NovelToon NovelToon
Duda Bucin (Oh My Babysitter)

Duda Bucin (Oh My Babysitter)

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Perjodohan / Duda / Tamat
Popularitas:1.5M
Nilai: 4.7
Nama Author: Penulis amatir

NOVEL RINGAN INI BIKIN KAMU SENYUM-SENYUM, NGAKAK, BAPER, BERASA JATUH CINTA LAGI. Banyak adegan antah berantah!! harap maklum, si DUDA BUCIN emang suka nyosor!!
________
Disarankan untuk tidak melompati bab satu sampai dua puluh, karena di situ point pentingnya. Membaca dengan sabar part demi part nya, agar tidak bingung. Takutnya keder jalan ceritanya terus tiba-tiba komentar nylekit, jangan jadi pembaca yang begitu yaaaah!😂
_______________
Happy reading ♥️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penulis amatir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertemu.

Pinkan baru saja menanggalkan mukena setelah melaksanakan ibadah shalat subuh, lalu berjalan menuju ranjang king size miliknya, memutarkan badan sebelum kemudian ia pantul kan tubuhnya di tempat empuk itu.

Sudah sedari bangun tidur jantung Pinkan terus berdentum hangat, ada getar getar berbeda di dalam dadanya tentunya karena hari ini akan ada kemungkinan besar dirinya bertemu dengan bang duda.

Munafik nya adalah ia juga sangat sangat ingin melihat secara langsung wajah tampan pria yang masih berada di dalam hatinya, lama sudah Pinkan tersiksa dengan hanya sekelumit bayangan yang sering melintas di pikiran, ingin rasanya beranjak dari rindu yang mencekam.

Setelah berdiam dengan pikiran kosongnya Pinkan meraih ponsel di sisi kepalanya lalu membuka sosial media miliknya yang sudah memiliki beribu-ribu pengikut, membaca satu status penyemangat di hari Senin ini.

Hari Senin adalah hari untuk mereka yang mau berjuang dan tertatih, bukan untuk mereka yang malas dan memilih mundur sebelum berperang.

Pinkan menghembus napas pelan, menatap langit langit kamarnya, perlahan gawai persegi di tangannya ia letakkan kembali ke sisi kanan kepalanya "Mundur sebelum berperang?" Gumamnya. Namun sayangnya Pinkan sedang berperang dengan musuh terbesar dalam hidupnya yaitu dirinya sendiri.

Suara langkah kaki terdengar memasuki ruangan, dan seorang wanita paruh baya menenteng gaun formal di tangannya, siapa lagi jika bukan Marta ibunya, dengan perlahan wanita itu duduk di sisi ranjang menoleh ke samping menatap wajah lesu putrinya.

"Kamu kenapa dari kemarin mukanya di tekuk terus? Nanti tumbuh kerutan loh Pink." Tutur nya lembut sembari menyentuh paha gadis itu.

"Pinkan males mau berangkat magang Mah, pasti ketemu duda kejam itu lagi, ..." Gadis itu berucap seraya duduk bahunya tampak turun, tak bersemangat.

"Tapi ini tugas akhir kamu sebelum skripsi Pink, ayok semangat, sekarang ganti baju ini terus pakai sepatu heels yang Mamah kasih tadi malam itu, Mamah tunggu di luar, sekarang Mamah siapin sarapan dulu."

Beberapa saat kemudian Pinkan melakukan seperti yang ibunya perintahkan, itupun setelah ada drama baku tolak terlebih dahulu karena pakaian formal yang Martha berikan tidak sesuai kemauan Pinkan, tapi, mau bagaimana lagi, sedari kecil sampai sekarang pakaian Pinkan masih di atur ibunya yang perancang busana.

Satu setengah jam saja Pinkan sudah berpindah tempat dari yang tadinya di perumahan elit menjadi di antara bangunan tinggi menjulang dengan segala hiruk pikuk para pejuang dolar.

Langkah gontai Pinkan persembahkan untuk dirinya sendiri, berjalan menuju lobby kantor, dan hari ini Pinkan harus berurusan dengan rekrutmen perusahaan tersebut.

Semangat! Pinkan! Pekiknya pada diri sendiri sambil mengepalkan tangan di depan dadanya, penuh kemantapan.

