Dikhianati adik sendiri tentu akan terasa sakit, apa lagi ini soal cinta.
karena kesibukan Anya yang bekerja, dirinya selalu membuat sang kekasih berdekatan dengan sang adik, tidak tahu ini salah cinta atau salah Anya yang tak bisa menjaga kekasih nya.
sampai menjelang hari pernikahan dia baru tahu jika sang kekasih menghamili sang adik.
Bisakan Anya keluar dari bayang-bayang pengkhianatan cinta dan menemukan cinta baru dari lelaki lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewiwitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghadapi manjanya Raka
Anya menemui Andira yang sedang berada di taman belakang rumah mereka.
"Andira tolong jaga mulut mu."
"Wouu, ada apa ini mbaa."
Andira menatap Anya dengan senyuman mengejek, Andira berfikir bahwa ucapannya sudah memberi pengaruh di hubungan Anya dan Raka.
"Se-iri ini kah hidup mu sampai kamu berani berbicara omong kosong soal aku dan Akbar, apa kamu lupa siapa Akbar. Dia suami kamu dan teganya kamu menjelekan dia di hadapan mas Raka."
"Asal mba Anya tahu, posisi mba Anya yang sekarang ini hampir menjadi posisiku. Jika saat itu aku tidak mengaku bahwa aku mengandung anak mas Akbar mungkin saat ini mas Raka yang akan menjadi suami ku."
Hati Anya sedikit tercubit mendengar ucapan Andira, benar memang posisinya sekarang ini mungkin bisa menjadi posisi Andira jika saja Andira tidak mengku mengandung anak Akbar.
"Tapi Tuhan baik, karena Tuhan menjauhkan mas Raka dari wanita licik seperti mu. Andira aku peringatkan sekali lagi kepada mu, jangan pernah bicara omong kosong dihadapan mas Raka."
"Kenapa, mba takut kalau mas Raka meninggalkan mba. Memang sudah sepantasnya mba Anya itu hidup didunia ini sendirian dan kesepian."
"An, aku tidak tahu sejauh apa kamu membenci ku dan karena apa kamu membenci ku. Mungkin aku bisa tinggal diam selama ini tapi jika ini berhubungan dengan suamiku, maka aku tak bisa tinggal diam lagi."
Anya meninggalkan Andira, dirinya tak mau lagi berhadapan dengan Andira. Tak mau jika dirinya sampai kelepasan dan tak bisa mengontrol semua emosinya.
Anya memandang foto mamanya, baru kemarin dirinya berjanji kepada mamanya akan membuat Andira berubah tapi hari ini justru mereka berdua semakin bertengkar.
"Maa, maafin Anya karena masih belum bisa berdamai dengan Andira. Anya semakin bingung kenapa sikap Andira semakin hari semakin membenci Anya."
Anya memeluk foto itu dan menitikan air matanya, kemarin dirinya masih bisa memeluk tubuh mamanya tapi mulai sekarang dirinya hanya bisa memeluk foto peninggalan ibunya.
"Mama yang tenang di syurga, Anya akan selalalu berusaha untuk menyadarkan Andira."
Anya meletakkan fotonya kembali ke nakas, lalu bergegas untuk bersiap datang ke kantor Raka. Seperti janjinya tadi Anya akan menemani Raka sampai dia menyelesaikan semua urusan kantornya.
Anya membawa makanan kesukaan Raka yang tadi pagi dia masak sendiri, hari ini Anya mau melihat bagaiman wajah Raka jika sedang menjadi seorang pemimpin.
"Anya, mau kemana nak?"
"Mau antar makan siang untuk mas Raka, paa."
Anggara sedang duduk di kursi ruang tamu, hari ini Anggar masih cuty berkabung.
"Sini Nya, papa mau bicara."
Anya menuruti ucapan Papanya, dirinya duduk disamping papanya.
"Ini soal usaha mama, mama sudah pernah menulis wasiat jika semua aset milik mama akan di alihkan kepada kamu dan Andira."
"Paa, untuk butiq aku enggak mau urus jadi aku serahkan pada Andira. Tapi untuk hotel dan cafe Anya mau ambil alih."
"Kamu yakin? Usaha mama yang itu sudah hampir bangkrut karena mama jarang urus beberapa tahun belakangan ini, kamu tidak mau ambil usaha berlian mama?"
"Paa, mama sudah pernah bahas ini sama Anya. Usaha perhiasan mama akan di serahkan kepada cucu laki-laki pertama mama..."
"Tapi kenapa harus hotel dan cafe?"
"Karena usaha itu adalah usaha pertama mama, disana banyak moment perjuangan mama untuk mempertahankan hotel dan cafe nya. Jadi Anya juga akan berusaha untuk mempertahanlan hotel dan cafe mama."
