NovelToon NovelToon
When The Webtoon Comes Alive

When The Webtoon Comes Alive

Status: tamat
Genre:Romansa Fantasi / Percintaan Konglomerat / Teen School/College / Fantasi Wanita / Transmigrasi / Cewek Gendut / Tamat
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Anastasia

Evelyn, penulis webtoon yang tertutup dan kesepian, tiba-tiba terjebak dalam dunia ciptaannya sendiri yang berjudul Kesatria Cinta. Tapi alih-alih menjadi tokoh utama yang memesona, ia justru bangun sebagai Olivia, karakter pendukung yang dilupakan: gadis gemuk berbobot 90kg, berkacamata bulat, dan wajah penuh bintik.

Saat membuka mata, Olivia berdiri di atas atap sekolah dengan wajah berantakan, baju basah oleh susu, dan tatapan penuh ejekan dari siswa di bawah. Evelyn kini harus bertahan dalam naskahnya sendiri, menghindari tragedi yang ia tulis, dan mungkin… menemukan cinta yang bahkan tak pernah ia harapkan.

Apakah ia bisa mengubah akhir cerita sebagai Olivia? Atau justru terjebak dalam kisah yang ia ciptakan sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 33.Mendatangi Aura talent.

Oliv dan Owen memutuskan untuk pergi bersama saat akhir pekan menemui Rendra, mereka merahasiakan rencana mereka dari Leo, Damian dan Luna.

Oliv yang masih tidak yakin bisa keterima menjadi model disana, dan akhir pekan pun tiba. Mereka berdua pergi dengan bus kota, Oliv sepanjang perjalanan merasa gugup.

Bagaimanapun juga ini pertama kali untuk Evelyn jiwa yang ada di tubuh Oliv, karena sepanjang hidupnya ia tidak membayangkan akan menerima tawaran sebagai model.

Jika bukan karena kondisi keluarga Oliv yang membutuhkan banyak uang untuk membebaskan ayahnya, walaupun gugup ia harus terus mencoba.

Langit pagi masih dilapisi awan tipis, tapi matahari perlahan menembus, memberikan nuansa hangat pada suasana kota yang mulai sibuk. Di depan sebuah gedung bertingkat berwarna putih abu-abu dengan logo besar bertuliskan "Aura Talent Agency", dua sosok berdiri berdampingan, namun sangat kontras dari segi penampilan.

Oliv mengenakan blouse putih polos dengan blazer hitam ramping dan celana bahan krem yang membuatnya tampak dewasa dan profesional. Rambutnya ditata rapi, dan meski hanya memakai riasan tipis, aura percaya dirinya terpancar kuat. Ia berdiri dengan kedua tangan terlipat, memandangi bangunan itu dengan campuran gugup dan penasaran.

Di sebelahnya, Owen justru tampil jauh berbeda dari biasanya. Ia mengenakan kemeja kotak-kotak kebesaran yang diselipkan ke dalam celana chino cokelat muda, lengkap dengan tas selempang lusuh dan kacamata besar bulat yang nyaris menutupi setengah wajahnya. Rambutnya sengaja disisir acak-acakan, dan ia memakai sepatu sneakers butut yang biasanya hanya ia pakai saat bantu bersih-bersih rumah. Bahkan ia memasang ekspresi kikuk dan terus menunduk seolah takut diajak bicara.

“Gimana aku kelihatan cupu banget nggak sih?” gumam Owen pelan sambil menyesap botol air mineral kecil yang ia bawa.

Oliv melirik cepat, lalu mengerucutkan bibir. “Banget.”

“Yah, syukurlah,” balas Owen sambil tersenyum bangga. “Berarti penyamaran berhasil.”

Oliv memutar mata. “Penyamaran apaan sih. Kamu pikir ini film action?”

“Ya enggak. Tapi lebih baik mereka kira aku cuma cowok kikuk yang nggak ngerti apa-apa. Jadi kalau mereka macem-macem, aku tinggal berubah jadi ninja.”

Oliv menatap Owen lekat-lekat. “Kalau kamu berubah jadi ninja, aku yang duluan kabur, tahu.”

Mereka berdua tertawa kecil, membuat ketegangan yang sempat membekap pagi itu sedikit mencair. Namun begitu tawa reda, Oliv menatap gedung itu lagi, lebih serius kali ini.

"Omelet, apa aku bisa? "

"Tentu saja, kamu tahu si Rendra itu pencari bakat terkenal di agensi Aura itu. Setiap orang yang ia pilih pasti menjadi terkenal, jadi kamu harus yakin dengan penilaian Rendra itu. "

"Tapi.., ini pertama kali!. Sekarang saja aku masih gugup, apa lagi nanti. "

"Jangan khawatir, ada aku disini!. "

“Siapa bilang aku khawatir,tapi..aku takut?”

Owen tersenyum kecil. “takut!,kamu itu melawan siswa di sekolah red high tanpa rasa takut.sekarang tinggal masuk saja kamu takut,aku ada disamping mu,jangan khawatir!.”

Oliv tidak menjawab. Ia hanya menarik napas panjang dan melangkah menuju pintu depan. Owen mengikuti dari belakang, menunduk layaknya sekretaris cupu yang tak tahu apa-apa.

Begitu masuk, mereka disambut oleh ruangan lobby minimalis yang elegan, dengan meja resepsionis marmer dan kursi tunggu empuk di sisi kanan. Seorang wanita muda berpakaian profesional tersenyum menyambut mereka.

