My Bastard Mahapatih

Kirana menelan ludah mendengar bisikan suaminya.

Malang nian nasibku. Punya suami tidak menginginkan aku bahkan melemparku ke dalam dosa perzinahan. Hati Kirana merintih sedih.

Saat malam hari tiba, Gandi lebih memilih pergi ke kamar kekasih gelapnya alih-alih ke kamar kedua istrinya dan itu membuat Deva tersenyum lebar.

Sementara Sekar Ayu sedang berdiskusi dengan tabib keluarganya bagaimana caranya membuat racun yang tidak memiliki warna, tidak memiliki bau, dan tidak meninggalkan bekas, racun itu rencananya akan dipakai oleh Sekar Ayu untuk membunuh Kirana, Kirana sedang asyik membuat catatan baru untuk buku pengobatannya.

"Daripada aku bersedih terus dengan pernikahanku yang penuh dosa ini, lebih baik aku menyibukkan diri dengan membuat catatan baru untuk buku catatan ramuan baru" Gumam Kirana sambil asyik mencorat-coret di buku catatan pentingnya.

Tiba-tiba dayang yang berjaga di depan pintu kamarnya Kirana masuk untuk memberitahukan, "Ada Rakryan Aditya ingin bertemu dengan Anda, Gusti Raden Ajeng"

Kirana mendongak kaget, "Apa?!"

"Rakryan Aditya ingin bertemu dengan Anda, Gusti Raden Ajeng Kirana"

"Oh, emm, suruh dia masuk" Ucap Kirana sambil merapikan rambut dan bajunya.

"Sendika dawuh" Jawab dayang tersebut.

Kirana lalu bangkit berdiri dan melangkah ke ruangan depan, ruangan penerimaan tamu. Kirana melangkah dengan hati berdebar-debar. "Aku harus ngomong apa sama Kangmas Aditya? Tapi tetap saja aku harus menemuinya agar masalah ini tidak berlarut-larut. Aku harus tampak bahagia dengan pernikahanku ini dan aku harus meminta maaf padanya karena sudah mengingkari janjiku padanya"

Aditya menegakkan badannya saat dia melihat Kirana berjalan pelan ke arahnya.

Aditya dengan terpaksa mengulas senyum tampannya dan berkata, "Aku lega kamu masih hidup dan baik-baik saja, Kirana. Aku segera balik ke Kediri karena aku menghawatirkan kamu dan ternyata aku lega bercampur kecewa. Kamu sudah menikah dengan putra mahkota Gandi"

Kirana hanya bisa melontarkan kata, "Maaf" Padahal di awal dia berjalan tadi dia sudah menyusun banyak kata, tapi saat diperhadapkan dengan sosok nyata Aditya, hanya kata maaf yang bisa dia ucapkan.

Aditya menghela napas panjang lalu berkata dengan sorot mata sayu dan wajah kecewa, "Aku tahu kalau kamu terpaksa menerima perjodohan tapi tetap saja aku merasa dikhianati. Hatiku sakit Kirana dan........."

Lingga langsung memotong ucapannya Aditya, "Memangnya kamu berhak merasa dikhianati padahal selama ini kamu sudah membohongi Kirana soal.tusum konde, hah?!"

Aditya dan Kirana menoleh kaget ke Lingga.

"Kenapa kamu ada di sini?" Tanya Kirana sambil berkacak pinggang.

Lingga meletakkan rantang makanan di atas meja sambil berkata, "Aku meminta juru masak terbaik di kediamanku untuk membuat makanan bergizi. Semuanya makanan kesukaan kamu"

"Darimana kamu tahu makanan kesukaan aku?" Kirana menyipitkan matanya.

Lingga berdeham lalu berkata dengan wajah bangga, "Dari Bibi yang selalu mengikuti kamu dan dari anak laki-laki menyebalkan yang sering memuji dirimu dan menganggap kamu kakak perempuannya. Tzk! Memangnya kamu kakaknya apa"

"Dia namanya Sapto dan ia adik angkatku. Apa masalahmu kenapa kamu marah-marah ke Sapto?"

