Kisah cinta Dokter cantik dan seorang Pengacara tampan yang dingin. Dipersatukan oleh perjodohan. Dipertemukan oleh takdir cinta keduanya.
Akankah mereka berdua pada akhirnya bersenyawa? 💕💕💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RieyruNa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33
Hyorin dan Ayesh memasuki Apartemen masih dalam keadaan saling diam.
"Mau kemana?" tanya Ayesh begitu melihat Istrinya berlalu menuju kamar.
"Mandi Mas, gerah banget."
"Tunggu...aku mau bicara!"
"Apa Mas?"
"Duduk!"
"Ketus amat sih," Hyorin ngedumel.
"Kamu harus segera resign dari rumah sakit Ayah!" ucap Ayesh to the point ketika Hyorin sudah duduk di sofa.
"Kenapa begitu Mas, aku belum lama bekerja disana. Lagi pula itu rumah sakit milik keluargaku,," Hyorin merengut.
"Apa kamu bisa memastikan jika tetap bekerja disana tidak akan bertemu dengan Dokter Indra?"
"Ya ampun Mas, aku dan Kak Indra tidak pernah ada apa-apa."
"Tapi dia terus mengejarmu Rin bahkan setelah tahu kamu sudah menikah, bukankah kamu juga pernah mencintainya?"
"Sebegitu tidak percayakah kamu terhadapku Mas?"
"Bukan begitu Rin, maksudku...,"
Hyorin yang tengah diliputi kekecewaan terhadap suaminya berlalu meninggalkan Ayesh.
Hyorin memasuki kamar mandi, tidak ingin lebih emosi lagi jika harus berlama-lama berdebat dengan pemuda itu.
Ayesh menyusul ke dalam kamar, dia tidak menemukan istrinya ada di kamar yang mereka tempati secara terpisah.
Gemercik air menandakan bahwa Hyorin tengah berada di kamar mandi.
"Rin sudah belum, gantian. Aku sudah gerah banget ini."
Hyorin tidak menjawab, namun tidak berselang lama dia keluar dari kamar mandi.
"Tidak sabaran banget sih, kan bisa pakai kamar mandi depan."
"Tidak mau, aku maunya disini."
Ayesh berlalu memasuki kamar mandi.
Hyorin menyiapkan baju ganti untuk suaminya, menaruhnya di atas kasur dan pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam.
"Makan malam dulu Mas, selagi masih panas."
"Hemmmmm,"
Selesai makan malam, Hyorin kembali ke kamar. Menutup pintu pembatas dan bersiap naik ke atas ranjang.
"Rin buka!"
"Aku ngantuk mau tidur, bicaranya besok saja Mas." Teriak Hyorin dari dalam.
Ayesh mengambil kunci cadangan, Hyorin sudah mulai terlelap ketika pintu dibuka.
Ayesh mengangkat tubuh Hyorin begitu saja dan membawanya ke ranjang besar yang biasanya Ayesh gunakan sendirian.
"Astaghfirullah Mas, turunkan aku!" Hyorin terkejut mendapati dirinya sudah berada digendongan suaminya.
"Mulai sekarang kita tidak akan pernah lagi tidur terpisah!" ucap Ayesh begitu meletakkan bobot Hyorin di atas kasur.
"Kenapa sih Mas, kamu sukanya maksa?"
"Tidur!"
Hyorin memilih membelakangi suaminya, ingin rasanya pindah dari tempat itu dan kembali ke tempatnya yang hanya berjarak beberapa meter saja, namun tentu dia tahu jika itu ia lakukan sudah barang tentu suaminya akan semakin berbuat seenaknya.
Sampai pukul Sebelas malam, Hyorin belum bisa memejamkan matanya kembali. Rasa ngantuk yang tadi menyeruak, kini hilang sudah.
"Kamu belum tidur Rin?"
Hyorin pura-pura memejamkan mata.
"Aku tahu kamu tidak bisa tidur,"
Tidak ada jawaban dari Hyorin,
"Baiklah kalau begitu, besok aku ke luar Kota lagi. Akan aku cek jadwalku bersama Doni, oh ternyata satu bulan jangan kangen ya?"
