Kisah menakjubkan tentang perpindahan Jiwa seorang Ratu Mafia ke dalam Tubuh seorang Gadis Cupu yang diabaikan dan direndahkan oleh keluarganya.
Gadis Cupu itu terus-menerus dianggap tidak berarti oleh keluarganya.
Namun semua hinaan dan pandangan meremehkan itu tak pernah mampu mematahkan semangat nya.
Penuh Drama yang menegangkan, mari ikuti Perjalanan Hidup Mafia Queen X Gadis Cupu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PrinsesAna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Pagi itu, Ara bangun seperti biasa. Semalam ia tidur di markas. Ara berencana segera pindah ke mansion yang sudah ia beli, mengingat dirinya kini bukan lagi bagian dari keluarga Anderson.
"Mending gue mandi dulu. Nanti gue mau ketemu Mommy sama Daddy. Semoga aja mereka percaya kalau gue ini Alea," ucap Ara sambil menuju kamar mandi untuk bersiap-siap.
Setelah selesai mandi, Ara turun ke ruang tengah dan mendapati sahabat-sahabatnya sudah berkumpul, termasuk anggota baru, Lucas. Ara langsung duduk di sofa di sebelah Risa.
"Jadi?" tanya Risa dengan ekspresi datar.
"Hmmm," jawab Ara singkat sambil berdehem.
"Jam?" balas Risa.
"Abis sarapan," jawab Ara. Percakapan singkat mereka membuat semua yang melihat jadi melongo. Mereka bingung bagaimana Risa dan Ara bisa saling memahami dengan kata-kata sesingkat itu.
"Tuh, mereka lagi ngobrol, tapi kok singkat banget, ya?" komentar Lucas yang duduk di sebelah Varo.
"Baru liat lo, kan? Nah, kita yang udah sering liat aja kadang masih nggak ngerti," sahut Varo.
"Eh, kalian tadi ngomongin apa, sih?" tanya Manda yang penasaran, mewakili rasa bingung mereka semua—kecuali Jessika.
"Mereka tadi ngomong soal jadi pergi apa nggak, dan jawabannya jadi. Perginya abis sarapan," jelas Jessika.
"Loh, kok lo bisa ngerti, Jes?" tanya Lucas heran.
"Gimana nggak ngerti? Gue tiap hari bareng mereka. Tapi lo liat tuh, Nabila sama Manda aja lemot banget, belum lagi Varo, El, sama Azka. Kalau gue nggak coba ngerti, siapa yang bakal jelasin?" jawab Jessika sambil menghela napas.
"Emang Ara sama Risa mau ke mana, sih? Kok nggak ngajak kita?" tanya Manda penasaran.
"Iya, kalian mau ke mana? Kok nggak ngajak kami?" tambah Nabila, yang diamini oleh yang lain.
"Gue mau ke rumah Mommy sama Daddy," jawab Ara singkat.
"Mommy Lena sama Daddy Raymond maksudnya?" tanya Nabila memastikan.
"Iya," jawab Ara lagi.
"Kok nggak ngajak, sih? Ila juga kangen sama Mommy sama Daddy," ucap Nabila dengan nada memelas.
"Yaudah, ikut aja semuanya," balas Ara, malas memperpanjang pembicaraan.
"Horeee! Yuk, kita sarapan dulu, abis itu ke rumah Mommy sama Daddy!" seru Nabila dengan riang, senang karena akan bertemu orang tua Alea.
Mereka pun mulai sarapan bersama. Setelah selesai, mereka bersiap-siap untuk pergi ke rumah orang tua Alea.
"Lo oke, kan, Ra?" tanya Jessika sambil memperhatikan wajah Ara yang terlihat tegang.
"Gue oke, cuma takut aja mereka nggak percaya kalau gue masih hidup, walaupun di raga yang berbeda," jawab Ara dengan nada ragu.
"Tunggu, tunggu. Gue mau nanya, siapa, sih, Mommy sama Daddy yang kalian maksud? Gue beneran bingung," ucap Lucas yang masih tak paham situasinya. Semua langsung menepuk jidat, baru sadar kalau Lucas belum tahu cerita sebenarnya tentang Ara.
"Gue bakal jelasin ke lo, tapi lo jangan bilang ke siapa pun, termasuk Gio atau anggota inti Bruiser lainnya," ucap Ara dengan tatapan tajam ke arah Lucas.
"Oke, gue janji," jawab Lucas kepada Ara.
"Gue bakal jelasin, tapi lo jangan potong sampai gue selesai bicara," ucap Ara, yang langsung diangguki oleh Lucas.
