Hamil Anak Siluman.

Pandita tersenyum menatap Harjun dalam gendongannya. Harjun yang terlelap, ia kemudian menatap Mecca yang tertidur diatas ranjang. Pandita menatap haru Mecca yang sangat jelas terlihat kelelahan.

"Maafkan aku sayang! Aku akan berusaha menahan diriku." kata Pandita pelan sambil mengayun Harjun. Ia tak ingin meletakkan Harjun di atas ranjang karena takut membuat Harjun terbangun dan mengganggu Mecca yang sedang tidur.

.

Di castil kristal saat ini Pramudya dan Rengganis sedang memerintahkan para budak untuk membangun kembali Castil mereka yang sempat hancur.

Karena kerajaan monyet sudah tumbang, Pramudya mengakusisi kerajaan itu. Ia memerintahkan para prajurit monyet dan juga budak manusia yang menjadi budak siluman monyet untuk ikut membantu membangun kembali Castil kristal.

Rencananya Pramudya ingin memberikan kerajaan monyet itu pada Pandita. Karena Pandita saat ini sudah memiliki keluarga sendiri. Tapi tetap saja, saat nanti ia ingin menurunkan tahta nya, ia akan menjadikan Pandita sebagai raja yang menggantikannya.

Istana itu hanya sebagai rumah bagi Pandita dan keluarganya. Itupun jika Pandita mau menempati istana bekas siluman monyet, jika tidak, maka Pramudya akan membuatnya menjadi tempat untuk penyimpanan senjata atau tempat bagi para budak mereka.

Rengganis memerintahkan para budak untuk mengikuti keinginannya. Setelah memiliki menantu Mecca, Rengganis dan Pramudya lebih baik dalam memperlakukan budak mereka. itu semua karena mereka tidak ingin membuat Mecca bersedih, karena biar bagaimanapun Mecca sama dengan para budak yang merupakan bangsa manusia.

Apa lagi kebanyakan para budak itu merupakan tumbal, mereka adalah korban dari keserakahan keluarga mereka.

Bagi para manusia yang meminta kekayaan dari bangsa siluman Harimau, Pramudya meminta para manusia itu untuk memberikan tumbal yang merupakan anggota keluarga mereka. Karena hal itu akan membuat para penyembah nya menjadi maksimal kekayaannya. Itu juga menguntungkan pihak Pramudya, dengan meminta tumbal yang masih memiliki hubungan darah dengan pemujanya. Akan membuat mereka terikat dengan siluman Harimau. Sulit bagi mereka untuk bisa lepas, karena mereka sudah memakan uang dari hasil kekayaan yang Pramudya berikan.

.

Setelah beberapa bulan berlalu, kini Castil kristal telah kembali berdiri lagi. Kali ini Pandita dan Mecca sudah kembali lagi ke Castil kristal dari istana peri. Mereka sedang membahas perihal usulan Pramudya yang memberikan istana monyet untuk di tinggali Pandita dan keluarganya.

"Aku terserah pada Mecca saja ayah, karena aku akan menuruti apapun keinginan Mecca." jawab Pandita dengan meremas tangan Mecca yang berada dalam genggamannya.

Rengganis dan Pramudya mengangguk paham dan tersenyum lalu mengalihkan atensi mereka pada Mecca yang duduk di sebelah Pandita.

"Bagaimana Mecca, apa kamu bersedia tinggal di sana. Bunda akan membuat istana itu sesuai dengan keinginanmu!" tanya Rengganis dengan tersenyum manis.

Mecca mengangguk senang, jujur saja selama berada di dalam Castil ini Mecca sulit bergerak karena masih tinggal bersama dengan mertuanya. Bahkan saat ia dan Pandita berdebat, mertuanya selalu mengetahuinya karena laporan dari para pengawal mereka.

Meskipun kedua mertuanya selalu bisa menengahi ia dan Pandita karena mertuanya memang sangat baik terhadapnya, namun tetap saja Mecca masih kurang nyaman tinggal satu atap dengan mertuanya.

"Aku mau bunda, ayah, Pandita. Aku mau tinggal di sana!" ucap Mecca dengan mata berbinar menatap mereka satu persatu. "Apakah aku bisa menamai sendiri istana itu menjadi istana putih. Aku tidak tau bagaimana istana itu, tapi aku ingin istana itu di rubah menjadi istana dengan nuansa putih dan hamparan kebun bunga Peony juga kebun bunga baby breath. Karena aku sangat menyukai bunga baby breath dan Pandita suka bunga Peony. Aku juga ingin di buatkan taman bermain khusus untuk bermain Harjun." kata Mecca antusias.

Pandita merangkul pundak Mecca dan mengecup telinganya. Ia setuju saja dengan permintaan Mecca, apapun yang Mecca inginkan akan ia berikan.

"Baiklah kalau begitu, ayah, bunda dan juga Pandita akan mengabulkan keinginanmu itu." jawab Rengganis senang.

Mecca mengangguk senang dan berterimakasih pada mertuanya. Karena ia bisa membina rumah tangganya sendiri tanpa campur tangan mertuanya. Ia merasa Pandita belum dewasa ketika mereka berdua menghadapi permasalahan dan berdebat. Tak jarang Mecca menahan ego nya agar tidak terjadi perdebatan dengan Pandita yang akan membuat mertuanya turun tangan menengahi mereka.

Mecca tak tau mengapa Pandita seperti itu, padahal ketika menjadi panglima perang Pandita selalu bisa mengalahkan lawannya. tapi ketika mereka memiliki permasalahan, Pandita tidak bisa menangani masalah mereka dengan dewasa. Selalu emosi dan berusaha mengalahkannya seolah dirinya adalah musuhnya yang harus di tumbangkan.

.

Pandita memeluk Mecca dari belakang, ketika Mecca sedang berdiri di balkon kamar sambil menggendong Harjun mereka menatap lembayung senja di ufuk barat karena matahari mulai tenggelam. Warna jingga yang bersemburat memancarkan kehangatan bagi yang menatapnya.

"Pandita, aku harap saat nanti kita sudah tinggal sendiri di istana kita sendiri. Kamu bisa lebih mengontrol emosimu ketika kita sedang bertengkar, aku ingin melihat kesungguhan mu jika kamu memang pantas aku jadikan seorang kepala keluarga. jika kamu tidak bisa merubah kebiasaan burukmu itu, aku akan pergi meninggalkanmu, tapi tenang saja, aku tidak akan membawa Harjun bersamaku karena dia akan terjamin hidup disini bersama ayahnya." kata Mecca tegas. Jujur saja saat mengingat kembali amarah Pandita yang beberapa kali menyakiti hatinya membuat dada Mecca kembali berdenyut nyeri.

Pandita membalik badan Mecca dan menatap Mecca dengan tatapan penuh penyesalan.

"Maaf sayang, maaf jika aku belum bisa mengontrol emosiku untuk tidak menyakitimu ketika marah. Tapi aku mohon tolong jangan tinggalkan aku dan Harjun. Kami membutuhkanmu, aku akan berusaha mengontrol emosiku agar bisa lebih sabar lagi." ucap Pandita.