Hyorin berbalik kemudian berkata, "Jangan pergi lagi Mas, aku tidak mau ditinggal sendirian."
Ayesh malah tertawa penuh kemenangan.
"Kena kau,"
Ayesh menggelitiki Hyorin, gadis itu tidak bisa menahan geli.
"Ampun Mas, sudah...sudah...ku mohon stop!"
Ayesh menghentikan kejailannya, sejurus pandangan mereka bertemu. Ayesh menangkup pipi Hyorin gemas, Ayesh terus mendekat ke arah Hyorin menautkan bibirnya ke bibir Hyorin semakin dalam.
Pasangan halal itu mengakhiri malam panjang mereka dengan pergulatan sengit berakhir peluh.
Mereka kembali bersenyawa untuk kedua kalinya. Membentuk bonding elektron dengan ikatan ion, saling menerima dan memberi.
Bertumbukan di dalam larutan cinta, menghantarkan arus listrik dengan voltase rendah namun cukup menyengat.
****
Indra pulang ke Apartemennya bersama Silvia, waktu sudah menunjukkan pukul Satu dini hari.
Entah dari mana mereka, yang jelas dalam kondisi tubuh sempoyongan sepertinya mereka mabuk berat.
Doni yang juga sedang melintas hendak pulang setelah menyelesaikan pekerjaan yang Ayesh tinggalkan tadi siang, melihat keduanya memasuki area Apartemen.
"Bukankah itu Silvia? Sedang apa dia disini, dan Laki-laki itu?" Doni bermonolog sambil mengingat-ingat seseorang yang pernah dia lihat, namun dia lupa dimana.
Doni terpikir untuk mengambil gambar mereka berdua.
"Dasar perempuan murahan, selamanya akan tetap sama,"
Doni menatap layar ponselnya yang berlatar gambar seorang gadis.
"Aku harap kamu tidak seperti itu."
Doni melajukan mobilnya kembali, ingin segera beristirahat setelah aktivitas yang menguras energinya seharian.
Hyorin bangkit dari tempat tidur, menyingkirkan perlahan tangan Ayesh yang bergelung manja diatas perutnya hendak mengambil piyamanya yang berserakan di lantai.
"Mau kemana sayang, masih terlalu pagi."
Ayesh berkata dengan tetap memejamkan matanya dan mendekap Hyorin lebih erat dari balik selimut.
"Aku mau mandi Mas, lepaskan aku!"
"Mandi bareng ya," pinta Ayesh.
"Ih...ogah Mas,"
Ayesh bangkit dan mengangkat tubuh Hyorin tanpa aba-aba, membawanya masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah Tiga Puluh menit berlalu mereka keluar dari kamar mandi.
"Tuh kan gara-gara Mas berulah tadi di kamar mandi, kita kesiangan untuk sholat subuh Mas,"
Yang di kritik cuma nyengir saja tanpa dosa.
"Jangan ngomel terus, mau sholat subuh nggak?"
"Iya..iya...," Hyorin mencebik.
Hyorin sedang bersiap untuk berangkat bekerja. Dia mematut dirinya di depan cermin, betapa terkejutnya ketika dia lihat ada banyak sekali tanda kepemilikan Ayesh yang terukir di leher jenjang nan mulus miliknya.
"Kenapa manyun gitu sayang?"
"Lihat nih ulah kamu," Hyorin menunjukkan lehernya.
Ayesh malah tertawa tidak jelas.
"Mas nyebelin banget sih,"
"Bagus dong biar semua orang tahu kalau kamu itu milikku!"
"Kalau mereka tahu Mas, lha kalau mereka malah menyangka yang tidak-tidak. Bukankah kita belum mengumumkan pernikahan kita."
"Segera aku umumkan," jawab Ayesh enteng.
Hyorin sibuk menutupi bekas-bekas itu agar jangan sampai terlihat, di leher saja banyak sekali apalagi ditempat lain yang lebih tertutup.
"Ayo berangkat sudah siang,,"
Ayesh menggenggam tangan Hyorin posesif, seolah ingin menunjukkan pada semua orang bahwa gadis itu miliknya.