"Baikla kalau memang itu sudah menjadi keinginan kamu."
Anya berpamitan kepada Anggara untuk segera pergi menuju kantor milik Raka.
.
.
.
.
.
Anya sudah berada di lobby kantor milik Raka, Anya berjalan menuju resepsionisnya. Ini pertama kalinya Anya menginjakkan kakinya di kantor milik Raka.
"Maaf mba, saya mau bertemu dengan pak Raka."
"Sebelumnya bolehkan saya meminta data identitas ibu?"
Anya menyerahkan KTP miliknya kepada petugas resepsionis dan sedikit tercengang, karena memgetahui bahwa yang ada di hadapannya adalah istri CEO dari anak pemilik perusahaan ini.
"Maaf kan saya ibu Anya, saya benar-benar salah saya tidak mengenali wajah ibu. Seperti yang di perintahkan pak Raka bawasannya hari ini istri beliau akan datang. Kami akan mengantar ibu keruangan pak Raka."
"Jangan minta maaf, kamu tidak salah karena sebelum nya kita memang belum pernah bertemu."
Petugas resepsionis itu membawa Anya menuju ruangan kerja Raka, tepat di lantai dua puluh lima disana Raka sedang sibuk dengan semua berkasnya.
"Permisi pak. Ada bu Anya."
"Persilahkan masuk."
Raka menutup berkas yang sedang dia baca, lalu berdiri dan menghampiri istrinya.
"Sayang kangen."
"Mas jangan bercanda deh, belum juga sehari kita enggak ketemu masa udah kangen."
"Kalau sama kamu, mas kangen terus. Sini peluk dulu."
Anya masuk kedalam pelukan suaminya, sungguh di luar dugaan Anya ternyata Raka bisa bersikap clingy.
"Mas udah selesai kerjanya?"
"Belum masih banyak, padahal cuma di tinggal sehari udah numpuk banyak."
"Ya udah selesaikan dulu nanti baru makan siang bersama."
Raka kembali ketempat duduknya untuk mengerjakan pekerjaan yang belum dia selesaikan. Sementara Anya hanya sibuk menonton derama korea di ponselnya, Raka terlalu fokus dengan pekerjaan nya sampai dirinya tak sadar kalau Anya sudah terlelap dengan ponsel yang masih menyala.
"Lucunya kalau sedang tidur."
Raka menekan-nekan pipi chaby milik Anya dan itu membuat Anya terbangun dari tidurnya.
"Maaf mas, aku ketiduran."
"Mas udah laper?"
"Iya, tapi istri mas masih bobo tadi."
Anya bergegas bangun dari tidurnya sebelum menyiapkan makan siang untuk Raka, Anya memilih untuk mencuci wajahnya terlebih dahulu.
"Maaf ya, karena aku makan siangnya jadi terlambat sedikit."
"Mas enggak masalah."
Anya meletakkan piring berisi nasi beserta lauk pauk kehadapan Raka, tapi suaminya itu hanya diam saja.
"Kenapa? Lauk nya tidak cocok?"
"Tangan mas lelah, sepertinya mas tidak bisa makan dengan tangan mas sendiri."
Raka memasang wajah sedih membuat Anya menggeleng keheranan, darima sifat manja Raka ini datang.
"Jadi kesimpulannya, mas mau disuapi?"
"Iya, kalau istri mas tidak keberatan."
Anya hanya bisa tersenyum melihat tingkah lucu suaminya, gemes pengen masukin karung.
"Sini deket mas duduknya."
Anya berpindah duduk di samping Raka, kini dirinya sudah mirip seperti seorang ibu yang menyuapi anaknya.
"Duh pengantin baru maunya deketan terus."
Soraya tiba-tiba masuk kedalam ruangan Raka, dirinya sangat bahagia melihat anak dan menantunya terlihat mesra.
"Mama, udah lama di kantor?"
Raka menghampiri mamanya, membantu membawakan paper bag yang tidak tahu apa isinya.
"Sudah sejam, papa mu maunya ditemenin mama. Padahal mama ada janji arisan sama teman terpaksa mama batalkan."
"Jadi Anya jangan kaget kalau Raka manja, soalnya sudah keturunan dari pabriknya." Ucap Soraya dengan senyum mengejek Raka.
"Tadinya Anya sedikit kaget karena Anya pikir mas Raka itu orangnya kaku dan tidak ada romantisnya, maa. Ternyata Anya salah manjanya melebihi anak TK."
Soraya dan Raka tertawa mendengar curahan hati Anya, Soraya berharap rumah tangga Anya dan Raka akan berjalan dengan baik dan selalu di beri kebahagiaan.
biar aman dari adik durjana Thor