"Jadi, gue bukan Ara. Nama asli gue Azalea Drenda Wijaya, anak dari Elena Rosalina dan Raymond Wijaya. Awalnya gue meninggal karena kecelakaan, tapi entah gimana gue malah terjebak di raga Ara. Ara minta tolong sama gue buat balas semua rasa sakit yang dia rasain. Dia udah nggak tahan lagi sama semuanya, sampai akhirnya dia nyerah, dan sekarang gue yang gantiin dia," jelas Ara panjang lebar.
Lucas terkejut mendengar penjelasan Ara. Namun, dari sorot mata Ara, Lucas bisa merasakan bahwa dia tidak berbohong.
"Jadi Ara udah nggak ada? Dia udah meninggal?" tanya Lucas setelah lama terdiam, mencoba mencerna semuanya.
"Iya. Pas dia koma, dia nyerah, dan sekarang gue yang gantiin," jawab Ara.
"Tapi sekarang, karena lo udah tau, jangan sampai lo cerita ke siapa pun. Gue belum siap ngasih tau yang lain," pinta Ara kepada Lucas.
"Iya, gue bakal tutup mulut. Tapi gue masih boleh, kan, jadi sahabat kalian meskipun Ara udah nggak ada?" tanya Lucas.
"Tenang aja, lo tetap temen kami. Panggil gue Ara kayak biasa aja," ucap Ara.
"Nah, sekarang udah tau, kan? Yuk, kita jalan lagi," ucap Jessika. Mereka pun meninggalkan markas menggunakan mobil, menuju kediaman keluarga Wijaya. Tak lama, mereka sampai di depan rumah besar yang megah bak istana. Mansion keluarga Wijaya bahkan lebih besar dari mansion keluarga Anderson.
"Pak, bukain dong. Kami mau ketemu Mommy sama Daddy," ucap Jessika kepada penjaga gerbang.
"Eh, Non Jessika. Baik, Non. Sebentar, Bapak bukain dulu," jawab penjaga sambil membuka gerbang. Mereka segera melajukan mobil masuk.
"Yuk. Ya ampun, Ra, tegang banget sih lo. Tenang aja, ada kita kok," ucap Jessika menenangkan Ara.
Akhirnya, mereka keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu mansion Wijaya. Jessika mengetuk pintu, dan tak lama kemudian pintu dibuka oleh seorang pelayan.
"Eh, Non. Mau ketemu Tuan dan Nyonya, ya?" tanya pelayan kepada Jessika.
"Iya, Bi. Ada, kan, Mommy sama Daddy?" tanya Jessika.
"Ada, Non. Mari masuk," ucap pelayan, mempersilakan mereka masuk.
Nabila, yang sudah senang, langsung masuk mendahului mereka.
"Yuhuuu, Mommy, Daddy! Ila yang cantik datang!" teriak Nabila dengan suara cemprengnya di dalam mansion.
"Eh, siapa ya, Dad, yang teriak begitu?" tanya Lena kepada suaminya.
"Nggak tau, Mom. Yuk, kita lihat," jawab Raymond, mengajak istrinya menuju ruang tamu.
Ara memperhatikan mansion tempat ia tumbuh besar. Tiba-tiba, rasa rindu yang amat dalam menyelimutinya.
"Eh, ada Nabila," ucap Lena sambil tersenyum karena sahabat putrinya datang. "Hehe, iya, Mom. Ila kangen sama Mommy dan Daddy," ucap Nabila sambil mencium tangan Lena dan Raymond. Yang lainnya pun mengikuti, termasuk Ara yang turut mencium tangan mereka. "Kenapa hati ini terasa hangat setelah anak ini mencium tangan saya?" gumam Lena dalam hati, begitu juga dengan Raymond. "Udah, duduk dulu, ya. Sebentar, Mommy suruh Bibi bikin minuman," ucap Lena mempersilakan mereka duduk.
Mereka pun duduk, sementara Ara terus memandang Mommy dan Daddynya dengan rindu yang mendalam. "Bi, tolong bikinin minuman sama camilan untuk sahabat Ara, ya," ucap Lena kepada pembantunya. "Udah lama kalian nggak ke sini. Oh ya, itu dua teman baru kalian?" tanya Lena kepada mereka. "Sebenarnya, ada yang mau kami bicarakan, Mom," jawab Jessika. "Apa itu?" tanya Lena penasaran. Jessika melirik ke arah Ara. Ara yang dilirik pun mengerti, meski terlihat sangat gugup.
