"Sedang Apa Kalian?"
"Wah! Mereka Mesum!"
"Sudah jangan banyak bacot! Kawinin Pak saja! Kalo gak mau Arak Keliling Kampung!"
"Apa?!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Tik! Ada Karim. Keluar Ndok, sekalian bikin Kopi buat Suamimu!"
Dari dalam kamar, Tika sambil memutar bola matanya, sekarang apapun soal Si Mantan Duda, buat Ibu Kita Kartini, Istri Pak Kartono, Mertuanya Si Karim Mantan Duda selalu heboh.
Tika keluar kamar, melangkah menuju ruang keluarga.
"Ya Ampun! Kopinya mana anak Ibu yang cantik!"
"Tika, salim dulu sini, Suamimu baru sampe, disambut Nak."
Astaga Dragon! Si Mantan Duda kayak Raja Blambangan banget gak tuh! Ini lagi! Bapak sama Ibu, anaknya siapa, malah siapa yang dibela!
"Mbak! Jangan bengong! Belom jadi pake kebaya Manten, kalo malaikat izrail lewat, alamat!"
"Aw! Sakit Bu," Tama meringis, pinggangnya dicubit kecil meski rasanya pedas kayak gado-gado pake cabe setan sepuluh biji.
Tama menunduk, bibirnya manyun, sambil menggerutu, tapi setelahnya malah menatap wajah Tika dengan tatapan meledek.
Tika mebolakan matanya, "Apa!" Tanpa suara, hanya gerak bibir dan ekspresi marah yang tidak membuat Tama takut malah cekikikan.
"Sudah, Kalian ini ribut aja. Gak malu ada Mas Karim disini. Tika, mana kopinya, Suamimu baru datang, pulang dari mana-mana Suami disambut, Disiapkan minum, ini malah jam segini Kamu belum mandi."
Tika duduk di sebelah Karim, tadi semoat mau duduk sebelah Tama, sebelum pelototan mata Bu Kartini membuat Kartika memilih mengikuti titah Istri Pak Kartono yang kalau natap bagai Genghis Khan.
"Gak usah repot Pak, Bu, Karim sudah minum tadi. Karim kesini mohon maaf tidak ikut fitting karena ada urusan yang tidak bisa ditinggal. Gimana Pak, Bu, tadi orang WO nya ngurus semuanya dengan baik kan?"
Sekilas Karim melihat Istrinya. Kartika. Karim wajar jika Tika belum terbiasa dengan status dadakan Mereka. Bahkan tak ada cium tangan saat bertemu.
Tika juga gak ada rasa apapun. Duduk disebelah Karim memang sesuai dengan arah mata melotot sang Kanjeng Mami.
"Ibu sama Bapak malah mau bilang kok Kamu repot-repot Rim urus semua itu. Seharusnya Bapak sama Ibu yang urus pernikahan Kalian. Ini malah Kami yang repot."
Karim tersenyum, dan Tika melihat senyuman Karim, "Kok ada manis-manisnya gitu ya?"
Tika kembali mengalihkan pandangannya kepada smeua orang, dan bisa Tika lihat Tama sedang nyengir-nyengir kuda seakan di telinga dan kepala Tika Tama sedang bernyanyi, "Ow, Kamu ketahuan! Natap Suami!"
"Bu, Pak, Karim justru mau Bapak sama Ibu terima beres saja. Bapak sama Ibu tinggal bilang aja sama Karim kurangnya apa, ada kepingin gimana buat acara resepsi, nanti Kita obrolin sama-sama drngan WO dan butiknya."
"Oh Iya Bu, tadi orang WO ada bilang soal Katering gak?"
"Nah itu Nak Karim. Tadi Orang WO nya bilang besok Kita ada Test Food. Memang begitu ya? Maksud Ibu harus?"
"Biasanya sih begitu Bu. Biar nanti kalau Bapak, Ibu, Tika mau ada perubahan Menu untuk acara bisa Kita bicarakan sama Mereka."
"Ah! Besok Mas? Tama ikut ya! Pas banget Tama masih libur. Demo Mas, jadi sekokah libur!"
"Aw! Bu!" Kembali Tama mengusap bekas cubitan maut Bu Kartini di lututnya.
"Boleh, Kita pergi aja sama-sama. Besok Karim kesini, Jemput Bapak, Ibu, Tama. Kita ke tempat Kateringnya. Ibu sama Bapak jangan sungkan kalau mau usul Menu untuk hidangan resepsi."
