Gadis manis itu menghilang begitu saja meninggalkan luka yang cukup dalam untuk seorang sang most wanted. Hingga bertahun-tahun lamanya Darren memendam kebencian pada Dila
Setiap mengingat gadis itu darah Darren mendidih, Darren merasa terbuang, padahal Darren yang digilai para gadis itu memilih Dila, gadis sederhana yang energik. Darren tak ingin bertemu gadis itu lagi
Namun takdir berkata lain, ia malah dipertemukan lagi dengan Dila >>>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon irra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Natasha kecewa
Sepanjang perjalanan Dila hanya diam membisu. Sebenarnya Darren tahu Dila kurang setuju dengan keputusannya tapi mau bagaimana lagi dari pada keluarganya tahu keberadaan Dila. Darren juga belum sesiap itu mendapat cacian semua orang. Darren yang sempurna dengan segala kehidupannya itu akhirnya bisa menbuat kesalahan juga
" Mau kemana?" Akhirnya Dila membuka suaranya
" Kita beli sesuatu sebentar, kulkasku belum terisi apapun." Dila tak menjawab lagi membuat Darren menyentuh perutnya dengan satu tangan
" Kau bebas membeli apapun."
" Sungguh?"
" Ya, kau pikir kau bicara dengan siapa. Kau tidak akan kekurangan apapun saat bersamaku."
" Bagaimana dengan-" Darren melirik sejenak. Dimata Darren wanita itu tampak sangat cantik hari ini, ditambah perut Dila yang mulai membuncit menambah keseksian dress pink yang dipakai Dila
Dan lirikan itu membuat Dila menarik kembali ucapannya
" Lanjutkan." Dila menggelengkan kepalanya
" Kau aneh, kalau bicara itu lanjutkan sampai selesai." Tapi Dila tak menjawab malah memalingkan wajahnya ke jendela
" Bagaimana kalau aku meminta kau selamanya seperti ini." Batin Dila melanjutkan ucapannya
Ketika sampai ditempat parkir. Darren segera keluar diikuti Dila. Keduanya masuk kedalam sebuah supermarket besar. Darren mengambil troli dibelakangnya ada Dila berjalan
Seperti kata Darren, Dila mengambil apapun yang ia mau. Snak, sayuran, buah, daging bahkan makanan beku
Namun tiba-tiba Darren berhenti membuat Dila juga berhenti. Darren menyesal tak memperhatikan Dila, sejak hamil Dila tampak tak meminum susu hamil apapun. Tapi syukurnya kandungan wanita itu sangat kuat
Darren akhirnya memanggil pelayan disana." Untuk trimester pertama yang mana?" Tanya Darren
" Berikan yang terbaik untuk istriku." Wajah Dila memerah malu mendengar ucapan Darren, tapi hatinya menghangat
Pelayan itu menunjukan susu hamil untuk Dila dengan tiga rasa. Darren langsung mengambil rasa strawberry, tentu ia masih mengingat kesukaan Dila
" Inikan?" Tanya Darren memastikan. Sekali lagi hati Dila menghangat karena Darren
Setelah selesai belanja dengan tiga kantung penuh. Darren membawa Dila ke Apartement yang ia tuju. Mereka menaiki lift menuju lantai 12, dengan seorang satpam yang membantu membawa 3 kantong belanjaan mereka
Darren membuka apartement itu dengan kunci card ditangannya
" Masuklah." Perintah Darren. Dila menuruti pria itu, ia masuk kedalam
Apartement yang dua kali lebih mewah dari punya Dila. Kedua mata Dila sedikit terpana melihat dapur aestetik apartement tersebut
" Kau menyukainya?" Tanya Darren menatapi Dila
"Dapurnya." Gumam Dila dan masih terdengar ditelinga Darren. Pria itu hanya tersenyum lalu menyuruh satpam tadi menbawa belanjaan mereka menuju lemari pendingin didapur
Cepat-cepat Dila mendekat, ia mengambil alih dan mencoba merapihkan bahan makanan itu ke kulkas
" Nanti saja." Tegur Darren
" Kemarilah." Darren menarik pergelangan tangan itu. Ia mengajak Dila menuju kamar mereka
" Baguskan?" Tanya Darren. Dila tak terlalu tertarik meskipun kamar tersebut dibuat senyaman mungkin untuknya
" Kau tidak menyukainya?" Tanya Darren menggerutu
" Bukankah itu sangat berlebihan?" Tunjuk Dila pada kumpulan mawar merah diatas kasur
