NovelToon NovelToon
Kutukan Cinta Terlarang

Kutukan Cinta Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Duniahiburan / Cinta Terlarang / Office Romance / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:805
Nilai: 5
Nama Author: Cerita Tina

Luna tak pernah bermimpi bekerja di dunia hiburan, ia dipaksa pamannya menjadi manajer di perusahaan entertainment ternama.

Ia berusaha menjalani hidup dengan hati-hati, menaati aturan terpenting dalam kontraknya. Larangan menjalin hubungan dengan artis.

Namun segalanya berubah saat ia bertemu Elio, sang visual boy group yang memesona tapi kesepian.

Perlahan, Luna terjebak dalam perasaan yang justru menghidupkan kembali kutukan keluarganya. Kejadian aneh mulai menimpa Elio, seolah cinta mereka memanggil nasib buruk.

Di saat yang sama, Rey teman grup Elio juga diam-diam mencintai Luna. Ia justru membawa keberuntungan bagi gadis itu.

Antara cinta yang terlarang dan takdir yang mengutuknya, Luna harus memilih melawan kutukan atau
menyelamatkan orang yang ia cintai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cerita Tina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menggemaskan

Mereka masuk kedalam mobil. Elio tidak membiarkan Luna mengendarai mobil dengan keadaan mood yang sedang tidak baik.

Sepanjang perjalanan Luna hanya diam. Elio sesekali meliriknya, Luna masih menunduk dengan jari memainkan ujung jaketnya.

Elio meraih tangannya, "Honey, are you okay?".

Luna menoleh sekilas ke arah Elio dan tersenyum getir.

"Hari ini banyak kejadian yang benar-benar membuatku syok." ucap Luna.

"Hmm.. Apa itu?" tanya Elio penasaran.

Luna menghela nafas panjang. Ia tidak tahu harus mulai dari mana. Luna ingin menceritakan tentang kejadian Noel, ia sedikit ragu karena tahu Elio sangat menyayangi Noel.

Elio sadar, seperti ada sesuatu yang berat sehingga membuat Luna enggan untuk mengungkapkan. Ia lalu membelokkan mobilnya ke sebuah taman di pinggir danau kota itu.

Luna mengerutkan alisnya. "Kenapa kita kesini." Elio hanya tersenyum, "Tunggu sebentar." katanya sambil membuka pintu mobil.

Beberapa saat, Elio kembali membawa dua cup jus buah segar dan memberi satunya untuk Luna.

"Terimakasih." ucap Luna.

Setelah menyeruput jusnya, Luna menoleh ke arah Elio. Sekilas mata mereka bertemu. Cahaya lampu taman memantul lembut di wajah Elio membuat garis rahangnya tampak tegas, tapi matanya tetap teduh saat memandang Luna.

"Sayang, apa boleh aku tahu apa saja yang kamu alami hari ini?" tanya Elio.

Luna mengangguk, "Tentu saja. Tapi tolong tenang ya karena ini bukan sesuatu yang baik."

Elio semakin penasaran, Lalu Luna menceritakan pelan-pelan apa yang menimpa Noel. Elio sangat terkejut, ia bahkan tidak tahu kalau Noel terlibat jauh dengan stylishnya.

Luna melanjutkan, "Kupikir kau juga harus tahu, karena kau dekat dengannya. Tolong nanti bersikaplah seolah-olah tidak terjadi apapun."

"Noel tidak pernah membahas apapun tentang Sintia padaku." gumam Elio.

Elio menunduk, "Dia pasti sangat trauma, sekalinya ia mencoba memahami orang lain namun yang didapatkan malah perlakuan tidak senonoh." lanjut Elio getir.

Luna memberi tahu bahwa besok akan diadakan rapat tentang ini di kantor. "Noel dan aku harus ikut. Aku jadi saksi untuknya."

Elio menatapnya lekat. Luna merasa kikuk, "Kenapa melihatku begitu." Luna sedikit tersipu dengan tatapan Elio.

Elio tersenyum lepas, "Sekarang jelas, apa yang dikatakan peramal itu tidak benar. Kau hadir sebagai keberuntunganku, bukan hanya aku tapi semuanya."

Luna menggeleng, "Justru sebaliknya, semenjak aku datang, kalian terus tertimpa hal-hal yang tak di inginkan."

Elio mengenggam tangannya lagi. "Itu karena kau membenahi kami untuk lebih baik. Jangan berpikir yang bukan-bukan."

Elio dengan kedua tangannya mencubit pelan pipi tembem Luna. "Kau sangat mengemaskan."

"Sakit tahu." timpal Luna dengan suara yang tidak jelas. Elio pun tertawa kecil. "Ayo pulang, kau kelihatannya sangat lelah. Malam ini kau harus tidur lebih cepat."

