Matahari terbenam, memeluk kegelapan. Tepian laut berbisik dengan kencang. Angin malam yang hangat sangat menusuk hingga ke tulang.
Zoya dan Arga dijebak seseorang sehingga mereka harus dinikahkan paksa oleh warga desa. Karena pernikahan itu, Zoya dibenci keluarganya. Suaminya yang masih berstatus pelajar pun sangat membencinya.
Bagaimana kisah Zoya di masa remajanya yang harus nikah muda?
Ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Dapat Gangguan
"ZOYA! ZOYA!"
Arga menggedor pintu kamar Zoya. Terdengar suara kunci, Zoya membuka pintu kamarnya. Zoya menunjuk ke jendela. Arga memeriksa jendela Zoya
Ada yang membobol jendela kamar Zoya. Orang itu melempar sesuatu. Setelah diperhatikan, orang itu melempar boneka kecil yang dibungkus kain putih mirip seperti pocong.
"AAAAAAAAAA!" Arga melempar boneka itu keluar jendela.
"Kak, tadi aku liat orangnya pake baju hitam," kata Zoya.
"Gue juga sempat liat di jendela dapur. Bentar, gue telpon Papa," Arga keluar dari kamar Zoya.
Zoya yang ketakutan mengikuti Arga ke ruang tamu. Arga memberitahu papanya ada orang jahat yang membobol jendela kamar Zoya. Alan akan mengirim orang ke rumah Arga. Alan tidak bisa ke rumah Arga karena ada urusan di luar kota.
Arga dan Zoya duduk di ruang tamu. Tidak ada pembicaraan, mereka hanya diam. Lagi-lagi mereka melihat sekelebat bayangan melintas di luar jendela. Zoya refleks duduk di samping Arga sambil menutup wajahnya.
"Cari kesempatan lu?" Arga mengernyitkan keningnya.
"Maaf, maaf Kak," Zoya perlahan menggeser duduknya.
Perlahan sore menjelang. Langit pun mulai berwarna jingga kemerahan. Zoya merasakan suasana di dalam rumah tidak seperti biasanya. Zoya dan Arga menempati rumah baru mereka selama seminggu. Dan selama itu, Zoya merasa aman.
Tapi, malam ini Zoya merasakan ada yang aneh. Zoya seperti diperhatikan. Zoya merasa sesak. Seolah-olah di ruang tamu dipenuhi dengan banyak orang. Zoya juga mendengar suara bergaduh, suara anak kecil, dewasa baik laki-laki maupun wanita.
Zoya menutup kedua telinganya. Zoya juga memejamkan matanya. Arga memperhatikan Zoya yang jaraknya kini sedikit menjauh darinya.
"Zoya, Zoya," Arga mendekati Zoya.
"AAAAAAAAAA!" Zoya teriak kaget.
"Zoya, Zoya," Arga menepuk pundak Zoya.
Zoya membuka kedua matanya. Zoya melihat di ruang tamu sudah ada beberapa orang berdiri di depannya.
"Mba Zoya dan Tuan Arga untuk sementara bisa tinggal di rumah Bos Alan. Biar kami yang memperbaiki jendela dan besok kami akan membuat pagar di sekeliling rumah," kata Bapak berperawakan tinggi.
Atas perintah Arga, Zoya kembali masuk ke dalam kamarnya. Zoya membawa beberapa pakaian ganti dan seragam sekolah beserta perlengkapannya. Zoya dan Arga pergi ke rumah Alan dengan mobil Arga.
Zoya sempat mendengar ada suara yang berbisik di telinganya.
"Pergi! Pergi! Tinggalkan rumah ini!"
Suara itu masih terdengar jelas di telinga Zoya. Zoya tidak berani membuka mata. Arga terus melirik ke arah Zoya. Arga yakin, Zoya tidak sedang meminta perhatiannya. Arga berhenti di sebuah kedai es krim. Arga memarkirkan mobilnya. Arga keluar dari mobil dan masuk ke dalam kedai es krim.
Zoya terus saja mendengar bisikan di telinganya. Zoya kembali berteriak saat ada seseorang memegang pundaknya dan memanggil namanya.
"Zoya, Zoya, ini aku Daniyal."
Zoya perlahan membuka mata. Zoya menoleh ke kanan, Arga tidak ada di dalam mobil. Zoya kemudian menoleh ke kiri, Daniyal dengan wajah kebingungan memandangi Zoya. Daniyal menarik Zoya keluar dari mobil.
"Zoya, kamu kenapa? Tenang, tarik napas, keluarkan," bisik Daniyal.
Zoya menurut, Zoya terlihat lebih tenang. Zoya tersipu menatap Daniyal. Dan di saat itu kebetulan Elika bersama Zeki melihat Zoya bersama Daniyal di parkiran kedai esok krim.
"Kak," sapa Zoya.
"Kamu sakit?" Zeki memperhatikan Zoya yang pucat.
Zoya merasa senang, bukan pukulan yang dia dapatkan seperti terakhir kali mereka bertemu, kali ini Zeki seperti memberikan perhatian seorang kakak kepadanya. Zoya meneteskan air mata. Zoya menggelengkan kepala. Elika tidak suka. Elika tidak ingin Zeki memberikan perhatiannya.
