NovelToon NovelToon
Hello, MR.Actor

Hello, MR.Actor

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Duda / Cinta pada Pandangan Pertama / Pengasuh
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Be___Mei

Sebuah insiden kecil membuat Yara, sang guru TK kehilangan pekerjaan, karena laporan Barra, sang aktor ternama yang menyekolahkan putrinya di taman kanak-kanak tempat Yara mengajar.

Setelah membuat gadis sederhana itu kehilangan pekerjaan, Barra dibuat pusing dengan permintaan Arum, sang putri yang mengidamkan Yara menjadi ibunya.

Arum yang pandai mengusik ketenangan Barra, berhasil membuat Yara dan Barra saling jatuh cinta. Namun, sebuah kontrak kerja mengharuskan Barra menyembunyikan status pernikahannya dengan Yara kelak, hal ini menyulut emosi Nyonya Sekar, sang nenek yang baru-baru ini menemukan keberadan Yara dan Latif sang paman.

Bagaimana cara Barra dalam menyakinkan Nyonya Sekar? Jika memang Yara dan Barra menikah, akankah Yara lolos dari incaran para pemburu berita?

Ikuti asam dan manis kisah mereka dalam novel ini. Jangan lupa tunjukkan cinta kalian dengan memberikan like, komen juga saran yang membangun, ya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Be___Mei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hello, Mr. Actor Part 32

...-Sengaja banget rubah jantan ini mengibaskan ekornya, biar apa? Biar buruannya klepek-klepek kayak ikan lepas dari kolamnya-...

...***...

Kegelapan mulai menyapa sang bumi. Semilir angin pun terasa menusuk tulang. Jadwal syuting seharusnya selesai esok hari, tapi demi cepat pulang ke rumah, Barra bekerja dengan sangat baik hari ini. Pekerjaannya begitu lancar, hingga setelah scene-nya selesai, ia dapat langsung kembali ke kediaman mereka.

Masalahnya, jam sudah menunjukkan pukul 10 malam saat itu. Gavin sebagai asisten pribadi sekaligus supir, Nanda sebagai penata busana yang telah teken kontrak dengannya sejak lama, mereka menganjurkan untuk pulang esok hari saja. Tapi Barra masihlah Barra yang dahulu, keras kepala. Ia ingin pulang malam ini juga.

"Ya udah, kita pulang malam ini. Tapi Windi, kita gantian bawa mobil, oke?" ujar Gavin.

"Aku? Aku emang punyai SIM, tapi aku udah lama nggak bawa mobil, gimana kalau kita berakhir di rumah sakit?"

Barra mengetuk kepalanya kemudian mengetuk kaca mobil. "Amit-amit, ya Allah. Da, kalau ngomong jangan sembarangan!" Kemudian ia beralih pada Gavin,"Aku bisa gantiin kamu, pokoknya malam ini kita harus pulang!"

"Oh Allah, hamba perlu kopi." Rupanya gumaman Gavin ini terdengar jelas oleh Barra

"Kalau mau kopi tu bilang! Jangan banyak alasan. Pake bilang nggak kuat nyetir segala."

Dalam nada bicaranya saja, sudah ketahuan bahwa Barra sedang marah. Nanda diam seribu bahasa, sungguh ia tak berani macam-macam kalau bos besar sedang marah.

Gavin langsung berkara, "Kalau gitu saya mau 2 gelas, Bos." Tangannya membentuk huruf V, dia juga tersenyum semringah pada Barra

Alih-alih takut seperti Nada, menghadapi Barra yang marah adalah hal biasa bagi Gavin. Apalagi kalau suasana hatinya sedang kacau, Barra yang cool ini bisa mendadak seperti bocah, banyak maunya.

Membelah jalanan dalam dinginnya malam, hal ini bukan apa-apa bagi Barra. Rasa rindu begitu menguasai diri, baik itu kepada sang istri atau pada sang putri. Seketika senyumnya merekah, mengingat dua wanita berharga miliknya. Terlebih saat membayangkan Yara dalam balutan busana pengantin beberapa hari yang lalu, wanita itu benar-benar membuatnya jatuh cinta.

Membuka akun media sosialnya, tanpa ragu Barra mengetik beberapa kalimat. "Allah mengisi langit dengan gemerlap bintang, seperti engkau mengisi hatiku yang sepi." Tak lupa ia menyematkan foto Arum bersama kata indah itu.

Andai kontrak itu telah usai, ingin rasanya memamerkan kepada dunia, bahwa kata itu sebenarnya bukan untuk sang putri .

"Akh!" Melenguh kesal. Andai ia tahu suatu hari akan menikahi Yara, tentu ia akan menolak tawaran kerja yang mengharuskan dia tanpa pasangan.