***

Pagi itu suasana di ruang rapat kantor terasa berat. Udara dingin dari pendingin ruangan bercampur dengan aroma kopi yang tak sempat disentuh.

Semua orang duduk dalam diam, hanya suara kertas dan ketukan pena yang terdengar pelan di meja panjang itu.

Noel duduk di sebelahnya Luna. Pihak agensi sudah hadir, kepala divisi artis, manajer tim hukum, dan dua perwakilan dari HR.

Sintia juga susah berada disana dengan raut wajahnya tegang. Ia menghindari tatapan siapa pun dan hanya menatap meja di depannya.

Kepala agensi membuka pembicaraan dengan nada formal.

“Kami mengadakan rapat ini untuk membahas laporan resmi mengenai dugaan pelecehan yang dialami saudara Noel oleh salah satu karyawan, saudari Sintia. Kami mohon keterbukaan dari kedua belah pihak.”

Luna menatap Noel sejenak, memberi isyarat halus agar ia tenang. Lalu ia mengangkat tangan, memulai penjelasan.

Manager tim hukum melirik ke arah Luna., "Saudari Luna, kami dengar anda orang pertama yang melihat kejadian itu. Tolong jelaskan tentang apa yang anda tahu."

Luna menjawab tenang, “Ya. Kemarin saa mencari Noel karena ia tak kunjung keluar dari ruang ganti. Saya melihat ia tampak ketakutan dan bingung. Dari gelagat mereka, saya menduga sesuatu yang tidak wajar telah terjadi.”

Luna menatap Sintia yang masih menunduk. “Saya juga melihat sendiri bagaimana Nona Sintia meraba bagian tubuh Noel dengan tidak wajar.”

Ruangan mendadak sunyi. Semua mata kini beralih ke arah Sintia. Ia menggigit bibir, mencoba tenang. “Itu tidak benar,” katanya akhirnya. “Itu adalah salah paham.Saya tidak bermaksud begitu.”

Ketua Divisi bertanya lagi, "Apa kalian punya hubungan khusus?"

Sintia langsung menjawab "I..iya.. "

Namun Noel langsung mengeleng, "Tidak, kami tidak punya hubungan seperti itu."

"Apakah ada buktinya?" tanya tim HR. Noel menyerahkan ponselnya dan membuka semua isi pesan mereka.

Percakapan teks mereka memang terlihat panjang dan sedikit akrab. Namun isinya penuh dengan curhatan Sintia, dan balasan Noel terlihat sebagai upaya penghiburan saja dengan kata-kata sopan yang formal. Namun ada beberapa pesan dari Sintia yang terasa intim.

Semua terdiam setelah membaca itu. Sintia merasa geram dan terpojok. Luna sendiri sempat menarik napas panjang, tidak menyangka Noel akan dengan begitu jujur di depan semua orang.

“Saya menganggapnya seperti kakak,” lanjut Noel pelan. “Mungkin Kak Sintia hanya salah paham dengan pengertian saya. Tapi saya tidak pernah memberi isyarat apa pun selain itu. Saya hanya ingin menghibur saja.”

Sintia mulai gemetar. Akhirnya ia hanya tertunduk, menutup wajah dengan telapak tangannya. Tidak ada lagi sangkalan yang keluar.

Kepala divisi hukum mencatat sesuatu, lalu menutup berkasnya. “Baik. Berdasarkan keterangan korban, saksi, dan pengakuan saudari Sintia, kami memutuskan bahwa ini termasuk pelanggaran berat dalam kode etik kerja.”

Tim HR menatap Sintia dengan ekspresi datar. “Mulai hari ini, kami memutuskan kontrak kerja dengan saudari Sintia. Dan Anda juga dilarang melakukan kontak pribadi dengan artis atau staf agensi tanpa izin tertulis.”

Sintia hanya mengangguk lemah. Air matanya menetes tanpa suara. Sementara itu, Noel menatap kosong ke depan. Ia terlihat lega tapi juga sedih.

Luna menatap teduh Noel dengan senyum tipis, sebuah dukungan yang diam namun hangat.

Setelah rapat selesai. Noel dan Luna berjalan berdampingan keluar dari ruangan itu meninggalkan segala ketegangan di balik pintu yang akhirnya tertutup rapat.

Luna menoleh sebentar ke arah Noel. “Kau sudah sangat berani hari ini,” ucapnya lembut.

Noel tersenyum tipis. “Aku hanya ingin semuanya selesai dengan jujur.”

Luna mengangguk. “Dan kau berhasil.”

Noel berhenti melangkah, ia berdiri menghadap Luna. Matanya terlihat berkaca-kaca, lalu kepalanya rebah begitu saja di bahu Luna.

"Terimakasih." ucap Noel sambil terisak.

Luna hanya menepuk pelan bahu Noel. Namun mereka tidak sadar, Elio sempat memperhatikan mereka diam-diam.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!