"Kak, Zoya tadi siang di sekolah mencuri," kata Elika.
"Apaaaa!" Zeki dengan cepat sikapnya berubah.
"Hei kamu! Sudah jelas Zoya itu difitnah. Bukan Zoya pelakunya!" Bela Daniyal.
"Oh kamu lagi, jangan dekat-dekat Zoya, nanti kamu nyesel dia sudah punya ...." Elika tidak berani melanjutkan kalimatnya karena melihat Arga.
"Ehem, ada apa an?" Arga mendekat membawa es krim.
"Kamu Arga?" tanya Zeki.
"Iya. Apa Anda kakaknya Zoya?" Arga mencoba mengingat-ingat.
"Dia cuman kakak gue!" Elika menarik tangan Zeki.
Zeki hanya pasrah saat Elika menarik tangannya. Mereka masuk ke dalam mobil. Zeki melambaikan tangannya kepada Zoya yang terlihat sedih. Jujur, Zeki saat itu ingin sekali memeluk Zoya. Tapi entah mengapa, dia tidak bisa menolak setiap permintaan dari Elika.
"Maaf, Zoya kamu kok bisa ada di mobil Arga. Apa jangan-jangan ...?"
"Jangan-jangan apa?" Arga penasaran.
"Iya, kamu benar. Aku pembantunya. Aku tinggal di rumah Kak Arga," sahut Zoya.
Arga membulatkan matanya. Arga pernah mengatakan itu saat Alesha menanyakan Zoya. Arga tak enak hati mendengarnya. Arga memberikan es krim kepada Zoya. Arga masuk ke dalam mobilnya.
Daniyal bertanya apa Zoya sudah merasa baikan, apa perlu dibawa ke rumah sakit. Zoya berterima kasih atas perhatian Daniyal. Zoya merasa sudah baikan. Dan Zoya dengan sopan berpamitan kepada Daniyal. Zoya masuk ke dalam mobil Arga.
Zoya melambaikan tangannya ketika melewati Daniyal. Arga mulai terganggu dengan sikap Daniyal yang begitu perhatian. Arga melirik dari balik kaca spion.
"Cepat dimakan, nanti mencair," Arga menunjuk ke es krim yang ada di tangan Zoya.
Zoya membuka tutup cup es krim dan memakannya. Setelah melihat Zoya yang terlihat tenang, Arga bertanya apa yang terjadi saat Zoya di rumah. Zoya cerita apa yang dia dengar. Zoya takut kembali ke rumah.
"Baiklah, untuk sementara kita tinggal di apartemenku," kata Arga.
Arga memutuskan tinggal di apartemennya. Arga tidak mau kehidupan rumah tangganya dipantau assisten rumah tangga Alan. Arga masih belum sepenuhnya menerima pernikahan kilatnya. Arga masih mencurigai Zoya.
Arga melirik ke spion mobilnya. Arga curiga motor yang ada di belakangnya sedari tadi membuntuti. Arga menepi, berhenti di sebuah cafe. Arga menyuruh Zoya tetap di mobil. Arga ingin numpang ke toilet sebentar.
Zoya bersandar di kursi mobil sambil memejamkan matanya yang mulai lelah. Malam belum larut, jam masih menunjukkan pukul 8 malam. Suasana di dalam Cafe masih terlihat rame.
Arga memperhatikan motor hitam yang tadi mengikutinya berhenti di sebelah Cafe. Arga memakai jaketnya yang tadi sempat dia bawa dari dalam mobil. Arga juga memakai topi dan kacamata merubah penampilannya.
Dengan santainya Arga berjalan melewati Zoya yang terlelap di dalam mobil. Arga terus berjalan keluar dari parkiran Cafe. Pengemudi motor hitam itu tidak menyadari Arga sudah ada di belakangnya. Arga nekat mengambil kunci kontak motornya dan membuka paksa kaca helmnya.
Orang yang ada di atas motor hitam, refleks melayangkan pukulan ke arah Arga. Arga dengan cepat menghindar dan menahan kepalan tangan pemuda itu. Mereka berdua saling bertatapan.
"Siapa kamu!" Arga hampir tidak percaya dengan penglihatannya.
Pemuda itu dengan kuat mendorong tubuh Arga hingga terjengkang. Pemuda itu dengan cepat mengambil kunci kontak motornya yang terlempar di jalan. Dia naik keatas motornya, menyalakan mesin motor dan kabur.
"HEEEEEIIIIIIIII!" Teriak Arga.
Arga berlari masuk ke dalam mobilnya. Arga melaju ke jalan raya berusaha mengejar pemuda yang memakai motor sport hitam. Tapi sayang, Arga tidak menemukannya.
"Siapa dia? Mengapa wajahnya mirip gue!" Arga terus saja menyusuri jalanan.
Sementara itu, di dalam gang sempit, sebuah motor sport hitam dari jauh memperhatikan Arga yang membawa Zoya ke suatu tempat. Dia mengurungkan niatnya untuk terus membuntuti.
"Arga, belum waktunya kita bertemu. Zoya, kamu hanya milikku," pemuda itu kemudian memakai kembali helmnya, memutar arah yang berlawanan dan menghilang di dalam gelapnya malam.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...