Alone Claney hidup dalam kesendirian seperti namanya. Ibu suri yang terpikat padanya pun menjodohkan Alone dengan putra mahkota, calon pewaris tahta. Tak seperti cerita Cinderella yang bahagia bertemu pangeran, nestapa justru menghampirinya ketika mengetahui sifat pangeran yang akan menikahinya ternyata kejam dan kasar.
Karena suatu kejadian, seseorang datang menggantikan posisi pangeran sebagai putra mahkota sekaligus suaminya. Berbeda dengan pangeran yang asli, pria ini sungguh lembut dan penuh rasa keadilan yang tinggi. Sayangnya, pria itu hanyalah sesosok yang menyelusup masuk ke dalam istana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu aotian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 : Tebakan Ratu
Setelah dilarang masuk ke ruang mandi, Barbara keluar dari kediaman sambil membawa kembali aroma terapi yang sudah ia siapkan untuk sang pangeran. Saat menyusuri setapak taman, ia tak sengaja mendengar perbincangan para pelayan.
"Apa kalian tahu, sebelum makan siang tadi, pangeran Julian ternyata sedang bersama dengan calon istrinya."
"Dari mana kau tahu?"
"Pelayan yang melayani calon istrinya yang memberitahukan padaku."
"Mereka pasti cuma mengada-ada! Pangeran bahkan tidak pernah menemuinya."
"Ya, itu benar! Pangeran juga menikah hanya karena desakan ibu suri!" imbuh pelayan lainnya.
"Tapi ucapan mereka terlihat sungguhan. Mereka juga bilang pangeran bahkan mengantar nona mereka sampai ke kediamannya."
"Aku pernah dengar, pangeran Julian mendadak menerima pernikahan ini karena tahu pangeran Flynn menyukai calon istrinya. Kurasa dia hanya ingin membuat pangeran Flynn kesal."
Setelah mendengar perbincangan para pelayan itu, ia langsung berlalu pergi. Apa dia cemburu jika yang dikatakan pelayan benar adanya? Tentu tidak. Sekalipun jika benar pangeran tertarik pada calon istrinya, ia sama sekali tak keberatan. Berada di sisi pangeran bertahun-tahun, membuatnya mengenal pria itu dengan sangat baik. Namun, ini terasa mengherankan. Ada derap aneh yang membuatnya terasa tidak nyaman sejak pangeran pulang dari wilayah terpencil dari negara ini. Pria itu tampak berbeda. Tak seperti biasanya.
Malam harinya, Bright mondar-mandir di depan ranjang besar yang begitu menggoda untuk ditiduri. Ia lalu mengambil satu bantal dan menaruhnya di lantai. Ia juga mengambil kain panjang penutup meja untuk digelar di atas lantai. Beriringan dengan itu, terdengar suara ketukan pintu.
"Masuk!" teriak Bright sambil sibuk mengatur bantal dan kain untuk dijadikan tempat tidurnya.
Seseorang yang muncul dari balik pintu kamarnya adalah Barry. Pria yang merupakan dokter kerajaan itu lantas terkesiap melihat bantal dan kain seadanya yang digelar di atas lantai.
"Kenapa Pangeran tidur di lantai?" tanya Barry.
"Ah, ranjang ini terlalu mewah dan rapi untuk ditiduri. Aku takut membuatnya berantakan. Jadi, aku memilih tidur di bawah saja," jawab Bright sambil menyengir.
"Tidak bisa! Pangeran harus tetap tidur di ranjang!" cetus Barry dengan tegas hingga membuat Bright tersentak.
'Ya ampun! Gaya bicaranya persis anaknya.'
"Bagaimana jika ada pelayan yang tiba-tiba masuk dan melihat pangeran tidur di lantai?" sambung Barry lagi seraya menoleh ke arah pintu.
Dengan nada sungkan, Bright lantas berkata, "Ranjang ini miliknya. Rasanya aneh menempati kamar saudaraku dan memakai barang-barang miliknya tanpa izin darinya. Apakah ini akan berlangsung lama?"
Barry terdiam sejenak, lalu berkata sambil berbalik membelakanginya, "Apa yang menjadi miliknya telah menjadi milikmu sekarang. Mari ikut bersama saya! Saya akan mengajak Pangeran melihat keadaannya, mungkin Pangeran sendiri bisa memperkirakan berapa lama semua ini akan berlangsung. Dia saya tempatkan di ruang bawah tanah tepat di lantai kamar ini."
"Tidak perlu!" tandas Bright dengan cepat.
Barry menoleh kembali ke arah Bright. Kerutan samar pun muncul di antara kedua alisnya.
"Aku takut mungkin aku bisa berubah pikiran saat melihat dan mengetahui kondisinya," ucap Bright sambil tersenyum masam.
