"Ya Allah. Ijin aku memiliki calon suami setampan pria yang ada sebelahku ini," ucap Rani dengan suara yang cukup keras membuat seorang Khalid tersenyum samar karena ia paham dengan bahasa Rani.
"Aamiin ya Allah kabulkan doa bidadari ini karena aku sendiri yang akan menjadikan dirinya sebagai istriku," lirih Khalid mengaminkan doa Rani lalu mengikuti langkah Rani yang ingin keluar dari lingkaran tawaf.
Sedetik Cinta di tanah nabi
Dia hadir tanpa permisi
Mengisi relung menyesap lambat
Ku tolak ia ku takut murkaNya
Yang ada ia menyusup hadir mendiami jiwa..
Aku terdiam menikmati lezatnya.Merasakan nuansa yang tak ingin usai
Waktu berlalu tanpa pamit
Sedetik hadirmu mengusir lara..ku takut sepi menyapa jua seperti gelap tak pernah iba tuk hadirkan malam..
Aku takut melepaskan detik cinta tertinggal mimpi ...ku ingin miliki dia karena ku damba... hadir mu singkat hilang tak dapat kutahan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Pelukan Ketulusan
Usai mendengar penjelasan Syam tentang kondisi Rani, nyonya Sheza memutuskan untuk menemui menantunya itu. Ia tidak lagi memikirkan keadaan putrinya. Namun yang ia inginkan memeluk gadis malang itu.
"Bawa aku menemuinya Syam. Jika Khalid tidak cukup membuatnya mengenali dirinya, mungkin pelukan seorang ibu akan menyentuh jiwanya. Seorang anak selalu merindukan ibunya dikala ia tidak lagi bisa mengandalkan siapapun. Bagi seorang anak ibunya adalah dunianya," ucap nyonya Sheza lirih.
"Baiklah nyonya. Nanti jangan terlalu emosional kala bertemu dengan princess Rani. Ingat juga kondisi kesehatan nyonya yang masih belum pulih," ucap Syam.
"Iya Syam. Aku bisa menjaga diriku. Ayo kita berangkat...!" pinta nyonya Sheza.
Syam mengabari Khalid tentang kedatangan ibunya dan Khalid bisa paham atas kemauan ibunya. Setelah beberapa menit kemudian, nyonya Sheza sudah tiba di kediaman putranya yang tidak jauh dari istana miliknya.
Rani sedang duduk di taman dengan tatapan kosong. Khalid sedang membaca Alqur'an disebelahnya agar Rani mendengarkan ayat suci Alquran. Ucapan salam terdengar oleh Khalid yang langsung menyambut kedatangan ibunya. Khalid memeluk ibunya sambil menangis.
"Yang sabar ya sayang. Ini semua adalah bagian dari ujian. Setidaknya istrimu sudah berada lagi bersamamu. Jaga dia sebaik mungkin...!" ucap nyonya Sheza menepuk punggung putranya.
Khalid mempersilahkan ibunya untuk menemui Rani. Khalid mengajak Syam untuk bicara ditempat lain dan membiarkan Rani sendiri bersama ibunya.
"Mungkin pembicaraan antara wanita dengan wanita akan melahirkan sebuah keajaiban," ucap Khalid sambil tersenyum kecut menatap kedua wanitanya dari jauh.
"Assalamualaikum sayang...!" sapa nyonya Sheza menatap Rani.
Deggg....
Rani mengerjapkan matanya seakan sedang mendengar suara ibunya. Suara yang selama ini ia rindukan.
"Mommy...!" batin Rani yang masuk kembali ke alam bawah sadarnya.
"Rani. Aku adalah Sheza, ibu dari Khalid suami mu. Maaf kita berkenalan dengan cara seperti ini. Mommy datang untuk menemui mu bukan sebagai ibu mertuamu nak, tapi mommy ingin kamu menatap mommy sebagai ibu kandungmu sebentar saja...!" pinta nyonya Sheza menangkup pipi Rani untuk melihatnya.
Rani bergumam lirih hampir tidak terdengar namun gerakan bibirnya bisa dibaca jelas oleh nyonya Sheza.
"Mommy...!" ucap Rani terbata-bata dan mengulanginya berkali-kali. Mommy...! Mommy....!" Rani terlihat mulai gelisah Seakan sedang berteriak memanggil ibunya dari kejauhan. Air matanya mulai menetes.
"Rani. Kamu mendengar suara mommy, sayang?" tanya nyonya Sheza begitu melihat reaksi Rani.
"Mommy. Mommy....! Don't go away from me...! I miss you so much...! I miss you, mommy..!" Rani memeluk tubuhnya sendiri lalu duduk dengan gelisah.
Nyonya Sheza yang mendengar ucapan Rani langsung memeluk putrinya itu." Mommy di sini nak. Mommy tidak akan meninggalkanmu....!" ucap nyonya Sheza sambil menangis.
Rani ikut memeluk nyonya Sheza. Ia merasa telah menemukan ibunya kembali. Khalid dan Syam melihat adegan itu tampak tercengang. Keduanya menghampiri kedua wanita itu. Khalid mengusap mulutnya merasakan keajaiban pelukan seorang ibu dapat menggetarkan jiwa seorang anak.
