumpa!" teriak Xiao Han sambil melambai tangan mungilnya ke arah Inspektur Yi.
"Sudah, pergi saja. Jangan datang lagi," jawab Inspektur Yi singkat.
Sementara Jojo masih terpaku—matanya tak lepas dari Janetta. "Mama? Anak itu adalah anaknya?" gumamnya tanpa sadar.
"Ma, apa yang Mama bicarakan?" tanya Jay, menatap ibunya kebingungan.
"Tidak ada!" jawab Jojo yang baru tersadar, lalu menepuk dada seakan ingin mengusir perasaan kagetnya.
"Kalian ini seharusnya jangan menimbulkan masalah," ujar Jojo akhirnya, suaranya datar tetapi tegas.
"Ma, jangan salahkan kami juga. Anak sialan tadi itu yang melukai anakku. Ma, Willy itu cucumu," ujar Janny membela diri.
"Janny, sebagai seorang ibu, kau harus bisa mendidik anakmu dan menjaga mulutmu sebelum mengeluarkan kata-kata," balas Jojo tajam.
Suasana menjadi canggung. Jay menarik tangan ibunya pelan. "Ma, ada yang ingin aku bicarakan denganmu," katanya menunduk.
"Ada apa?" tanya Jojo ketika mereka keluar dari kantor.
"Ma, kenapa Mama menikah dengan polisi? Mama tahu Papa sangat membenci polisi," Jay bertanya, nada suaranya campur ragu dan penasaran.
Jojo menghela napas panjang. "Dia membenci polisi karena dia adalah penjahat. Mama malah berharap Inspektur Yi bisa menangkap dia suatu saat nanti," jawab Jojo tenang namun ada kepedihan di matanya.
"Ma, bagaimanapun kalian adalah orang tuaku... kenapa harus bermusuhan?" Jay terus mendesak, suara kecilnya menandakan kebingungan batin.
"Jay, setelah kau kembali bersama Jones, kau banyak berubah. Kenapa sekarang kau lebih memilih dia? Apakah karena dia memberimu kehidupan yang mewah? Jangan lupa satu hal, Jay, jangan pernah terpesona gila pada kekuasaan. Kalau kau tidak berguna baginya, kau akan dibuang... seperti yang terjadi padaku," kata Jojo, nadanya getir, matanya memandang jauh seolah melihat masa lalu.
Ia lalu menatap tajam ke arah Janny dan menambahkan, "Awasi istri dan anakmu. Jangan selalu mencari masalah dengan Shen Xiao Han jika kau tidak ingin sesuatu terjadi pada dirimu dan mereka."
"Ma, apa maksud Mama bicara seperti?" tanya Jay.
Jay mengikuti langkah ibunya yang masuk kembali ke ruang kantor polisi.
"Kalian sudah boleh pulang. Jangan sering datang ke tempat ini," kata Jojo tegas sambil menatap para orang tua yang tersisa.
"Willy, panggil nenek!" suruh Jay dengan suara cepat, ingin meredakan situasi.
"Nenek dan polisi kerja sama, kenapa aku harus panggil?" sahut Willy sinis, menantang.
"Willy, jangan bicara seperti itu," tegur Jay, menahan malu.
"Ibunya seperti itu, makanya anaknya juga sama... tidak ada sopan santun sama sekali," komentar Jojo dingin menatap Janny.
"Ma, Willy masih kecil. Dia masih harus dididik," bela Janny cepat.
"Anak lima tahun saja sudah bisa sopan dan beradab. Sedangkan anak kalian malah jadi preman. Kalau dia sudah menyerupai kakeknya, yang menyesal nanti adalah kalian. Sudah, pulang sana. Jangan membuatku emosi," bentak Jojo tegas, membuat suasana mencekam.
Beberapa saat kemudian Jay dan istrinya meninggalkan kantor polisi bersama Willy.
"Jojo, jangan marah terus. Jaga kesehatanmu," pinta Inspektur Yi lembut, mendekati istrinya.
"Ah Yi, beri tahu aku... apakah Janetta sering datang ke sini?" tanya Jojo, matanya masih waspada.
"Baru hari ini. Kalau Shen Xiao Han, dia memang sudah beberapa kali. Hanya saja biasanya dia ditemani pengacara dan pengawal. Aku baru tahu bocah itu adalah anak Janetta," jawab Inspektur Yi.
"Dan yang paling mengejutkan, dia adalah anak Holdes Shen, musuh Jones," gumam Jojo pelan, wajahnya berubah serius.
"Jojo, masalah ini akan jadi rumit. Apakah ini takdir? Willy Lin dan Shen Xiao Han satu sekolah dan bermusuhan. Sepertinya akan timbul masalah besar. Aku hanya berharap anak-anak tidak terlibat lebih jauh," kata Inspektur Yi khawatir.