Karena dua gelas kopi, Gavin dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Menghabiskan waktu 4 jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di kediaman Barra setelah sebelumnya mengantarkan Nanda pulang.

Berjalan sempoyongan, Gavin mulai merasa lelah. Meski begitu, ia tak lupa membantu membuka pintu mobil untuk Barrata

"Kamu nginep aja di sini, udah dini hari," ujar Barra

"Nggak perlu, Bos. Badan saya rasanya lengket semua, mau cepat-cepat mandi terus tidur sepuasnya hari ini. Kita bakal kembali sibuk lusa, ada janji temu sama bos besar majalah Gen-Gi." Berjalan menuju keran air di samping kediaman Barra, rupanya Gavin mencuci wajahnya demi menyegarkan kembali dirinya.

"Oh, oke. Kalau gitu hati-hati di jalan."

Mengacungkan jempol ke arah Barra, "Siap, Bos!" tukas pria lumayan tampan ini. Ia segera pamit undur diri.

Kediaman itu kembali sepi setelah kepergian Gavin. Dengan kunci yang dia miliki, Barra masuk ke dalam rumah.

Membiarkan kopernya di ruang tamu, ia segera melangkahkan kaki menuju lantai atas, kamarnya dan Ayara

Dia pikir di jam segini sang istri sudah tertidur pulas, ternyata dia salah. Yara sedang mendirikan sholat malam ketika iya membuka pintu kamar perlahan.

Sejenak ia memperhatikan sang istri, sungguh sholehah wanita ini, insa Allah. Jujur saja, mengingat sikapnya di masa lalu rasa sesal itu kini menyesakkan dada. Andai ia tak memandang gengsi, andai ia jujur saja bahwa sudah menyukainya sejak awal berjumpa, pasti sekarang ia dapat dengan leluasa bermanja mesra dengannya.

Lamunan itu seketika usai ketika menyadari Yara telah bangkit dari sajadah menuju nakas, ia hendak mengambil kitab suci Al-Quran.

Tok! Tok! Tok!

"Assalamualaikum." Barra mengucap salam.

Yara sedikit terkejut, sontak ia menoleh ke daun pintu dan melihat sang suami berdiri di sana.

"Waalaikumsalam, Pak Barra."

"Barra aja, 'kan udah dibilangin," ucap Barra dengan wajah serius. Entahlah, karena apa jika berhadapan dengan sang istri dia mendadak kaku. Demi menyembunyikan rasa itu ia jadi bersikap tegas, seperti sedang marah. Hal ini membuat Yara takut salah bertindak. Apalagi dalam pikiran wanita ini Barra menikahinya karena Arum.

"Oh, maaf. Tapi aku lupa. Masih." Yara belum terbiasa bicara santai dengan Barra. "Pake nama aja kayaknya nggak sopan. Gimana kalau aku manggilnya 'Bang Barra' aja?"

Uhuy! Ada hati yang sedang berbunga saat ini. Wajah Barra seketika merona, ia menyadari hal itu karena merasakan hangat di wajahnya, maka dengan cepat ia memalingkan wajah dari Yara.

Karena sikap sang suami seperti itu, Yara kembali berucap. "Atau --- mas Barra? Atau ayah Arum?"

Hidungnya kembang kempis mendengar Yara memilih dengan sebutan apa dia akan dipanggil.

"Yang pertama aja." Tak ingin semakin terlihat mengabaikan sang istri, Barra lekas bicara.

Mengangguk samar. "Iya, Bang Barra." Jemarinya saling beradu, ia gugup. Meski rambutnya berantakan, juga tak sedang berpakaian rapi, Barra terlihat sangat menawan di matanya.

Melirik ke belakang Barra,"Abang kopernya mana? Atau pas balik emang nggak bawa koper?"

Oke, Barra baru menyadari hal ini. Karena tak sabar ingin melihat Yara, ia meninggalkan benda itu begitu saja di ruang tamu."Ada di bawah."

"Aku bantu ambil, ya." Segera melepaskan mukenanya, Yara berniat mengambil koper itu ke lantai bawah.

Menarik lengan Yara. "Nggak usah, besok aja. Kamu lanjutin aja tadi mau ngapain."

"Tadinya aku mau ngaji. Tapi kayaknya Abang capek banget."

"Enggak!" sambar Barra. "Aku nggak capek. Ini mau ke kamar Arum juga, mau liat keadaan dia."

"Oh ... iya deh." Yara hendak melangkah untuk kembali mengambil air wudhu, tapi kemudian ia kembali berbalik pada Barra. "Abang lapar? Aku bisa masak sesuatu buat Abang?"

