Ayunda Nafsha Azia, seorang siswi badung dan merupakan ketua Geng Srikandi.
Ia harus rela melepas status lajang di usia 18 tahun dan terpaksa menikah dengan pria yang paling menyebalkan sedunia baginya, Arjuna Tsaqif. Guru fisika sekaligus wali kelasnya sendiri.
Benci dan cinta melebur jadi satu. Mencipta kisah cinta yang penuh warna.
Kehadiran Ayu di hidup Arjuna mampu membalut luka karena jalinan cinta yang telah lalu dan menyentuhkan bahagia.
Namun rumah tangga mereka tak lepas dari badai ujian. Hingga membuat Ayu dilema.
Tetap mempertahankan hubungan, atau merelakan Arjuna kembali pada mantan kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 32 Menjaga Syah-Wat
Happy reading
Jarum mesin waktu yang menempel di dinding sudah menunjuk pukul sepuluh malam. Namun Ayu masih belum terjaga.
Tadi begitu tiba di apartemen, Arjuna langsung merebahkan tubuh mungil Ayu di atas ranjang. Topi dan sepatu yang masih melekat, dilepasnya perlahan.
Dari raut wajahnya, terlihat jelas jika Ayu sangat lelah. Bukan hanya lelah fisik karena aktivitasnya seharian ini, tapi juga lelah menangis.
"Ay, apa yang sebenarnya terjadi?" Arjuna menatap sendu wajah Ayu sambil menggenggam jemari tangan yang terkulai di atas ranjang. Tidak ada balasan yang terucap.
Bibir Ayu terkatup dengan sepasang mata yang masih setia terpejam.
Meski fisiknya juga terasa lelah, Arjuna masih enggan merebahkan tubuh. Inginnya menunggu sampai sang istri terjaga dan membuka sepasang mata.
Namun cahaya mata yang sudah mulai meredup, membuatnya tak kuasa menahan kantuk.
Arjuna meletakkan kepala di tepi ranjang dan mulai memejamkan kelopak mata, tanpa melepas genggaman tangan. Ia tidak ingin istri yang teramat disayang kembali menghilang dari pandangan, walau pun hanya sedetik.
Dengkuran halus yang keluar dari indera penciuman Arjuna, mengusik lelapnya tidur.
Mata yang semula tertutup rapat, kini terbuka perlahan. Mengejap, menyesuaikan cahaya lampu kamar.
Ditatap langit-langit kamar sambil mengingat kejadian yang tadi dialami.
Kehangatan yang dirasa karena genggaman tangan, menuntun diri untuk mengalihkan pandangan pada sosok yang tengah terlelap.
Gelenyar rasa yang indah mengalir bersama aliran darah. Mencipta debar dan senyum yang terlukis samar.
"Bie --" ucapnya lirih. Namun berhasil membangunkan jiwa yang sempat terlena di alam mimpi.
"Ay, kamu sudah bangun?"
Kejapan mata dan lengkungan bibir mewakili kata yang ingin terucap, mencipta sebaris senyum di wajah tampan yang lelah.
"Alhamdulillah." Arjuna bangkit dari posisi duduk, lalu mencondongkan badan untuk memeluk raga yang masih terbaring di atas ranjang.
Ia luapkan rasa syukurnya karena istri terkasih sudah terjaga, setelah beberapa jam enggan membuka mata.
"Ay, aku buatkan bubur ya? Kamu pasti laper 'kan?" tanya yang terucap dari bibir Arjuna seiring pelukan yang terurai.
Ayu kembali menanggapi ucapan suaminya itu dengan bahasa tubuh. Mengangguk dan tersenyum.
"Baiklah. Tunggu sebentar ya." Kecupan lembut berlabuh di kening, sebelum ayunan kaki membawa Arjuna pergi meninggalkan kamar.
Dengan daya yang masih lemah, Ayu mendorong tubuhnya untuk bangkit dari posisi berbaring. Ia ingin membersihkan tubuh dan mengganti pakaian yang melekat dari tadi pagi.
Meski berhak atas wanita yang sudah dinikahi, Arjuna memegang ucapan yang pernah dituturkan.
Demi menjaga syah-wat, ia tidak melepas dan mengganti pakaian yang dikenakan oleh tulang rusuknya.
Ayu berjalan pelan menuju almari baju untuk mengambil pakaian ganti sebelum masuk ke dalam kamar mandi.
Air hangat yang terisi penuh di dalam bathtub, membuat tubuhnya menjadi segar dan pikirannya menjadi lebih tenang.
Namun ingatannya tentang Machan kembali mengusik pikir dan mencipta denyut nyeri.
Rasa percaya-nya telah terkikis. Berganti rasa benci dan kecewa.
"Ay, buburnya sudah matang. Kamu lagi di mana?" Pertanyaan yang terlontar dari bibir Arjuna membuat Ayu terhenyak dan tersadar dari lamun.
Ingin menanggapi dengan kata, tapi bibirnya masih serasa kelu untuk berucap.
"Ay, kamu di mana?" Arjuna kembali bertanya. Tersirat rasa khawatir dari nada suara yang terdengar sedikit bergetar.
Ayu memaksa tubuhnya untuk bangkit dan keluar dari dalam bathtub, karena tidak tega membuat Arjuna tersiksa oleh rasa khawatir.
Sial
Ia lupa mengunci pintu.
Beruntung, tubuhnya sudah terbalut handuk begitu pintu kamar mandi dibuka oleh Arjuna.
"Ay --" Arjuna menelan saliva ketika mendapati tubuh istrinya hanya terbalut handuk putih. Ia pun segera membuang pandang untuk menjaga syah-wat yang mungkin akan membuatnya khilaf dan mengingkari ucapan yang masih harus dipegang.
🍁🍁🍁
Bersambung
Apa dia masih sempat bobok siang dgn tugas sebanyak itu.
Mas Win juga CEO..ya kali cuma suamimu aja
Dia tetap Deng Weiku.
Di tik tok aku udah banyak saingan. masa di sini juga
Ayu udah gak perawan.
Dan dia perawani oleh gurunya sendiri...😁😁
mandi berdua juga harusnya.
khilaf lagi ntar. Fix gak ke sekolah mereka hari ini
surga dunia..
aseeekk