" Kau tidak suka hal yang romantis seperti ini? Aneh sekali. Kebanyakan wanita menyukai hal yang romantis bukan. Bukakah dulu kau-" Darren tak melanjutkn ucapannya, rasanya terlalu nostalgia jika Darren membahas masa lalu mereka dan Darren tidak mau Dila jadi besar kepala
" Ini bukan acara bulan madu-"
" Ya anggap saja begitu." Spontan wajah Dila menoleh pada Darren. Tatapan itu misterius menatapi lekuk tubuh Dila
Dila menggelengkan kepalanya, semakin hari Darren semakin mesum dan nakal padanya. Dila memundurkan langkahnya ketika Darren mendekat, semakin mundur hingga Dila tersudut di ranjang
" Ayolah." Ucap Darren mencoba menyentuh pinggang Dila tapi wanita itu malah menghindar dan akhirnya terjungkal ke kasur. Darren tersenyum melihat Dila, ia segera mengukung setengah tubuh yang terlentang itu
" Permisi tuan, saya sudah selesai-" Ucapan itu membuat Dila segera mendorong Darren yang lengah karena mencoba mendengarkan suara satpam diluar kamar. Dan Dila berhasil kabur, Dila berlari ketakutan keluar dari kamar
Tapi pagi ia sudah dihajar mana mungkin Dila mau lagi, sementara sisa tadi pagi saja masih terasa perih untuk Dila
Darren berdecak kesal lalu menyusul Dila. Wajahnya menunjukan kekesalan pada orang yang mengganggu kesenangannya. Tapi pria itu memberikan beberapa lembar uang dan menyuruh satpam itu untuk segera keluar dari Apartementnya
Darren menyusul Dila yang berlari kedapur
" Aku pergi." Ucap Darren
" Hmm." Saut Dila tanpa melihat. Wanita itu pura-pura sibuk memasukan semua makanan kedalam kulkas. Bahkan tubuh wanita itu terhalangi pintu kulkas yang terbuka
" Akhirnya." Gumam Dila menghela nafas dan mengusap dadanya
Dila pikir Darren sudah pergi, tapi ketika ia selesai dan mencoba menutup pintu kulkas. Tubuh Dila berjingkat kaget karena ternyata Darren masih disana. Bersedekap dada. Pria itu tertawa melihat keterkejutan Dila
" Aku pikir kau sudah pergi." Ucap Dila perlahan bangkit
" Aku memang akan pergi, aku ada pekerjaan siang ini." Darren mendekat yang mana membuat Dila menundurkan langkahnya. Darren senang mengerjai Dila, ia terus memepet Dila hingga tubuh itu tersudut di meja pantry
" Darren, Darren. Bisakah kita melakukannya nanti saja. Aku masih sakit." Ucap Dila pelan sambil menaikan wajah untuk menatap wajah Darren
" Siapa juga yang mau." Saut Darren dengan nada mengejek lalu memberi sebuah kunci card ketangan Dila
" Ini kuncimu."
" Kau juga punya?"
" Tentu saja, ini Apartementku."
" Berarti kau bisa masuk kapanpun?"
" Ya, saat kau mandi aku akan masuk. Saat kau tidur aku akan masuk. Aku bisa melakukan apapun karena ini adalah rumahku." Wajah Dila menunjukan kejengahan pada pria itu, sepertinya kini semua privasi Dila direnggut Darren. Bukannya kasian Darren malah tampak senang mempermainkan Dila
" Dengar, aku mendesain kamar mandi yang tak ada pintunya. Jadi kapanpun kau mandi aku bisa melihatnya." Bisik Darren nakal lalu meninggalkan Dila yang tampak tak percaya dengan pria dihadapannya ini
-
7
Siang ini Darren memutuskan untuk kerumahnya lebih dulu. Darren memasuki rumah mewah milik orangtuanya itu sambil bersiul. Entah kenapa Darren jadi lebih bersemangat semenjak rutin menyalurkan hasratnya pada Dila
" Darren." Darren terkejut dengan Natasha yang sedang berada diruang tamu bersama ayah dan ibunya
" Nat." Jawab Darren lalu ikut gabung, ia mendudukan dirinya disamping Natasha
" Kenapa tidak bilang padaku?" Tanya Darren
" Kamu sulit dihubungi." Darren menepuk jidatnya sendiri
" Ponselku mati, maaf." Saut Darren lalu melirik ibunya kemudian sang ayah yang menampilkan wajah kesalnya. Tentu pria itu tahu apa yang dilakukan anaknya semalaman
" Memangnya kamu darimana Nak? Semalam tidak pulang."
" Aku di Apartement Mam." Saut Darren lalu beralih pada Natasha
" Aku masih ada pekerjaan Nat, kamu mau tetap disini atau mau aku mengantarmu pulang."