"Pinkan Arora!" Suara laki-laki yang di iringi dengan langkah cepat mendekati gadis yang kini menoleh kan kepalanya ke arah kanan. Wajah muram nya mendadak hilang saat ekor matanya sudah bisa menangkap sosok indah tersenyum padanya.

"Kakak, Kak Dimas!" Pekik Pinkan dengan membulatkan matanya, bibirnya tersenyum menatap lekat senyuman manis pria yang kini berdiri di hadapannya dengan napas yang tersengal-sengal.

"Lu ngapain di sini hm?" Mata Pria itu menelisik ke seluruh tubuh Pinkan yang terlihat sangat cantik.

"Pinkan mau magang di perusahaan ini Kak, kakak sendiri ngapain? Atau jangan-jangan ka Dimas kerja di sini?"

Dimas mengangguk dengan senyuman yang memperlihatkan lesung di pipinya. Sedang Pinkan tampak menutup mulut yang menganga, bahagia, akhirnya ada seseorang yang ia kenal di tempat barunya selain Raka dan Baskara.

"Kamu gimana kabar?"

"Baik, tapi, Pinkan gak mimpi ini kan kak? Bisa ketemu lagi sama kak Dimas?" Pinkan mencubit pipinya sendiri memastikan bahwa dirinya tak sedang bermimpi bertemu dengan mantan ketua OSIS pria terpopuler di SMA, saat ia masih kelas satu sedang Dimas kelas tiga.

"Sudah jangan terkejut begitu, sekarang kita langsung masuk saja." Ajak Dimas menunjukkan arah jalan yang harus mereka lewati. Pinkan mengangguk sambil tersenyum lalu berjalan beriringan dengan pemuda itu sembari mengobrol ringan.

Sesampainya di dalam Dimas menitipkan Pinkan pada seseorang yang bekerja di bagian rekrutmen, sebelum kemudian ia memasuki ruangannya sendiri. Kurang lebih sekitar satu jam Pinkan berkumpul di ruangan khusus bersama dengan karyawan magang lainya, di sana Pinkan mendapatkan wawasan singkat seputar peraturan-peraturan yang berlaku di perusahaan tersebut. Salah satunya yaitu, harus menghapal nama-nama pejabat penting di perusahaan itu.

Kini mulut Pinkan berkecumik membaca tabel di mana nama-nama seluruh jajaran pejabat penting bertengger di setiap kolom nya dan ada tiga nama yang sangat sangat Pinkan kenal yaitu, Baskara Lindu pemilik sekaligus CEO atau biasa kita sebut dengan direktur utamanya, Raka Cyril direktur sekaligus lelaki yang saat ini masih menyinggahi hatinya. Dimas Sasongko kakak kelas di SMA yang sekarang menjabat sebagai manager HRD.

"Hah? Jadi, Ka Dimas HRD di sini? Hihi, pesona HRD gak kalah sama direktur nya." Gumam Pinkan terkikik.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sedang di tempat lain, di dalam ruangan yang di dominasi dengan kaca transparan, sofa putih berpadu dengan bantal berwarna toska, gorden tarik putih yang di biarkan terbuka, di sebelah nya ada rak buku toska, dinding bercat putih berlist toska, terlihat lukisan-lukisan mahal terpasang di setiap sisi nya, Baskara duduk di kursi kebesaran miliknya sedang matanya menatap lekat foto berukuran 4x6 yang tertempel di bagian atas lembar CV milik Pinkan Arora. Lalu melirik ke arah samping di mana Shaka sang personal asisten CEO berdiri. Pria berjambang tipis itu sudah lima tahun lamanya melayani CEO paruh baya ini.

"Di tempat kan di bagian mana Pinkan?" Tanya nya pada pria itu.

"Belum tahu Tuan, kalo di lihat dari jurusan yang Nona Pinkan ambil, seharusnya di tempatkan di devisi keuangan, tapi belum tau juga, karena kadang kadang HRD menempatkan pegawai magang seenaknya sendiri, tergantung cantik atau tidaknya pegawai itu." Jelas Shaka dengan tangan yang di cekal di depan tubuhnya. Sedang Baskara tampak manggut-manggut secara perlahan.

Tok tok tok! Suara pintu yang di ketuk lumayan mengalihkan perhatian keduanya "Masuk!" Titah Baskara.

