Kekurangan kasih sayang dari papanya, membuat Jessica Maverick selalu mencari perhatian dengan melakukan tindakan di luar batas, hingga dia juluki sebagai manizer atau pemain pria.
Sampai-sampai pengawal yang ditugaskan untuk menjaga Jessica kerap kali mengundurkan diri. Mereka tidak sanggup memantau pergerakkan Jessica yang liar dan binal itu.
Tindakan yang dilakukan Jessica bukan tanpa sebab, dia hanya ingin mendapatkan perhatian dari sang papa. Namun, bukannya mendapatkan perhatian, malah berujung mendapatkan pengawalan lebih ketat dari sebelumnya.
Felix namanya, siapa sangka kehadiran pria berkacamata itu membuat hidup Jessica jadi tidak bebas. Jessica pun berencana membuat Felix tidak betah.
Apakah Felix sanggup menjalankan tugasnya sebagai bodyguard Jessica? Lalu apa yang akan terjadi bila tumbuh benih-benih cinta tanpa mereka sadari?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terkejut
Felix melebarkan mata tatkala mobil yang dikendarainya ditabrak dari samping kanan tiba-tiba. Dan dari sisi kiri juga terlihat mobil lain berwarna hitam datang dari arah belakang.
Sekarang mobil yang ditumpangi Jessica dihimpit oleh dua buah mobil misterius. Felix tak dapat melihat si pengemudi, karena kaca yang mereka gunakan kaca hitam.
Secepat kilat Felix berusaha menghindar sambil mempercepat laju kendaraan. Beruntung sekali mobil mewah milik Jessica, memiliki fitur mesin yang canggih. Felix sesekali melirik Jessica ke belakang, melalui center mirror, berharap majikannya dalam keadaan baik-baik saja sekarang.
Benar saja, Jessica tidak terluka. Hanya saja wanita itu tampak sedikit terkejut. Saat ini dia sedang menoleh ke kanan dan ke kiri. Anehnya Jessica terlihat tidak panik sama sekali.
"Nona tenang saja, saya akan membawa Nona ke tempat yang aman," kata Felix tiba-tiba sambil berusaha menghindari dari dua mobil tersebut.
Tentu saja Jessica tak bisa menjawab, karena mulutnya masih disumpal. Sementara Felix tiba-tiba menabrakkan mobilnya sendiri ke sisi kanan.
Brak!
Tabrakan yang dilakukan Felix membuat sang pengemudi mobil tampak panik.
"Sial! Berani-beraninya dia!" pekik sosok itu dengan rahang mengetat. Dia hendak menabrakkan mobilnya kembali. Namun, Felix berhasil mengelak.
Sosok itu melebarkan mata saat kendaraannya tiba-tiba berada di belakang. Kemudian dia menekan klakson mobil, seolah-olah memberi bahasa isyarat pada mobil yang satunya lagi. Dan benar saja, mobil di sisi kiri akhirnya berhasil menabrak kendaraan Felix.
Brak!
Dengan raut wajah tenang, Felix hanya melirik sekilas ke samping. Lalu dalam sekejap dia memutar balik stir kemudi, hingga posisi mobilnya sekarang berlawanan arah dengan dua pengemudi misterius itu.
"Hmmf!" Masih dengan mulut disumpal dan tangan terikat, Jessica hanya bisa melebarkan mata ketika melihat aksi Felix barusan.
Sementara, pengemudi-pengemudi misterius itu tampak sangat terkejut. Sebab manuver yang dilakukan Felix, amat cepat dan tak dapat diprediksi sama sekali.
Dalam hitungan detik, Felix pun mengemudikan mobil dengan sangat cepat. Meninggalkan dua buah mobil hitam di belakang sana, yang hanya bisa memandang kepergian mereka.
Tak berselang lama, Felix membawa mobil Jessica cukup jauh dari jalan utama. Felix mengambil jalan pintas yang lain. Meski jarak tempuh yang dipilih lumayan jauh dari mansion sekarang. Felix tak mau mengambil risiko.
Setelah kejadian tadi, tak ada percakapan di antara Felix dan Jessica. Suasana di dalam mobil terasa sunyi. Keduanya tenggelam pada pikiran masing-masing.
Felix fokus mengemudi sambil satu tangan kirinya menopang dagu. Sedangkan Jessica, sejak tadi menatap tajam Felix, melalui kaca spion mobil bagian tengah.
"Teman-teman Nona, 'kan?" Felix tiba-tiba membuka suara sambil melirik Jessica, pandangan keduanya langsung bertabrakan dan membuat Jessica jadi tampak gelagapan sekarang.
'Ish, bagaimana dia bisa tahu?'
Jessica tak dapat membalas karena mulutnya masih ditutup dan kali ini dilakban Felix.