"Kalian mau bicara apa? Bilang aja, Mommy akan dengarkan," ucap Lena sambil menatap mereka satu per satu. "Apa kalian percaya transmigrasi jiwa?" tanya Ara akhirnya, memberanikan diri. "Langsung ke intinya saja," ucap Raymond tegas. "Baiklah. Mom, Dad, aku Alea. Lea juga nggak tahu kenapa bisa bangun di tubuh Ara ini, Mom. Lea awalnya juga nggak percaya, tapi ini memang Lea, anak Mommy dan Daddy. Aku Alea, Mom, Dad. Putri kalian," ucap Ara sambil menatap Lena dan Raymond.
"Bagaimana mungkin? Putri kami sudah meninggal. Jangan membohongi saya," ucap Raymond dengan nada marah. "Tapi, Dad, ini beneran Lea, putri Daddy. Lea bakal buktiin kalau Lea putri kalian. Daddy nggak suka sama yang namanya sayur. Kata Daddy, sayur itu seperti rumput yang dimakan kambing. Dan Mommy, Mommy paling nggak suka seafood karena alergi. Dulu Mommy pernah nggak sengaja makan seafood dan akhirnya dirawat di rumah sakit. Waktu Lea umur lima tahun, Lea pernah diculik oleh orang yang nggak suka sama Daddy. Ini Lea, Mom, Dad. Putri kalian. Lea mohon, percaya," ucap Ara dengan mata berkaca-kaca. "Mom, Dad, maaf kalau Risa ikut campur. Tapi dia beneran Alea, Mom. Awalnya kami juga nggak percaya. Tapi coba Mom rasain, pasti Mommy dan Daddy tahu kalau dia benar-benar Alea atau bukan," ucap Risa mencoba meyakinkan.
"Hiks... hiks... Lea, putri Mommy," ucap Lena sambil menangis. "Hiks... hiks... Mom, Lea kangen Mom. Ini Lea, Mom," ucap Alea yang juga menangis sambil memeluk Lena. "Princess Daddy," ucap Raymond dengan mata berkaca-kaca.
"Daddy, Lea kangen. Maafin Lea, Dad," ucap Alea sambil memeluk Raymond. "Putri Daddy, kenapa baru sekarang kamu nemuin Daddy, Nak? Kamu tahu bagaimana hancurnya kami kehilangan kamu. Maafin Daddy yang selalu sibuk selama ini," ucap Raymond sambil mengelus rambut putrinya.
"Iya, Dad, maafin Lea juga. Lea masih takut nemuin Mommy dan Daddy. Lea takut kalian nggak percaya," ucap Alea dalam pelukan Raymond. Setelah puas berpelukan, mereka pun duduk menikmati minuman dan camilan. "Gimana sama kehidupan gadis yang tubuhnya kamu tempati, Sayang?" tanya Raymond kepada Alea.
"Lea kasihan sama kehidupan Ara, Mom. Dia dibenci oleh semua keluarganya, selalu dicaci maki, bahkan mengalami kekerasan, Dad. Ara sudah menyerah dengan hidupnya dan minta bantuan Lea untuk membalas semua rasa sakitnya. Sekarang semuanya sudah selesai, Dad. Keluarga Ara sudah menyesal karena membenci Ara," ucap Alea kepada orang tuanya.
"Siapa keluarganya, Nak?" tanya Raymond.
"Mereka dari keluarga Anderson, Dad," jawab Alea.
"Ya sudah, sekarang gimana rencana kamu?" tanya Reymond.
"Biarin aja dulu, Dad. Biar mereka merenungi kesalahannya. Aku juga mau nangkap dalang di balik semua ini, karena yang baru ketangkap cuma anteknya aja," jawab Alea.
"Ada yang bisa Daddy bantu?" tanya Daddy Alea.
"Sejauh ini nggak usah, Dad. Lea masih bisa ngatasin," jawab Alea.
"Ya sudah, hari ini kalian semua tidur di sini. Nggak boleh pulang. Mommy masih kangen," ucap Lena kepada anaknya dan juga sahabat-sahabat anaknya.
"Siap, Mom," jawab mereka serempak.
"Buset, lo habisin semua," ucap Azka kepada Varo dan Lucas.
"Enak soalnya," ucap Varo dan Lucas sambil tertawa.
"Gak tahu malu banget. Lo berdua malah ngabisin semuanya," ucap El dengan nada kesal.
"Yee, Tante sama Om aja nggak marah. Kenapa lu yang sewot?" balas Lucas santai.
"Panggil Mommy sama Daddy aja, sama kayak yang lain," ucap Lena sambil tersenyum kepada Lucas.
"Hehehe, baik, Mom," jawab Lucas sambil nyengir lebar.
Mereka pun melanjutkan obrolan, berbagi cerita, dan tertawa bersama Mommy dan Daddy. Hingga akhirnya malam pun tiba, dan mereka semua menginap di kediaman keluarga Wijaya.