“Selamat pagi, ada yang bisa kami bantu?”

Oliv langsung menjawab dengan suara jelas, “Kami ada janji dengan Pak Rendra. Nama saya Olivia morgan.”

Wanita itu mengecek di komputer sebentar, lalu mengangguk. “Silakan duduk dulu, Pak Rendra akan menemui Anda sebentar lagi.”

Mereka pun duduk di sofa tunggu. Owen mengambil posisi paling pojok dan mulai bermain dengan tali tas selempangnya, berpura-pura gugup. Oliv, di sisi lain, terus menatap sekeliling, memperhatikan detail ruang tersebut poster-poster kampanye lama, foto-foto model senior, dan beberapa sertifikat penghargaan yang tergantung rapi di dinding.

Tak lama kemudian, pintu kaca di sisi kiri terbuka, dan muncullah pria berjas abu-abu yang langsung dikenali Oliv sebagai Rendra. Tinggi, bersih, dengan senyum profesional yang khas orang-orang dunia hiburan.

“Olivia, terima kasih sudah datang,” sapa Rendra ramah sambil menjabat tangan Oliv. Tatapannya lalu berpindah ke Owen. “Dan ini…?”

“Dia sepupu saya,” jawab Oliv singkat, sengaja menahan nada suaranya tetap datar.

Rendra menatap Owen dengan ekspresi sedikit bingung,mungkin karena penampilan Owen sama sekali tidak mencerminkan pria kota.

Namun Owen hanya tersenyum kikuk dan membungkuk sopan. “Selamat pagi, Pak.”

Rendra tampak menahan komentar, lalu tersenyum lagi. “Baik, mari kita masuk ke ruangan saya. Kita bisa bahas lebih lanjut di sana.”

Mereka pun mengikuti Rendra ke ruangannya yang cukup luas dan modern. Di meja tengah sudah ada dua berkas tipis kontrak dan rundown pemotretan awal. Rendra menjelaskan konsepnya dengan gamblang,pemotretan untuk iklan minuman energi sehat, yang akan tayang secara digital dan billboard lokal. Mereka mencari wajah segar yang alami dan belum terlalu dikenal. Dan menurut tim, Oliv punya “citra kuat dan netral yang bisa diarahkan ke berbagai konsep”.

Selama pembicaraan berlangsung, Owen duduk diam, tapi mencatat semua detail di buku kecilnya. Sesekali, ia menyela dengan pertanyaan yang terdengar lugu tapi penting.

“Apakah model dapat salinan kontrak?”

“Apa pembayaran dilakukan sebelum atau sesudah produksi?”

“Jika ada revisi konsep yang tidak sesuai kesepakatan, apakah bisa dibatalkan sepihak?”

Rendra menjawab semuanya dengan cukup sabar, meskipun sesekali tampak terganggu. Tapi Oliv tahu, Owen sengaja memainkan peran bodoh agar mereka menganggapnya remeh.

Setelah lebih dari satu jam, pertemuan selesai. Rendra menawarkan waktu seminggu bagi Oliv untuk mempertimbangkan dan menandatangani kontrak jika setuju.

Saat mereka keluar dari gedung, matahari sudah mulai tinggi.

“Gimana menurutmu?” tanya Oliv sambil berjalan pelan di trotoar.

Owen melepas kacamata bulatnya dan mengibaskan rambutnya yang mulai lepek. “Lumayan. Rendra orang pintar. Tapi ada beberapa pasal kontrak yang harus kita baca bareng-bareng nanti. Aku foto tadi, nanti kita cetak dan tandai bagian pentingnya.”

Oliv menatap Owen, kali ini lebih serius. “Kamu bener-bener niat banget, ya.”

Owen menoleh sambil tersenyum. “Aku kan bilang, aku serius jaga kamu.”

Untuk pertama kalinya sejak mereka datang, Oliv tak membalas dengan sarkasme atau candaan. Ia hanya mengangguk pelan. “Makasih, Wen.”

Mereka melanjutkan langkah mereka, dengan sinar matahari pagi menyinari punggung mereka. Di antara rasa khawatir dan harapan akan masa depan, satu hal mulai terasa nyata bagi Oliv yaitu mungkin, hanya mungkin, dunia ini tidak seburuk yang ia kira… selama ia tidak menghadapinya sendirian.

Owen pun merasa waktunya tepat untuk mengajak Oliv berduaan,jauh dari keluarga nya dan teman-teman mereka.

"Liv, bagaimana kalau_" Ucap Owen yang pelan terpotong oleh Oliv.

"Owen sebaiknya kamu pulang dulu saja!, aku mau mengunjungi ayah di penjara dan memberitahukan kabar ini pada ayah. "

"Aku ikut! " Jawab tegas Owen.

Oliv pun terdiam, "baiklah, mungkin disana tidak nyaman untuk mu. "

"Tidak masalah, dimana pun ada kamu semua tempat terasa nyaman" Ucap Owen sambil tersenyum manis.

"Terserah kamu saja!, asal jangan mengeluh kalau aku terlalu lama. "

Owen menjawab dengan menggelengkan kepalanya, "tidak akan. "

Akhirnya mereka berdua pergi ke tempat ayah Oliv berada,untuk pertama kali Oliv melihat sisi manis Owen.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!