Di tempat berbeda, tepatnya di ruangan khusus ratu, Herbert menghampiri ratu Stephanie yang tengah merasakan pijatan kaki dari para dayang-dayangnya. Hanya memberi kode sebuah deheman keras, Herbert berhasil membuat para dayang-dayang itu keluar hingga hanya menyisakan mereka berdua.
"Putera mahkota telah pulang dalam keadaan sehat, pernikahannya pun akan segera terlaksana dalam waktu dua Minggu dan Yang Mulia Ratu masih sesantai ini?" cetus Herbert sambil menggeleng-geleng.
"Lalu, apa kau memintaku untuk sibuk mengurus pernikahan mereka?" tanya ratu Stephanie dengan santai.
"Tentu saja tidak! Tapi ... apa kita harus membiarkan pernikahan itu terjadi?"
"Kenapa tidak?!" jawabnya.
Mata Herbert terbelalak seketika. "Lihatlah dirimu saat ini. Kau bukan seorang ratu yang diangkat secara resmi. Setelah raja meninggal, kau hanya menjadi seorang mantan permaisuri atau jandanya raja. Kau tak bisa menjadi ibu suri karena Flynn mungkin tidak bisa menaiki tahta," ucap Herbert penuh provokasi.
"Lalu?" tanya ratu sambil tersenyum ringkih.
Herbert membuka mulutnya, semakin terheran-heran dengan jawaban kakaknya yang terkesan masa bodoh. "Apa Kakak benar-benar siap jika dia menaiki takhta? Kau tahu sendiri bagaimana bencinya putra mahkota kepada kita! Mungkin kita menjadi orang pertama yang akan dia tendang dari istana setelah diangkat menjadi raja."
Ratu Stephanie mengambil gelas kaca yang berisi anggur kemudian meneguknya dengan elegan. Sambil tersenyum anggun dia berkata, "Mencegah pernikahan putra mahkota sama sekali tak menguntungkan, malah hanya membuat Ibu suri mencurigai kita. Selain itu, tanggal pernikahan sudah semakin dekat. Negara akan rugi besar dan raja akan menanggung malu jika pernikahan mewah ini batal begitu saja. Lagipula, perempuan yang akan dia nikahi hanyalah anak dari bangsawan tingkat rendah yang tidak punya kekuatan politik apa pun."
"Tapi ingat ... dengan menikah, artinya sebentar lagi dia akan memiliki keturunan yang mewariskan takhta selanjutnya. Maka kesempatan Flynn untuk naik takhta tidak akan pernah ada. Padahal semua tokoh cendekiawan sepakat Flynn jauh lebih baik darinya."
Ratu Stephanie bergeming ketika anak semata wayangnya disebut.
Herbert berkacak pinggang diikuti helaan napas kasar yang berembus dari mulutnya. "Dulu kita semua menyangka Putera mahkota akan berumur pendek karena keadaannya yang sering sakit-sakitan sehingga kemungkinan takhta bisa jatuh ke tangan Flynn. Nyatanya, dia berumur panjang sampai di usia dewasa. Lalu, saat kita mengetahui skandal hubungan terlarangnya dengan pelayannya, kita sengaja membiarkannya guna mencegahnya menikah dan menghasilkan keturunan sah. Ini cukup berhasil nyatanya dia selalu menolak aliansi pernikahan. Tapi sekarang, dia benar-benar akan menikah. Sudah pasti akan melahirkan pewaris takhta selanjutnya." tutur Herbert dengan nada meluap-luap.
Ratu Stephanie meletakkan gelas kacanya di atas meja dengan tenang, kemudian mengerjap lembut ke arah adiknya. "Tenanglah, meski dia menikah, tak akan ada pewaris tahta selanjutnya dari garis keturunannya!"
Dahi Herbert lantas membentuk lipatan, menandakan dirinya tak paham dengan ucapan kakaknya itu.
"Kita semua tahu bagaimana kenakalan putra mahkota saat masih remaja. Dia kerap bermain dengan banyak gadis-gadis di dalam maupun luar istana. Dia bahkan menjalin hubungan bertahun-tahun dengan kepala pelayannya. Tapi lihat, apakah ada dari mereka yang hamil? Aku bahkan sudah menyuruh pelayanku untuk memastikan langsung pada gadis-gadis yang pernah terjamah olehnya.
Herbert mengernyit sesaat, sebelum akhirnya dia tersenyum lebar karena paham maksud dari ucapan kakaknya. "Apa itu artinya pangeran Julian ...."
.
.
.
Like dan komeng
Masih 1 pangeran loh belum 2 pangeran yang lebih keren wkwk
hemmmm......semoda si ondel ondel gak tertarik sama pangeran Bright
eh bgtu ya nona Adella, bener kata Flynn ayah mu terlalu matang memikirkan masa depan putri putri nya ya 😏 d jadikan korban untuk merebut kekuasaan negara lain dan seru nya korban sebagai ratu.. wah licik bener 😱