NovelToon NovelToon
DUA RATU DI KAKI CEO

DUA RATU DI KAKI CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengganti / Percintaan Konglomerat / Beda Usia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:994
Nilai: 5
Nama Author: Engga Jaivan

Mengapa mereka memeluk kakiku? Pertanyaan itu menghantui Arion (25) setiap hari."
​Arion memiliki dua adik tiri yang benar-benar mematikan: Luna (20) dan Kyra (19) yang cantik, imut, dan selalu berhasil mengacaukan pikirannya. Pagi ini, adegan di depan pintu mengonfirmasi ketakutannya: mereka bukan hanya menggemaskan, tapi juga menyimpan rahasia besar. Dari bekas luka samar hingga gelang yang tak pernah dilepas, Arion tahu obsesi kedua adiknya itu bukan hanya sekadar kemanjaan. Ini adalah kisah tentang seorang kakak yang harus memilih antara menjaga jarak demi kewarasannya, atau menyelami rahasia gelap dua bidadari yang mati-matian berusaha menahannya agar tak melangkah keluar dari pintu rumah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Engga Jaivan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB XXXIII: Perang Saudara

Momen itu adalah deklarasi perang. Ciuman Kyra terhadap Arion, dan kebangkitan Luna yang dingin, mengukuhkan garis pertempuran: bukan lagi melawan Ikatan Mata, tetapi antara dua bidadari.

Sasmita, si Mata Buta, hanya menggeleng sedih. "Inilah yang ditakuti Elara. Kekuatan Luna tanpa kendali dan kecemburuan Kyra tanpa batas."

Kyra melepaskan ciumannya, wajahnya merah karena hasrat dan kemenangan. Ia menatap Luna, tidak gentar. "Dia milikku, Luna. Kau melepaskan Jangkar-mu. Aku mengikatnya."

Luna tersenyum. Senyum itu tidak memiliki kehangatan, hanya prediksi kehancuran. "Dia Jangkar. Tapi aku adalah Kekuatan. Jangkar tanpa Kekuatan hanyalah kayu mati, Kyra. Dan kau, Pengawas yang cemburu, akan menjadi yang pertama hancur."

Luna berjalan keluar dari vila, menuju pantai.

"Dia pergi," kata Arion, panik.

"Biarkan dia," perintah Sasmita, suaranya tegas. "Di sini, dia tidak bisa memproyeksikan emosi ke bangunan. Dia hanya bisa merusak alam. Kita harus fokus pada Bukti itu. Itu adalah satu-satunya senjata kita melawan Ayah Kandungnya."

Kyra mengabaikan Sasmita. Ia berlari keluar, menuju pantai, mengejar saudara kembarnya.

"Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu menang, Luna!" teriak Kyra.

Arion tahu ia harus mengikuti. Ia adalah penyebab kekacauan ini.

Ia menemukan mereka di tepi pantai. Laut tenang, tetapi udara di sekitar Luna berdesir. Pasir di bawah kakinya sedikit terangkat, ditarik oleh energi tak terlihat.

"Kembalilah, Luna! Kita harus bekerja sama!" Kyra memohon.

"Tidak ada kita, Kyra," Luna membalas. "Hanya ada aku, dan Jangkar-ku. Dan kau harus disingkirkan."

Kyra menatapnya, cincin 'K' di jarinya bersinar. "Aku akan memutus ikatanmu dengannya! Kau tidak akan bisa membuatnya jatuh cinta padamu lagi!"

Kyra menggunakan kekuatan Manipulasi Emosi-nya. Ia mencoba memproyeksikan rasa kebencian dan kemarahan ke dalam jiwa Luna, berharap membuat Luna kewalahan.

Tetapi Luna kini kosong. Emosinya adalah wadah yang mati rasa.

Luna tertawa. "Kau tidak bisa memanipulasi kehampaan, Kyra. Kau hanya memperkuat kehampaanku."

Luna mengulurkan tangannya ke laut. Dalam sekejap, ombak yang tadinya tenang berubah menjadi dinding air setinggi dua meter.

"Dia memproyeksikan kemarahan laut!" teriak Kyra, ia mundur.

Ombak raksasa itu bergerak perlahan, mengarah langsung ke Kyra.

Arion segera melompat, menarik Kyra menjauh dari jangkauan ombak. Ombur air itu menghantam daratan, menghancurkan pasir dan vegetasi.

"Gunakan cemburumu!" teriak Arion pada Kyra, menempatkan dirinya di antara kedua gadis itu.

Kyra, si Pengawas, mengerti. Ia harus menggunakan persaingan terlarang mereka sebagai senjata.

Kyra, tanpa ragu, mencium Arion di depan Luna. Ciuman itu dalam, posesif, dan disengaja.

Luna menjerit. Kali ini, jeritan itu dipenuhi rasa sakit emosional—rasa sakit melihat Jangkar-nya direbut, yang merupakan ikatan emosional terkuat yang tersisa dalam dirinya.

Gelombang air itu berhenti. Potensi Luna yang liar kembali terkunci oleh emosi cemburu dan rasa sakit yang ia benci.

Arion menepis Kyra, menatap Luna. "Kau tidak akan menyakiti saudaramu, Luna! Dia adalah satu-satunya yang tersisa! Kau tidak boleh kehilangan dia!"

Luna menangis, air matanya tulus untuk pertama kalinya sejak Gelang itu putus. Ia ambruk ke pasir.

"Aku membencimu, Kyra! Aku membencimu!" tangis Luna, tetapi ia tidak menyerang.

Sasmita keluar dari vila, membawa pistol yang disembunyikannya di balik buku.

"Cukup! Kita harus fokus pada Ayah mereka!" perintah Sasmita.

Tiba-tiba, dari arah laut, sebuah speedboat melaju kencang menuju pantai. Di atasnya, berdiri dua sosok: Danu dan Pria Penguasa, Ayah Kandung Luna dan Kyra. Mereka telah menemukan lokasi safehouse itu.

"Serahkan flash drive Bukti itu, Mata Buta! Dan serahkan Pengantin Ikatan-ku, Luna!" teriak Pria Penguasa.

Sasmita mengarahkan pistolnya ke arah laut. "Kalian terlambat, Ikatan Mata. Luna sudah bebas!"

Luna bangkit. Ia menatap Ayahnya. Ia tidak menangis lagi.

Luna tersenyum dingin. "Aku bebas, Ayah. Dan aku tidak butuh Jangkar. Aku hanya butuh kekuatan."

Luna menoleh ke speedboat. Dengan kekuatan emosi yang tersisa, Luna memproyeksikan gelombang kehancuran yang murni ke mesin speedboat itu.

Mesin itu meledak. Speadboat itu terhenti, Ayah mereka terlempar ke air.

"Aku akan menghancurkanmu. Perlahan," kata Luna, suaranya tenang, tetapi penuh ancaman.

Kyra meraih Arion. "Kita harus pergi! Sekarang! Ayah tidak akan mati semudah itu!"

Sasmita mengangguk. "Ada perahu cadangan di hutan bakau! Cepat!"

Mereka bertiga berlari menuju hutan bakau. Mereka meninggalkan pantai yang kini dipenuhi suara ledakan dan air laut yang bergolak.

Arion menyadari bahwa ia tidak hanya memutus ikatan Luna. Ia telah melepaskan senjata terkuat Ikatan Mata—Luna, si Bidadari yang Kejam—ke dunia, yang kini ia gunakan untuk melawan Ayah kandungnya sendiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!