Tadi, sebelum menuju jalan pintas ini Felix sempat menghentikan mobil di pinggir jalan, dan menarik kaus kaki busuknya dari mulut Jessica. Dia pun memutuskan melakban mulut Jessica.
"Saya bukanlah pengawal biasa yang Anda pikirkan Nona, gampang bagi saya mengenali kedua mobil itu, tadi saat saya berada di club, saya sempat melihat dua mobil itu terparkir di pelataran club," kata Felix lagi.
Jessica hanya bisa mendengus kesal.
"Saya tidak tahu apa niat teman-teman Anda tapi yang jelas itu sangat membahayakan nyawa Anda," tambah Felix.
'Kau pikir aku tahu niat mereka, aku juga tidak tahu, sialan!' jerit Jessica dalam hati.
Jessica jadi keheranan sekaligus penasaran, mengapa dua teman kuliahnya itu tiba-tiba mengejarnya. Karena setahu Jessica mereka tidak lah akrab di kampus.
Lalu apa motif dan tujuan mereka tadi? Semula Jessica mengira teman-temannya ingin membebaskannya dari Felix. Namun, melihat pergerakkan mobil yang cukup agresif, Jessica jadi bimbang.
Setelah itu, Felix tak lagi berbicara.
Sampai pada akhirnya, selang 30 menit. Mobil mewah milik Jessica berhenti tepat di halaman mansion.
Jessica langsung menggedor pintu mobil berusaha untuk keluar karena tangannya masih diikat.
Felix bergegas turun kemudian membukakan pintu untuk Jessica. Dan segera menarik lakban wanita berwajah tirus itu.
"Kau benar-benar menyebalkan! Cepat lepaskan tanganku sekarang!" Begitu lakban dilepas, Jessica langsung berteriak.
Tanpa mengeluarkan satu patah kata pun, Felix segera melepas ikatan di tangan Jessica.
"Aku akan mengadukan kau pada Papaku!" sembur Jessica lagi sambil melototkan mata.
"Pada jam segini Tuan Aiden masih sibuk Nona, sebaiknya besok saja. Nanti Nona dimarahi lagi,"kata Felix.
"Terserah! Aku tidak peduli! Aku benar-benar membencimu, lihat lah gara-gara kau lidahku jadi aneh rasanya! Sebenarnya kain apa yang kau masukkan ke dalam mulutku tadi hah?!" Jessica jadi teringat dengan kain yang membuatnya mual tadi.
'Maaf Nona, itu kaus kakiku yang belum sempat dicuci.'
Felix hanya dapat membalas di dalam hati. Tidak mungkin dia berkata jujur. Bila Jessica mengetahui hal tersebut, bisa kiamat dunia nanti. Felix pun tidak mempunyai pilihan tadi, selain menyumpal Jessica dengan kaus kakinya, yang kebetulan lupa dia keluarkan dari saku jas tadi pagi.
"Hei kenapa kau diam?! Cepat jawab!" Melihat Felix hanya diam dengan mata berkeliling ke segala arah, membuat Jessica jadi tambah marah.
"Hanya kain biasa Nona. Saya minta maaf nanti akan saya belikan permen agar lidah Nona tidak aneh lagi."
"Kau pikir aku anak kecil!" Mendengar balasan Felix, Jessica kembali mendengus.
Felix enggan memberi komentar, hanya menatap Jessica dengan kelopak mata tak berkedip-kedip sejak tadi.
"Minggir! Pulang sana kau!" sembur Jessica sambil melipat tangan di dada.
Felix menggeser kaki sedikit lalu berkata,"Saya akan mengantar Anda ke kamar terlebih dulu."
Jessica kembali berdecak. Dia tiba-tiba mengambil ponsel di dalam pocket stoking dan langsung menekan-nekan layar. Jessica segera meletakkan ponsel di telinga. Dia sedang menghubungi Aiden.
"Aku akan mengadukan kau pada Papaku sekarang," kata Jessica sambil melirik sinis Felix.
Tak ada sahutan, Felix hanya diam dan tak mengalihkan pandangannya dari Jessica. Namun, perhatian Felix seketika teralihkan dengan kedatangan Stella.
Stella tiba-tiba mendekat. "Kali ini apa lagi yang kau lakukan hah? Jangan ganggu suamiku!"
Jessica spontan menoleh ke arah Stella. Dengan melotot keluar, dia pun berkata,"Dia Papaku, apa hakmu? Sebaiknya kau pergi, memandang wajahmu terlalu lama membuatku jadi mau muntah!"
Mendengar tanggapan Jessica, dengan mata berkilat-kilat menyala Stella mengepalkan kedua tangan.
Plak!
siapa pulak itu yang datang