Pintu pun terbuka seiring dengan masuknya Anisa sekertaris sang direktur utama "Permisi pak," Lalu gadis itu berjalan mendekat setelah mendapat anggukan kecil dari atasannya "Maaf mengganggu. Tapi tadi pak Dimas baru saja menyerahkan ini." gadis itu meletakkan dokumen dengan map merah di atas meja atasannya.

"Itu, laporan penempatan posisi mahasiswa magang seperti yang bapak minta." Ucap Annisa.

"Oh," Baskara mengangguk lalu gadis itu menundukkan kepalanya dan pergi keluar setelah mengucapkan permisi yang lalu di persilahkan olehnya.

Biasanya Baskara tak pernah mau tahu tentang mahasiswa magang, tapi untuk kali ini spesial, karena Baskara sendiri lah yang sudah mengatur segalanya demi bisa mempertemukan kembali putranya dengan gadis cantik putri temannya, termasuk magangnya Pinkan di perusahaan tersebut.

Setelah enam bulan melihat kegalauan Raka yang terkesan tak bisa move on, perjodohan ini takkan pernah Baskara batalkan begitu saja, apa lagi jika mendengar dari cerita Hardian tentang Pinkan yang agaknya juga menyukai Raka membuat Baskara bersikekeh untuk tetap melanjutkan perjodohan keduanya.

"Kamu atur meja kerja Pinkan seperti yang saya minta, dia harus selalu berada di hadapan putraku!" Titah Baskara. Lalu dijawab dengan anggukan pria berusia tiga puluh tahun itu "Baik Tuan." Jawabnya.

"Sekarang suruh Pinkan datang ke ruangan ku." Titah Baskara lagi melirik sekilas ke arah pria itu lalu dengan sigapnya Shaka melangkah keluar, menjalankan tugas seperti biasa.

Baskara tersenyum irit, tangan kanannya meraih benda pipih yang tergeletak di sisi kiri tangan kirinya, kemudian menyibukkan jemarinya membaca pesan teks dari kontak bertuliskan Iyan CB (calon besan).

📩 "Kabar Pinkan gimana Bas?😰 Aduh, yang gue takut mereka malah makin saling benci Bas, kemarin aja pas tahu mau internship di perusahaan elu, Pinkan merutuki gue mulu.😨"

📨 "😒Misi baru di mulai, jangan tegang begitu, lu kebanyakan liat material bangunan jadi kaku kaya kanebo kering.🙄"

Baskara menggeleng seraya tergelak saat membalas pesan pada calon besannya "Dasar cupu, udah tua masih aja cupu!" Gumamnya.

Selang beberapa menit, Pinkan membuka pintu ruangan Baskara seiring dengan masuknya gadis itu, tentunya setelah mengetuk pintu dan di persilahkan masuk.

"Assalamualaikum Om." Pinkan tersenyum manis sedikit menunduk sopan pada pria itu.

"Pink__kan, waalaikum salam." Baskara berdiri sambil tersenyum "Sini, duduk sayang." Lelaki itu menyambut hangat gadis cantik ini seraya menunjuk kursi putar di hadapannya.

"Terimakasih Om, ..." Pinkan duduk lalu bertanya "Om apa kabar?"

"Baik, ..." Jawab Baskara "Papah kamu barusan menitip kan mu sama Om, jadi, jangan sungkan kalo nanti ada perlu apa-apa, di sini, kamu juga putri Om." Lanjutnya.

"Iya Om, terimakasih sekali lagi, Pinkan juga sudah menganggap Om lebih dari sekedar teman Papah, tapi, tetap saja, Pinkan harus profesional kerja kan Om, Pinkan gamau di bully sama karyawan yang lain gara-gara di perlakukan berbeda sama pak CEO nya." Sambung Pinkan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sementara itu di tempat lain nya lagi, sosok tinggi atletis pria tampan berwajah jernih, dengan kemeja putih di balik jas hitamnya, kilatan cahaya dari arloji mahal ditangannya seolah tak mau kalah dengan ujung sepatu hitam miliknya yang juga mengkilap, ia turun dari sebuah mobil sport putih, lalu berjalan beriringan dengan seorang pria yang masih seumuran dengannya, mereka tidak lain adalah direktur perusahaan Key-food dan asisten personal nya.