"Lalu kalau nanti semuanya terungkap, apa yang akan terjadi pada Janetta? Dia pernah disakiti di pernikahan pertama. Sekarang dia menemukan pria yang mencintainya. Kalau kebenaran terbongkar, apa yang menanti mereka?" Jojo termenung.
"Jojo, kita hanya bisa menunggu. Kita tidak bisa menghentikannya. Jay Lin, Janetta, dan Shen Xiao Han... mereka yang kemungkinan besar akan menjadi korban," jawab Inspektur Yi. "Jika Jones dan Holdes sampai saling bunuh, situasinya bisa berbahaya."
Mansion Keluarga Shen
Holdes melangkah masuk ke dalam kediamannya dengan wajah tegang. Begitu melewati pintu utama, auranya yang dingin langsung membuat semua pelayan menunduk ketakutan.
“Bowie,” panggilnya datar namun penuh tekanan.
“Ya, Bos.”
“Selidiki siapa Jay Lin. Kalau dia memang mafia, kenapa aku belum pernah mendengar namanya?” perintah Holdes dengan nada tajam.
“Baik, Bos,” jawab Bowie cepat, lalu segera melangkah pergi.
Holdes menarik napas panjang, menatap sekilas ke arah putranya yang sedang berdiri di sampingnya.
“Xiao Han, mari pergi mandi dulu. Mama siapkan air hangat untukmu,” kata Janetta lembut sambil mengusap rambut anaknya.
“Iya, Ma. Terima kasih,” jawab Xiao Han ceria.
“Janetta, biar aku saja yang melakukannya. Kau pergilah beristirahat,” ujar Holdes, suaranya kini lebih lembut dibandingkan di kantor polisi tadi.
“Baiklah,” balas Janetta dengan senyum lelah, lalu melangkah menuju kamar.
Begitu Janetta menghilang dari pandangan, Holdes menatap putranya dengan tatapan separuh jengkel, separuh geli.
“Papa, Mama sangat kuat dan hebat. Pantas saja Mama bisa jadi istri Papa,” kata Xiao Han bangga, membuat Holdes tak bisa menahan senyum tipis.
“Setan kecil,” ucapnya sambil menggendong anak itu. “Kau benar-benar pembuat masalah. Sudah berapa kali kau datang ke kantor polisi? Jangan menganggap tempat itu rumahmu.”
Xiao Han terkekeh pelan sambil memeluk leher ayahnya erat-erat.
"Papa akan mengantarmu ke rumah sakit besok, periksa tubuhmu apakah ada luka dalam," kata Holdes.
"Papa, aku ingin ke Hospital Children’s Medical Center," pinta Xiao Han.
"Kenapa harus ke sana, masih ada banyak rumah sakit lain?" tanya Holdes.
"Karena dokter di sana sangat ramah, dan aku sudah terbiasa dengan pelayanan sana," jawab Xiao Han.
Kediaman Keluarga Lin
Sementara itu, di mansion keluarga Lin, suara tamparan keras memecah keheningan malam.
Plak!
Jay terhuyung ke samping, pipinya memerah akibat tamparan ayahnya. Di hadapan Jones Lin yang berdiri dengan aura mengancam, Jay dan Janny hanya bisa berlutut.
“Tidak berguna!” bentak Jones, suaranya menggema di seluruh ruangan besar itu. “Kalian ini orang tua macam apa?! Tidak bisa menjaga anak sendiri! Jangan karena kalian adalah anakku, kalian pikir bisa bertindak sesuka hati!”
Wajah Jones merah padam. “Anak itu... Shen Xiao Han... adalah putra dari istri Holdes Shen! Kalian sadar apa yang telah kalian lakukan? Sekarang dia tahu keberadaanku!”
“Pa, kami tidak tahu kalau anak sialan itu putranya. Lagi pula, wajah Willy sampai terluka,” bela Janny dengan suara bergetar.
Jones menatapnya tajam, lalu tertawa sinis. “Janny, kau ini istri Jay, seorang mafia. Tapi di mana sikapmu sebagai istri mafia? Bahkan istri Holdes Shen saja jauh lebih tangguh darimu! Apa aku harus mengajarimu sendiri bagaimana caranya menjadi istri seorang mafia sejati?”
Nada suaranya bergetar antara amarah dan penghinaan. Jay menunduk dalam, sementara Janny menggigit bibir menahan air mata.
"Kenapa aku bisa memiliki anak yang tidak berguna sama sekali!" bentak Jones dengan nada tinggi. Tangannya mengepal menahan amarah yang hampir meledak. "Besok aku sendiri yang akan mengantar Willy ke Hospital Children’s Medical Center," katanya tegas, suaranya penuh tekanan dan dingin.
"Kalian lebih baik berlutut dan jangan berdiri sebelum perintah dariku!" titah Jones dengan tegas.
up lg dobel2.... lagii
semangatt thorr