NovelToon NovelToon
Beauty And The Beast

Beauty And The Beast

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Action / Romantis / Balas Dendam / Nikah Kontrak
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ceriwis07

Saga, sang CEO dengan aura sedingin es, tersembunyi di balik tembok kekuasaan dan ketidakpedulian. Wajahnya yang tegas dihiasi brewok lebat, sementara rambut panjangnya mencerminkan jiwa yang liar dan tak terkekang.

Di sisi lain, Nirmala, seorang yatim piatu yang berjuang dengan membuka toko bunga di tengah hiruk pikuk kota, memancarkan kehangatan dan kelembutan.

Namun, bukan pencarian cinta yang mempertemukan mereka, melainkan takdir yang penuh misteri.

Akankah takdir merajut jalinan asmara di antara dua dunia yang berbeda ini? Mampukah cinta bersemi dan menetap, atau hanya sekadar singgah dalam perjalanan hidup mereka?

Ikuti kisah mereka yang penuh liku dan kejutan di sini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceriwis07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Beauty and The Beast 22

Kursi depan ruangan Nirmala menjadi saksi bisu pertengkaran sengit antara atasan dan tangan kanannya. Aura permusuhan begitu kental, mereka saling sikut dan melempar kesalahan, bagai dua anak kecil berebut mainan.

"Ini semua salahmu! Nirmala jadi mengusirku," tukas Saga, dengan nada penuh penyesalan.

"Jangan mimpi! Aku juga diminta angkat kaki olehnya," balas Ace, tak terima disalahkan seorang diri.

Pandangan mereka beradu tajam, laksana pedang yang beradu dalam pertarungan sengit. Namun, pada akhirnya, keduanya memilih untuk kompak membelakangi, tanda kekecewaan yang mendalam.

Andai Nyonya Griffith ada di sini, mungkin beliau sudah memegangi kepala, pening melihat tingkah polah keduanya yang kekanak-kanakan. Sayangnya, sang nyonya masih terikat kesibukan, belum bisa terbang dari seberang lautan untuk menengahi perseteruan ini.

Derit roda troli memecah keheningan. Seorang perawat rumah sakit mendorong troli berisi makan siang untuk Nirmala.

Bugh...

Tanpa sengaja, troli itu melaju terlalu kencang hingga ujungnya membentur pintu, menimbulkan suara gedebuk yang memekakkan telinga.

Suara itu sontak membangunkan dua sosok yang terlelap di kursi depan ruangan. Keduanya tersentak kaget, berdiri tegak dengan mata terbelalak.

Pandangan mereka kembali bersirobok, masih menyisakan bara kebencian yang membara. Namun, seperti magnet yang berlawanan kutub, mereka kembali memilih untuk saling memunggungi, enggan berlama-lama dalam suasana canggung.

 "Astaga, kalian ini sudah sama-sama berumur, tapi... akh..." Tiba-tiba, suara Nirmala memecah keheningan, Nirmala memegangi keningnya, meringis merasakan denyutan sakit.

Sambil memijat pelipis, Nirmala menggeleng-gelengkan kepala. Ia merasa heran dengan tingkah kedua pria itu. Persis seperti anak balita yang bermusuhan, namun dalam hati kecilnya menyimpan keinginan untuk berbaikan dan bermain bersama.

Saga dan Ace bergegas memasuki ruangan Nirmala. Saga duduk di kursi dekat ranjang, sementara Ace memilih sofa sebagai tempatnya.

Saga mengambil semangkuk bubur dari tangan perawat. Dengan telaten, ia menyuapi Nirmala, meskipun wanita yang disuapi terus menolak karena ingin makan sendiri.

"Saga, aku masih bisa makan sendiri. Aku bukan orang lumpuh," ucap Nirmala dengan nada kesal.

Saga baru membuka mulutnya, hendak membalas ucapan Nirmala, namun suara pintu yang terbuka mengurungkan niatnya.

Alexa datang menjenguk Nirmala. Sekilas, keduanya tampak mirip, bagai pinang dibelah dua. Namun, jika diperhatikan dengan saksama, ada perbedaan kecil di wajah keduanya.

Wajah Nirmala terlihat lebih bulat dibandingkan wajah Alexa.

"Apa selama pergi dari sisi Saga, kamu merindukannya? Sampai makan pun harus disuapi?" ejek Alexa, lalu menjatuhkan diri di samping Ace.

Ace mengubah posisi duduknya. Kini, ia justru memandang Alexa dan Nirmala secara bergantian. "Pantas saja, Nirmala bisa bertahan selama enam bulan dalam pencarian Saga, ternyata kalian memang benar-benar mirip," ucap Ace, yang disambut tawa renyah Alexa.

Saga spontan melemparkan sendok yang tadi digunakannya untuk menyuapi Nirmala. Namun, dengan cekatan, Ace berhasil menangkap sendok tersebut dengan kedua tangannya.

"Jika bukan karena dirimu yang menjadi penghalang, seminggu saja aku akan dengan mudah menemukan Nirmala," ucap Saga, tak terima dengan ucapan Ace.

"Oh, ya?" ejek Ace, dengan nada meremehkan.

Nirmala mengorek telinganya yang terasa gatal, berusaha mengabaikan ocehan kedua pria di sekitarnya.

***

Seminggu telah berlalu. Luka di pundak Nirmala pun sudah mengering. Ace membereskan barang-barang milik Nirmala, sementara Saga dengan lembut menggendong tubuh Nirmala dan mendudukkannya di kursi roda.