"Oh iya Rim, tadi pihak WO bilang, sebetulnya Bapak sih maunya acara dirumah saja, tapi Mereka bilang, dekat sini ada gedung Kita gunakan kalau mempertimbangkan oara tamu tetangga sini yang akan datang."
"Iya Nak Karim, Ibu sebetulnya gak mau merepotkan, Ibu ikut Kalian saja."
"Begini, Karim serahkan semuanya dan Bapak dan Ibu, juga Tika. Kalau memang mau ikut saran WO pakai Gedung yang tidak jauh dari sini Karim setuju saja. Paling tidak Kita bisa mengundang Mereka drngan nyaman dan gak jauh juga untung datang ke lokasinya."
Tika mendengarkan saja. Seolah bukan pernikahannya yang dibahas.
"Tik, Kamu gak kepingin undang temen sekolahmu, Itu yang Ibunya temen Ngaji Ibu kalau BKMT, Kamu gak mau undang Dia."
Tika ingat siapa yang dimaksud Ibunya.
Karmila. Teman SMA Kartika. Punya Suami PNS, Anak Dua, Laki-laki dan Perempuan yang setiap kalau bertemu Tika selaku nanya, "Tika, Lo gak nikah-nikah?"
"Tika setuju di Gedung dekat rumah aja Pak, Bu. Biar pulang enak. Rumah gak berantakan. Capek beresinnya."
Karim mengulum senyum. Ia pikir sejak tadi Istrinya sedang sakit gigi atau sariawan. Akhirnya suara yang entah sejak kapan selalu dirindu sudah kembali berkicau. Burung kali Rim Bojomu.
"Nah! Gitu dong Mbak! Nikahan di Gedung! Mas, Tama mau ngundang temen-temen Tama boleh gak?"
"Siapa yang kawin, kenapa Kamu yang semangat ngundang Tam?"
"Ya ampun Mbak. Gapapa dong! Mbakku ini kan Mbak kesayangan Tama satu-satunya. Tama mau undang temen-temen Tama biar pada tahu kalo Mbak Tika udah nikah. Jadi Mereka gak ada alesan lagi ngecengin Mbak, males banget tahu sering dititipin salam!"
Kali ini tak hanya Tika yang melotot, tapi Karim ikut nyeletuk, "Serius? Temen Kamu yang suka bareng futsal? Yang mana yang suka titip salam?"
"Ekhem! Duh, Mantu Ibu cemburu nih! Tika, Kamu beruntung. Suami Kamu kayaknya udah cinta sama Kamu. Tenang aja Nak Karim, Tika gak pernah deket sama siapa-siapa. Gimana mau deket laki-laki, kerjaannya nelor di dalam kamar!"
"Iya Rim, Bapak jamin. Anak Bapak ini, anak baik-baik."
"Tenang Mas, Mbakku ini, masih Perawan Ting-Ting!"
"Tama!"
"Dalem Pak, Bu,"
Tika sudah merona, kata-kata Tama membuat senyum lebar di wajah Karim.
"Nih bocah! Emang kudu disunat lagi!"
"Nak Karim, makan malam disini aja ya, kebetulan tadi Ibu masak banyak. Lagi pula Kamu kan sudah jadi anak disini jangan sungkan."
"Tapi Bu,"
"Udah! Jangan malu-malu. Ada Tika yang layanin Kamu. Tik, Suamimu diantar ke meja makan. Ayo Rim, sekalian Bapak sama Ibu mau makan juga."
Melihat Karim uang masih sungkan, Tika gemes sendiri, alamat bisa digong-gong lagi sama Kanjeng Mami Ibu Kita Kartini yang lagi Fomo Punya Menantu bernama Karim Surya Darma.
"Ayo! Lelet banget!"
"Tika!"
"Dalem Ibu Kita Kartini, Istri Pak Kartono yang bukan Harum namanya!"
Melihat Kalimat Tika yang panjang Karim tersenyum.
"Kenapa?"
"Kamu ini!"
"Welcome to our family, Mr. Karim Surya Darma!"
"Thank you, Mss. Karim Surya Darma, My Sweatheart," bisik Karim.
"Cie-Cie Pasutri bisik-bisik! Bu, Pak! Mas Karim sama Mbak Tika lagi mesra-mesraan nih!"
"Tama!"
"Mas Karim, tahan Istrinya! Sebentar lagi berubah jadi Mak Lampir!"
Karim tersenyum melihat bagaimana keluarga Tika. Keluarga yang sejak dulu Karim rindukan. Namun kesederhanaan yang Keluarga Tika miliki membuatnya merasa nyaman. Dan Karim seakan telah menemukan rumah yang sesungguhnya.