Menggelengkan kepalanya. "Aku udah makan," sahut Barra.

"Oh, ya udah." Melangkah pergi meninggalkan sang suami.

Sudut bibir Barra menukik naik memandangi punggung sang istri, Abang ... boleh juga dipanggil begitu.

Setelah memeriksa keadaan sang putri, Barra kembali ke kamar mereka. Kopernya telah ia bawa. Meletakan koper itu di samping tempat tidur, atensinya tersita pada suara sang istri ketika mengaji. Pelan namun sangat indah terdengar, untuk sejenak ia terhanyut dalam lantunan kalam illahi.

Saat Yara mengakhiri aktivitasnya, barulah Barra menuju kamar mandi.

"Bang, mau aku bantu bongkar kopernya?"

Di muara kamar mandi Barra menjawab "Iya, boleh. Makasih, ya."

"Itu udah kewajiban aku," sahut Yara lagi.

Sebuah senyuman hangat tertuju pada Yara. Dan saat ia benar-benar masuk ke dalam kamar mandi, Yara langsung mendudukan diri di tepi ranjang.

"Ya Allah, kalau aku jatuh cinta sama dia gimana, dong? Jadi suami cakepnya nambah berkali-kali lipat." Mengucapkan kata itu, bayangan Jefrey yang selalu tersenyum kepadanya seolah ingin bersaing dengan pesona seorang Barra.

"Astaghfirullah! Maafkan hamba, ya Allah," desis Yara lagi. Sungguh dosa baginya membayangkan pria yang bukan mahram, dan ia sangat menyesali hal ini.

Glek!

Tak perlu waktu lama, Barra kini telah selesai mandi. Rambutnya nampak basah. Ia mengenakan handuk kimono yang memamerkan sebagian dadanya. Akh! Dia sengaja atau tidak, ya? Yang pasti tingkahnya ini hampir membuat Yara mimisan.

...To be continued .......

...Terima kasih sudah berkunjung. Jangan lupa like, komen dan kasih saran yang membangun, ya....

1
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Mau loncat aku! tapi langsung inget, abis makan bakso!
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Excellent!
Kamu seorang laki-laki ... maka bertempurlah sehancur-hancurnya!
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Kalo cinta dimulai dari menghina, ke depannya kamu yang akan paling gak bisa tahan.
Drezzlle
udah di depan mata, tinggal comot bawa pulang
Drezzlle
ya ampun, kamu kok bisa sampai ceroboh Yara
Drezzlle
betul, kamu harus tegas
Drezzlle
tapi kamu masih di kelilingi dengan teman yang baik Yara
Drezzlle
nggak butuh maaf, bayar hutang
ZasNov
Asyiiikk.. Dateng lagi malaikat penolong yg lain.. 🥰
ZasNov
Kak, ada typo nama nih..
Be___Mei: Huhuhu, pemeran yang sebenernya nggak mau ditinggalkan 🤣 Gibran ngotot menapakan diri di part ini
total 1 replies
ZasNov
Ah inget tingkah Jena.. 🤭
Be___Mei: kwkwkwk perempuan angst yang sadis itu yaaaa
total 1 replies
ZasNov
Gercep nih Gavin, lgsg nyari tau siapa Jefrey..
Yakin tuh ga panas Barra 😄
Be___Mei: Nggak sih, gosong dikit doang 🤣🤣
total 1 replies
ZasNov
Modus deh, ngomong gt. biar ga dikira lg pedekate 😄
ZasNov
Akhirnya, bisa keren jg kamu Latif.. 😆
Gitu dong, lindungin Yara..
Be___Mei: Kwkwkw abis kuliah subuh, otaknya rada bener dikit
total 1 replies
ZasNov
Nah, dewa penolong datang.. Ga apa2 deh, itung2 Latif nebus seuprit kesalahan (dari ribuan dosa) dia sama Yara.. 😄
Mega
Lakok isa baru sadar to, Neng Yara. kikikikikikik
Be___Mei: 🤣🤣😉 iso dong
total 1 replies
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Piala bergilir apa pria bergilir?
Be___Mei: Piala mak
total 1 replies
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Rada ngebleng nih.
Masa iya Yara bener mamanya Arum
Be___Mei: Biar ringkes aja pulangnya si emaknya Arum 😭 🙏🤭
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆: Masa?

kenapa harus angin duduk, Mak?
total 3 replies
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Cihh pendendam banget
Be___Mei: Biasa mak, penyakit orang ganteng 🤣🤣
total 1 replies
Mega
Ya Allah ISO AE akal e
Mega: Aku punya pestisida di rumah 😏 boleh nih dicampur ke kopinya.
Be___Mei: Beban banget kan manusia itu
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!