Lingga berdeham lalu berbisik di telinga Kirana, "Aku hanya tidak suka ada pria lain memuji dirimu"

Kirana mendorong Lingga sambil berteriak, "Kamu gila, hah?!"

"Ehem!" Aditya berdeham cukup keras agar dirinya diperhatikan karena sejak kemunculannya Lingga, Kirana dan Lingga terus berdebat dsn mengabaikan dirinya.

Lingga menoleh kesal ke Aditya, "Apa?!"

"Maafkan saya Pangeran, emm, maksud saya Mahapatih Lingga. Tapi, kenapa Anda menuduh saya berbohong dan tusuk konde mana yang Anda maksud?" Ucap Aditya dengan wajah penuh dengan tanda tanya.

"Jangan hiraukan dia! Kita bicara di lain tempat saja" Kirana menarik tangan Aditya dan Lingga langsung menarik pinggang Kirana sampai gadis cantik itu terpelanting dan jatuh ke dalam pelukannya Lingga.

"Lancang sekali Anda memeluk Kirana" Bentak Aditya dan Kirana langsung mendorong dada Lingga sambil menggeram, "Dasar gila!"

"Kalian bicara saja di sini dan jangan hiraukan aku! Aku akan duduk di sana sampai kalian selsai bicara" Lingga menunjuk ke bangku yang berada di pinggir kolam ikan dsn jaraknya dus meter dari ruang penerimaan tamu di kamar pribadinya Kirana. "Tapi, kalau kamu sampai menyentuh Kirana sehelai rambut pun, aku akan patahkan tangan kamu dasar pembohong"

Aditya menahan lengan Lingga, "Maafkan kelancangan saya menyentuh Anda tapi jelaskan dulu kenapa Anda menuduh saya pembohong dari tadi"

Kirana hanya bisa menghela napas panjang saat Lingga berkata, "Kirana jelaskan ke pria pembohong ini"

Aditya menoleh ke Kirana, "Pembohong?"

Kirana kembali menghela napas panjang lalu berkata, "Soal tusuk konde yang dulu aku genggam pas aku ditemukan pingsan di taman, ternyata itu milik Mahapatih Lingga dan Mahapatih Lingga yang menolongku saat itu bukannya kamu Kangmas"

"Jangan memanggilnya Kangmas kalau kamu tidak mau aku cium di dekat. Laki-laki ini" Bisik Lingga di telinga Kirana.

Aditya langsung menganggukkan kepala dan berkata, "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud berbohong. Aku hanya mencintai kamu dsn tidak ingin kehilangan kamu kalau ternyata aku buka. Dewa penolong kamu"

"Usir dia atau aku akan cium kamu" Bisik Lingga lagi.

"Kenapa Anda terus berbisik ke Kirana? Bukankah Anda ingin pergi ke tepi kolam ikan dan menunggu kami selesai bicara, Mahapatih?" Aditya menyipitkan matanya karena terbakar cemburu.

"Aku tidak jadi pergi ke tepi kolam ikan karena kamu menahanku" Lingga mendelik ke Aditya lalu menoleh tajam ke Kirana sebagai kode ke Kirana kalau dirinya tidak main-main dengan bisikannya tadi.

Kirana mendengus kesal lalu berkata ke Aditya, "Semuanya sudah terjadi. Kita sudah selesai. Hubungan kita juga diawali dari kesalahpahaman dan kebohongan. Jadi, pergilah. Kita hanya teman baik sekarang. Paling nggak kita masih bisa seperti itu, kan?"

Aditya menghela napas panjang lalu berkata, "Baiklah. Kita teman baik sekarang" Lalu pria tampan itu berbalik badan pergi.

Kirana lalu menoleh ke Lingga, "Kamu juga harus pergi dari sini!"

"Aku harus memastikan makanan yang aku bawa tidak beracun" Lingga berkata sambil duduk dengan santainya.

"Lalu, bagaimana caranya kamu memastikan makanan yang kamu bawa tidak beracun?'

"Dengan cara makan bersama denganmu" Jawab Lingga dengan santainya sambil membuka satu persatu satu tentang di depannya.

Kirana hanya bisa menghela napas panjang.