Hyoshan muncul di pintu lift ketika Hyorin hendak masuk ke dalam mobil.
"Orin...," Hyoshan melambaikan tangan.
Hyorin keluar kembali dari mobil Ayesh dan berhambur menghampiri Hyoshan kemudian memeluk Kakaknya.
"Kak Oshan, aku kangen banget sama Kakak. Kemana saja tidak pernah kelihatan,"
Hyoshan mengurai pelukan Hyorin kemudian menatap Adik kesayangannya lekat, mengacak rambut gadis itu pelan.
"Kamu bagimana kabarnya Rin?" Hyoshan tersenyum.
"Aku baik Kak, Kakak kelihatan kurus pasti Kakak tidak makan dengan benar."
Hyoshan hanya tersenyum tidak ingin membuat adiknya lebih khawatir.
"Hei Adik ipar, Adik gue nakal apa tidak? Kalau nakal jewer saja dia!" Hyoshan tertawa.
Ayesh keluar dari mobil, menghampiri Hyoshan. Mereka berdua saling berpelukan.
"Kalian tidak pernah berkunjung, mentang-mentang pengantin baru sibuk terus."
"Sorry Kak, besok-besok deh kita main."
"Bagaimana kalau weekend ini kita liburan bareng?" usul Hyoshan.
"Boleh juga, ide bagus itu."
"Aku akan ajak Nita ya biar tambah rame, semoga tuh bocah bisa." Hyorin tampak berbinar.
"Kalian atur saja bagaimana baiknya, Kakak berangkat dulu ya. Ayah pasti sudah menunggu. Bye Rin...Adik ipar, sampai ketemu lagi pas weekend."
"Iya Kak, hati-hati dijalan."
"Siap...kalian juga hati-hati ya, jangan lupa bikin ponakan yang banyak buat Pak dhe." Hyoshan berlalu sambil tertawa.
Ayesh dan Hyorin kembali masuk ke dalam mobil.
"Ingat pesan Kak Oshan Rin,"
"Kalian apa-apaan sih, kamu juga Mas ngapain dianggap begitu serius. Kak Oshan memang orangnya begitu suka banget mengerjai orang."
"Tapi aku mau banget sayang,"
"Ish...ish...ngarep bener," Hyorin bersedekap.
Tiba di area rumah sakit, Hyorin berpamitan kepada suaminya. Mencium punggung tangan Ayesh dengan takzim dan dibalas dengan kecupan sayang dikening Hyorin.
"Aku turun ya Mas, sudah sana berangkat nanti terlambat!"
Ayesh tidak menjawab, malah dia menarik tangan Hyorin yang sudah separuh jalan hendak keluar dari mobil.
"Apalagi Mas?"
"Masih kurang," Ayesh menunjuk bibirnya.
Hyorin yang paham akan situasinya memilih mengecup pipi kiri Ayesh.
"Bukan disitu, disini!" Ayesh bersikeras.
"Malu Mas, nanti dilihat orang. Sudah sana Mas, aku mau masuk!"
Ayesh tidak bergeming.
"Amboy manja sekali bayi besarku, sini-sini jangan ngambek sayang."
Hyorin mendekat, mencium bibir Ayesh sekilas dan berlari masuk ke dalam rumah sakit.
"Dasar gadis nakal, awas kamu nanti malam," ancamnya dan yang diancam mungkin saja tidak mendengar.
Ayesh berkata sambil tersenyum bahagia melihat tingkah istrinya yang menggemaskan dan berlalu meninggalkan area rumah sakit.
Indra melihat pemandangan antara suami dan istri yang tampak sangat bahagia itu dari balik kaca mobilnya, dia mengepalkan tangannya geram. Rasa hatinya belum bisa ikhlas melihat Hyorin bahagia bersama Ayesh.
Big thank's Kakak-kakak pembaca setia cerita Author, terus dukung ya agar author selalu bersemangat. 🤗🤗
Jangan lupa like, komen, vote dan jadikan favourite ya Kak 💕💕💕💕
Love U All ❤️❤️❤️
tetap semangat thorr
klau jovvanka menyakiti Orin?