"Apa-apaan nih!" Sandra berkacak pinggang. Melihat selembar cek dilempar ke arahnya, seketika Sandra yang masih berbalut selimut, bangkit dan menghampiri Pria dihadapannya dan, PLAK! "Kamu!" "Bangsat! Lo pikir setelah Perkutut Lo Muntah di dalem, terus Lo bisa bayar Gue, gitu?" "Ya terus, Lo mau Gue nikahin? Ngarep!" "Cuih! Ngaca Brother! Lo itu gak ada apa-apanya!" "Yakin?" "Yakinlah!" "Terus semalam yang minta lagi siapa?" "Enak aja! Yang ada Lo tuh yang ketagihan Apem Gue!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Nyonya Sandra, bisa dengar Saya?"
Sandra perlahan membuka matanya, pandangannya masih samar dan lemah setelah tindakan kuretase yang baru saja dijalani. Wajahnya yang pucat mulai menunjukkan rona merah muda tipis, tanda perlahan kesadarannya kembali. Di sisi ranjang, Revano duduk dengan tatapan penuh kekhawatiran, tangan kanannya menggenggam tangan Sandra erat tanpa melepas.Revano tidak bisa menyembunyikan kecemasannya. Sorot matanya tajam namun lembut menatap wajah istrinya yang rapuh. "Sayang, Mas di sini. Apa yang kamu rasakan?" suaranya lembut namun tegas, berusaha menenangkan sekaligus memberi kekuatan.Di sekeliling Mereka, dokter dan perawat sibuk memeriksa tanda vital Sandra dengan penuh perhatian. Sandra mencoba mengangkat kepala sedikit, berusaha mengerti apa yang terjadi, rasa sakit masih menggelayuti tubuhnya namun ada rasa lega karena kehadiran Revano di dekatnya.
"Mas Aku," Sandra perlahan ingin duduk, namun tubuhnya masih lemah dan bagian perutnya masih terasa nyeri. Reflek Sandra melihat bagain perutnya, saat itu juga Sandra menyentuh perutnya dan kini menatap pada Revano, Dokter dan Ners.
"Anak Kita bagaimana Mas?" Tatapan gusar Sandra membuat Revano dan Tim Dokter menyiapkan jawaban yang mungkin bisa membuat Sandra sedih.
"Begini, Nyonya, Pendarahan yang Nyinya alami, mengakibatkan Nyonya mengalami keguguran dan Kami pohak Rumah Sakit saat itu sudah meminta persetujuan Tuan Revano untuk melakukan tindakan kuretase. Karena janin di dalam kandungan Nyonya tidak bisa diselamatkan, maka dari itu satu-satunya cara Kami segera melakukan tindakan kuretase setelah ada persetujuan dari oihak keluarga dalam hal ini Suami Nyonya. Tentu Tuan Revano memberikan keputusan itu dengan pertimbangan yang sangat berat. Bagaimanapun keselamatan Nyonya saat itu juga terancam jika tidak sesegera mungkin dilakukan hal tersebut."
"Sayang, maafkan Mas," Revano menatap Sandra dengan tatapan sendu, rasa bersalah karena merasa gagal melindungi Istrinya.
"Anak Kita Mas," Sebuah pertanyaan yang seolah menegaskan apakah yang baru saja Sandra dengar adalah kenyataan pahit yang baru saja harus Ia terima saat dirinya baru saja siuman.
Revano mendekat, langsung mendekap Sandra. Dengan lemah, Sandra membenamkan wajahnya dalam dada Revano.
Meski kehadiran janin dalam rahim Sandra berawal dari sebuah kesalahan, namun Sandra dan Revano sudah terlanjur menyayanginya dan berharap melihat anak Mereka lahir dengan selamat.
Tim Dokter memutuskan pamit undur diri, Opa Narendra dan Om Seno yang turut hadir memilih keluar dan memberikan waktu dan ruang bagi Revano dan Sandra.
Tak ada suara, hanya isak dan sesak yang masih begitu terasa di dada Sandra. Revano pun larut dalam kesedihan. Keduanya saling memeluk, melepaskan kehilangan yang baru saja Mereka rasakan.
*
"Sakit!" Yasmin meraung saat bersama Andri. Andri panik, darah terus mengalir dari celah kaki Yasmin namun masih saja Yasmin bersikukuh tak mau dibawa ke Rumah Sakit.
"Terserah akan seperti apa, tang pasti Aku tidak akan membiarkan Kalian mati! Cukup sudah Kita berbuat salah dan mencelakai orang!".
Andri langsung membopong Yasmin, dalam gendkngan Andri meski sudah sisa tenaga yang dimiliki, Yasmin masih saja menolak dibawa ke Rumah Sakit.
Hingga keseimbangan Andri terguncang dan, "Brak!"
Kini tak hanya Andri, Yasminpun seketika jatuh tal sadarkan diri.
*
Sandra sudah dipindahkan ke ruang rawat. Dokter mengatakan Sandra harus dirawat dulu di Rumah Sakit hingga kondisinya pulih.