"Kalau kamu mau, aku bisa selalu menggendongmu," ucap Saga, sembari mendorong kursi roda Nirmala. Ace, yang berjalan di belakang sambil menenteng barang-barang Nirmala, memasang ekspresi seolah ingin muntah.

"Huwek," ucap Ace dengan nada yang dibuat-buat. Mendengar suara Ace, Saga pun menoleh. Namun, dengan cepat, Ace memalingkan pandangannya ke samping, menyembunyikan ekspresi jijiknya. Nirmala hanya bisa tertawa geli melihat tingkah kedua pria itu.

Mobil SUV milik Saga sudah siap menunggu di pintu keluar. Dengan perlahan, Saga menggendong Nirmala masuk ke dalam mobil. Barang bawaan serta kursi roda dimasukkan ke dalam bagasi oleh anak buah Saga yang lain.

Ace duduk di bagian depan bersama pengemudi, sementara Nirmala dan Saga menempati kursi belakang. Saga terus menempel pada Nirmala, tak terpisahkan bagai surat dan perangko.

Sesampainya di mansion, semua anak buah dan asisten rumah tangga menyambut kedatangan Nirmala dengan hangat. Terutama Marisa, yang begitu senang dan antusias melihat kedatangan Nirmala kembali.

Marisa menaikkan alisnya, menggoda Nirmala. Sementara Nirmala hanya membalas dengan ekspresi tinju di wajahnya sendiri. Saga, yang melihat tingkah keduanya, merasa bingung.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Saga penasaran. Nirmala dan Marisa kompak terdiam dan hanya tersenyum misterius. Keduanya menggeleng bersamaan, membuat Saga semakin kebingungan.

Ace sudah kembali ke perusahaan, karena ia tahu Saga pasti akan lama absen jika sudah menyangkut urusan Nirmala.

Marisa ditunjuk langsung oleh Saga untuk merawat Nirmala. Marisa mengangguk senang, lalu segera mendorong kursi roda Nirmala dan membawanya masuk ke dalam kamar.

Kamar Nirmala dipindah. Semula kamarnya berada di lantai atas, kini dipindahkan ke lantai bawah, dekat dengan tangga. Begitu juga dengan kamar Saga, yang kini bersebelahan dengan kamar Nirmala.

"Bagaimana petualanganmu di luar sana?" tanya Marisa penuh rasa ingin tahu.

"Tidak ada yang spesial. Hanya saja, aku diberikan kebebasan oleh kedua orang tua angkatku," ucap Nirmala.

Keduanya pun dengan antusias saling bertukar cerita, tanpa ada gangguan dari siapa pun. Mereka tampak seperti adik dan kakak yang sudah lama terpisah dan akhirnya bertemu kembali.

******

Nirmala sudah kembali bersemangat dengan aktivitasnya. Ia merengek meminta Saga mengizinkannya untuk kembali bekerja di perusahaan milik keluarga Maxim. Dengan berat hati, Saga akhirnya mengizinkan, dengan syarat Nirmala harus bersedia jika disediakan sopir dan bodyguard, meski hanya sebagai bayangan.

Nirmala menyetujui persyaratan itu. Dan kini, ia sudah berada di ruangannya, sebagai asisten CEO.

Sebentar lagi akan ada rapat dari para kepala divisi, rapat tahunan yang diadakan oleh Raditya sebagai bentuk apresiasi kepada setiap karyawan.

Karena di rapat inilah semua kinerja akan dibahas. Termasuk daftar karyawan yang sering terlambat, juga mereka yang rajin akan diberi hadiah.

Nirmala menyiapkan dokumen di atas meja, beberapa map yang akan ia bawa.

*****

Jam makan siang tiba. Rapat juga sudah selesai. Melihat betapa antusiasnya para karyawan yang senang mendapatkan hadiah, juga mereka yang senang melihat temannya mendapatkan hukuman, mewarnai suasana rapat hari ini.

Nirmala memutuskan untuk makan di kafe yang dekat dengan perusahaan, meski ada kantin yang disediakan kantor. Hanya saja, dirinya ingin suasana yang berbeda.

Nirmala menaiki mobil SUV merah yang disediakan oleh Saga. Dengan sigap, sopir membukakan pintu mobil untuknya. "Pak, saya bisa sendiri," ucap Nirmala kepada Pak Arman, si sopir.

"Maaf, Nyonya. Saya hanya menjalankan perintah," ucap Pak Arman, merasa tidak enak hati.

Nirmala tersenyum dan mengangguk. Ia mengetik sesuatu pada ponselnya, lalu memasukkan kembali ponsel miliknya yang semalam diberikan oleh Saga.

Jalanan terlalu ramai, sampai mobilnya tidak dapat menjangkau area parkir dengan cepat. "Saya turun di sini saja ya, Pak. Nanti habis parkir, Bapak susul saya," ucap Nirmala, yang langsung turun tanpa menunggu jawaban sang sopir.

Ia berjalan dengan sesekali menunduk, berusaha menghindari senggolan dengan pejalan kaki lain. Tanpa sengaja, tangannya menyentuh bokong seorang pria di sampingnya. Pria itu terkejut dan langsung menangkap tangan Nirmala.

"Kamu? "

Ada yang tahu siapa itu cowok?

Terimakasih untuk kalian yang masih setia menunggu Nirmala dan Saga Update kembali see you, ❤

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!