"Cepatlah pulih sayang. Mommy berjanji untuk selalu ada di dekatmu saat kamu butuh mommy. Kau adalah putri pertamaku. Maafkan mommy Rani," ucap nyonya Sheza dan Rani kembali pingsan.
Khalid segera menggendong istrinya dan membawa ke kamar mereka. Nyonya Sheza sangat bahagia dan yakin kalau Rani akan segera pulih. Khalid menghubungi dokter agar memeriksa lagi keadaan Rani.
"Nyonya. Bagaimana bisa princess merespon ucapanmu? Sementara bersama Khalid dia seperti mayat hidup," tanya Syam bingung dengan situasi saat ini.
"Dia merindukan ibunya dan aku tahu keinginan seorang anak, Syam. Seorang ibu lebih memahami jiwa anaknya saat anaknya tidak ingin bercerita apapun masalahnya," ucap nyonya Sheza.
"Ya Allah. Semoga princes cepat sadar. Kasihan princess Sarah," batin Syam.
Dokter Sofia mendengarkan penjelasan Khalid sebelum Rani akhirnya pingsan dalam pelukan mertua. Sebagai ahli kejiwaan, dokter Sofia tersenyum pada Khalid.
"Prince. Istrimu akan kembali pulih dalam beberapa hari ini. Dia hanya butuh waktu untuk menerima apa yang pernah ia alami sebelumnya. Mungkin kedekatan dengan ibunya yang selalu menjadi tempat ia cerita telah pergi membuat ia kembali pada masa lalunya. Nyonya Sheza memberikan apa yang dibutuhkan princess Rani," ucap dokter Sofia.
"Alhamdulillah ya Allah. Kabar ini yang sangat saya nantikan dokter. Dia ada disamping ku tapi aku masih tetap merindukan nya," ucap Khalid menatap wajah pucat sang istri.
"Jika nanti dia sadar, jangan bebani apapun dengan berita yang berat. Ajaklah dia ke tempat yang mungkin bisa membuat dia kembali bergairah. Atau tempat pertama kali prince bertemu dengannya," saran dokter Sofia.
"Baiklah dokter. Aku akan mengikuti saran anda demi kesehatan istriku. Terimakasih banyak," ucap Khalid.
"Baiklah. Saya permisi prince...!"
Khalid mengusap tangan dingin Rani." Rupanya cinta seorang ibu lebih kamu butuhkan daripada aku suamimu, sayang. Aku sangat cemburu pada ibumu. Aku seperti suami yang tidak berguna untukmu," keluh Khalid.
Nyonya Sheza sudah kembali ke rumah sakit karena atas permintaan dokter. Syam mengantarnya kembali ke rumah sakit. Namun keadaan di rumah Khalid tidak sebanding dengan apa yang dialami oleh Sarah. Perutnya terasa keram hingga ia juga mengalami pendarahan.
"Astaghfirullah. Dokter....!" pekik tuan Ali memanggil dokter saat melihat darah merembes di seprei putih itu.
Tim dokter segera memeriksa keadaan Sarah. Dokter Genah menarik nafas dalam.
"Sepertinya princess Sarah harus segera menjalani operasi atau kita akan kehilangannya," ucap dokter Genah pada tuan Ali yang hanya mengangguk pasrah.
"Lakukan yang terbaik untuk keluargaku dokter...!"
"Mohon doanya tuan. Kami akan melakukan sesuai dengan kemampuan kami," ucap dokter Genah yang sebenarnya tidak begitu yakin bisa menyelamatkan ibu dan bayinya sekaligus kecuali ada keajaiban kedatangan Rani di tempat itu.
Kamar operasi sudah disiapkan dengan baik. Kondisi Sarah juga dipantau ulang sebelum melakukan sesar. Dokter meminta keluarga untuk mendoakan agar operasi sesar Sarah berjalan dengan baik.
"Dokter Genah. Apakah anda yakin bisa melakukan operasi ini tanpa didampingi oleh dokter Rani ?" ragu dokter Aisyah.
"Ada Allah. Kita hanya butuh Allah untuk menolong tugas kita menyelamatkan nyawa ibu dan anaknya," ucap dokter Genah.
"Tapi lihatlah diagram jantung princess Sarah. Sangat beresiko untuk melakukan operasi saat ini," ucap dokter Aisyah.
"Apakah kamu punya saran yang lebih hebat untuk menyelamatkan mereka, hah?!" geram dokter Genah terlihat putus asa.
"Berikan obat pereda pendarahan untuk sementara waktu sambil memantau perkembangan bayinya. Itu saran terbaikku. Yang kita tolong ini bukan keluarga sembarangan. Pikirkan akibatnya jika nyawa princess Sarah melayang, keadilan akan menunggu kita dan aku tidak mau itu terjadi," ucap Aisyah.
Perdebatan di ruangan persiapan operasi cukup sengit. Para perawat hanya mendengarkan ocehan bos mereka tanpa ikut campur.