Revano membawa baki makanan yang sejak tadi belum disentuh sama sekali oleh Sandra. Sejak diberikan Sandra hanya menggeleng. Tak ada selera makan.
"Sayang, makan ya, Mas suapi," Revano duduk dipinggir brangkar, mengambil sesendok makanan hendak menyuapinya kepada Sandra.
"Aku gak akan maafin Mereka Mas. Mereka sudah bunuh anakku. Yasmin. Dia tendang perutku, dan Andri dengan sengaja membiarkan Yasmin melakukan itu. Aku gak akan maafin Mereka Mas." Tatapan amarah Sandra bagai belati yang menusuk.
Revano masih memegang sendok berisi makanan dan kini sendok tersebut sudah bengkok, tak mampu menghakau kemarahan yang Revano rasakan.
"Mas akan cari Mereka, dab Mas sendiri tang akan membuat perhitungan. Sekarang Kamu makan duku Sayang, Kamu butuh tenaga untuk membalas Mereka."
Siapapun yang ada diposisi Sandra dan Revano tentu akan merasakan hal yang sama. Anak Mereka masih dalam kandungan namun sudah pergi karena perbuatan keji dua makhluk Dajjal, Yasmin da Andri.
Di luar, Opa Narendra dan Om Seno memutyskan berbicara di Kantin Rumah Sakit. Keduanya begitu banyak beban pikiran. Namun satu kesamaan, keduanya sama-sama turut marah, bagaimanapun Sandra kehikangan anak dan keduanya turut merasakan apa yang Sandra dan Revano tengah rasakan.
"Seno, Saya atas nama Revano dan Sandra meminta tolong agar Kita saja berdua yang mengurus orang-orang biadab itu. Saya sudah mencari tahu lewat orang kepercayaan Saya, dan sejujurnya Saya sangat kecewa, salah satu dari Pelakunya adalah orang yang pernah dekat dengan Kami, dengan Revano. Tapi, Saya tidak akan memaafkan begitu saja. Bagaimanapun perbuatannya sudah tak bisa ditoleransi. Saya tetap akan membawa kasus ini keranah hukum."
"Dan pelaku yang satunya lagi, juga membuat Saya tak habis pikir. Bagaimana bisa Andri dengan teganya membiarkan Yasmin melakukan hal itu. Saya sendiri yang akan turun tangan langsung untuk memberi pelajaran pada Andri."
"Ya, Saya setuju Seno. Biarkan Revano fokus dulu menemani Sandra. Sandra lebih membutuhkan Revano saat ini. Biar dua manusia biadab itu Kita saja yang mengurusnya."
*
Aisyah merasakan jantungnya seperti tercekat saat menerima telepon dari rumah sakit. Suara di ujung telepon memberitahu bahwa Andri, putranya, kini dalam kondisi kritis.
Namun yang lebih mengejutkan, ada seorang perempuan yang datang bersamaan dengan Andri, juga dalam keadaan kritis. Aisyah sama sekali tak mengenal wanita itu.Di ruang tunggu rumah sakit, wajah Aisyah penuh kecemasan saat dokter menjelaskan kondisi perempuan tersebut. "Bu, wanita yang bersama Pak Andri mengalami pendarahan hebat. Kami harus melakukan kuretase dan mengangkat rahimnya demi menyelamatkan nyawanya," ucap dokter dengan nada berat.Aisyah terdiam, bayangan-bayangan tentang siapa perempuan itu terus menghantui pikirannya. Rasa takut dan bingung bercampur menjadi satu, sementara tubuhnya terasa lemas menahan gelombang emosi yang datang bertubi-tubi.
"Dimana Yasmin! Saya Ayahnya!"
Aisyah menoleh. Melihat seorang pria yang datang tergopoh-gopoh ditemani seorang wanita, tengah panik mencari keberadaan Yasmin.
Dengan perlahan, Aisyah mengekori kemana arah keduanya menuju ruang Yasmin.
"Astaga! Kenapa bisa seperti ini!" Seru Pria paruh baya itu saat melihat kondisi Yasmin yang belum siuman.
"Apa?!"
Setelah mendapatkan penjelasan dari Dokter mengenai kondisi Yasmin, tentu saja sebagai seorang Ayah, pria paruh baya itu marah dan kecewa.
"Sabar Pa,"
"Bikin malu! Hamil! Keguguran! Dan rahim Yasmin diangkat! Astaga! Dosa apa yang Aku lakukan hingga memiliki anak seperti Dia!"
"Aku harus menemui pria yang membuat anakku jadi seperti ini!"
"Tapi Pa, keadaannya juga tak jauh berbeda dengan Yasmin, dia koma."
"Pasti kekuarganya ada. Aku akan meminta pertanggung jawaban keluarganya! Enak saja sudah membuat anakku begini!"
Aisyah terkejut. Dengan langkah perlahan, Aisyah segera meninggalkan tempat Yasmin dirawat.
"Aku harus bersembunyi."
happy ending... bintang lima dan bunga untuk othor ⭐️🌹😍🌹⭐️
devano. devano ada2 aja