"Hari ini, apa, gue masih bisa ajak Baby Zee main? Skedul gue hari ini, gak terlalu banyak kan?" Tanya Raka menoleh sekilas ke arah Arjuna.

"Masih bisa, tenang saja, ..." Jawab Juna yang juga menoleh sekilas, menghiraukan sahabatnya.

Keduanya berjalan beriringan memasuki lobby kemudian berlanjut sampai ke depan lift yang biasanya hanya dipakai khusus CEO beserta keluarganya yang langsung terbuka. Raka pun masuk ke dalam lift di ekori sang asisten lalu keduanya membalikkan badan, matanya mengarah pada Elevator LCD Display yang perlahan berubah seiring dengan angka lantai yang di lalui nya. Dari L, 1, 2,3,4,5 dan 6.

Ting! pintu lift pun terbuka kemudian dengan refleknya Raka melangkahkan kakinya keluar.

Deg!!

Matanya sedikit membesar saat tiba-tiba melihat gadis cantik bergaun formal di atas lutut pas body dengan warna hitam mix renda putih baru saja keluar dari lift karyawan di seberang lift yang ia naikin. Karena kedua lift itu memang saling berhadapan hingga kini keduanya pun saling berkonfrontasi dengan jarak yang lumayan dekat, Masih sama seperti biasa, Pinkan selalu terlihat cantik di mata Raka, sebaliknya, pria ini juga selalu tampan di mata gadis itu.

"Pinkan, ..." Gumam Raka pelan lalu hening setelah nya, kedua mata mereka tenggelam dalam tatapan paku masing-masing, memuaskan kebutuhan hati yang sudah begitu merindu.

"Lu kenapa Bro?" Arjuna menepuk pelan pundak lelaki itu dan berhasil membuat pandangan kedua mata berbinar rindu itu teralihkan.

"Emm." Raka menoleh sekilas ke arah Arjuna lalu kembali menatap Pinkan yang pada akhirnya ia turunkan pandangannya ke lantai, sungguh pria ini belum berani berlama-lama menatap gadis itu, canggung sudah pasti, kini jantung keduanya bahkan berdetak tak beraturan.

"Permisi Pak, ..." Pinkan mengalah menyapanya terlebih dahulu dengan sedikit memberi tundukkan kepala sopan pada pria itu karena posisinya yang hanya karyawan magang, kemudian melangkah ke arah kanan menuju meja kerja khusus yang sudah Shaka siap kan untuknya. Sedang Raka masih bergeming, menatap punggung gadis itu, rindu.

"Bro! Lu kenapa? Lu kenal cewek cantik itu?" Arjuna semakin di buat penasaran.

"Cari tahu kenapa gadis itu ada di sini?!" Raka berucap lirih tanpa melepas pandangan dari punggung Pinkan.

"Kayaknya sih, dia pegawai magang baru, hari ini kampus Xx mengirimkan mahasiswa nya lagi." Sambung pria itu menjelaskan informasi yang ia dengar dari bawahannya beberapa hari yang lalu.

"Oh." Entah kenapa, Raka kecewa mendengar hal itu, bukan kah seharusnya keberadaan Pinkan di sini karena merindukan nya?

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bersambung....

1
Supartini 123
Kecewa
Supartini 123
Buruk
Naja Naja nurdin
Murad kau akan patah sepatah nya itu hati saat tau jodoh Itu si murni
lidya makadada
Luar biasa
Karondu Aq
😂😂😂😂😂
yetiku86
ini beneran dah selesai Thor.....????
yetiku86
mantap ka Othor 👍👍👍👍😍
yetiku86
hukum tabur tuai di bayar kontan ya Lidya.
yetiku86
Angel....angel ..,🤦🏻‍♀️
yetiku86
Eric dapat saingan neh 😅
yetiku86
ngerjain apa melepas rindu Ric? 🤭
yetiku86
😂😂😂😂😂
yetiku86
pasti guemessin banget bayi Pake kebaya 😘😘😘
yetiku86
😂😂😂kena tipu kau Murad 🤭
yetiku86
ini namanya setan teriak setan 😈😄
yetiku86
marmut kali oppa 😅
yetiku86
🤦🏻‍♀️ Marni....Marni...
yetiku86
ih papi narsis 🙈
yetiku86
novel gratisan hadir ☝️🤭
Curly kesayangan
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!