" Aku disini saja, lagipula aku akan menbuat kue bersama Tante." Saut Natasha lalu melihat pada ibu Darren
" Baiklah, aku keatas sebentar." Darren bangkit dan berjalan menuju tangga menuju kamarnya yang berada diujung lorong
Darren masuk kedalam kamar dan mengganti pakaiannya dengan pakaian kerjanya yaitu kemeja putih dengan dasi navi dan jas hitam. Tak lupa Darren menyemprotkan parfurm mahalnya dan kembali kebawah
Setelahnya Darren kembali kebawah. Ia kembali duduk didekat Natasha yang asik mengobrol. Namun kedatangan Darren membuat wanita itu fokus padanya, Natasha tersenyum melihat pacar tampannya. Ia ingin sekali mencium bibir seksi itu jika saja kedua orangtua Darren tak ada
" Nanti kalau mau pulang bilang saja, aku akan mengantarmu." Ucap Darren
Natasha hanya mengangguk
Darren mengusap puncak kepala itu
" Darren, lehermu kenapa?" Tanya Natasha membuat Darren spontan menyentuh lehernya dan mencoba menutupi bekas cakaran kecil. Milik siapa lagi kalau bukan milik Dila
" Hanya luka kecil, aku kejatuhan buku di ruang kerjaku. Ujungnya sangat tajam." Jawab Darren beralasan lalu melirik sang Daddy yang menatapnya tajam
" Biar kuobati." Natasha mencoba menarik jemari Darren
" Tidak usah, aku sudah mengobatinya tadi." Jawab Darren
" Sungguh?" Tanya Natasha
Darren mengangguk." Aku akan pergi sekarang." Ucap Darren seraya bangkit
" Dad, Mam. Aku pergi dulu."
" Hati-hati nak." Jawab sang ibu
Ibu Darren tampak sangat menyukai Natasha, wanita itu menatapi Natasha yang menatapi kepergian anaknya
" Darren orangnya cuek dan dingin, jadi kamu harus memakluminya." Ucapan itu membuat Natasha beralih pada ibu Darren yang sering di sapa bu Sonya
" Bukan masalah untukku Mam, pelan-pelan Darren pasti akan berubah."
" Darren sepertinya sangat menyukaimu. Darren tidak pernah mengenalkan pacarnya pada kami. Cuma Nak Natasha saja, itu artinya Darren sangat serius dengan hubungan kalian."
Natasha tersenyum manis dengan ucapan itu, mendengar hal itu dari ibu Darren. Entah kenapa rasa khawatir Natasha hilang seketika, dan ia merasa sangat yakin kalau Darren memang sangat mencintainya
" Tanya saja Daddynya, Darren tak pernah membawa wanita kesini, ya kan sayang?" Tanya bu Sonya pada sang suami, tapi sang suami malah melamun
" Sayang." Panggil Bu Sonya sekali lagi menyentuh pundak sang suami
Pak Erwin hanya mengangguk pelan. Pria itu memikirkan Darren. Ia takut wanita yang semalam bersama Darren akan menjadi masalah untuk keluarganya. Mengingat sepertinya hubungan sang anak sudah sangat jauh dimatanya
Di hotel Darren yang sedang berkutat dengan komputernya itu memanggil Jena masuk keruangannya. Wanita cantik yang hobi memakai highheel 7 cm itu berdiri didepan Darren
Sebenarnya Jena sangat menyukai Darren yang tampan. Tapi karena sikap dingin dan galak pria itu padanya, Jena jadi sebal dan tidak menyukai Darren
" Buatkan surat pengunduran diri atas nama Dila wijaya."
" Pak."
" Turuti saja perintahku." Jawab Darren, lalu mengangkat wajah menatapi Jena
" Kalau kau masih mau bekerja disini, kau harus menuruti perintah atasanmu."
" Baik." Saut Jena menunduk
" Tunggu apa lagi." Cepat-cepat Jena memutar tubuhnya berjalan menuju pintu keluar
" Jena." Jena berhenti
" Rahasiakan semuanya." Jena membulatkan kedua matanya lalu memberanikan diri menghadap Darren
" Kau tahu semuanya kan?"
" Pak, aku tidak sengaja."
" Kalau kau bisa menjaga rahasia, kau aman disini." Jawab Darren
" Saya akan menutup mulut."
" Bagus."
" Kalau begitu, permisi Pak."
Darren mengangguk lalu membiarkan Jena keluar dari ruangannya. Jena tampak memikirkan Dila, ia merasa kasihan
" Dimana Dila?" Gumam Jena
" Apa yang terjadi?" Jena memikirkan hal itu sepanjang jalan
Malam pun tiba, Darren segera pulang ke rumahnya. Bukankah ia sudah berjanji akan mengantar Natasha pulang. Darren memarkirkan mobilnya dihalaman dan segera masuk
Didalam semua orang sedang makan malam. Darren langsung ikut bergabung duduk disamping Natasha yang tampak senang dengan kehadiran Darren
" Kalau saja kalian sudah menikah, mungkin rumah kita akan semakin ramai dengan kehadiran cucu." Ucap sang ibu. Darren hanya diam tak menjawab
" Doakan ya Tan, semoga tahun ini aku dan Darren bisa menikah. Iya kan?" Tanya Natasha seraya menyentuh jemari Darren diatas meja
" Untuk tahun ini-"
" Pasti bisa tahun ini." Potong sang ayah membuat Darren langsung menatapnya
" Kau tidak usah memikirkan apapun, Daddy dan Mammy yang akan mengurus semuanya untuk kalian."
" Bukan seperti itu Dad?"
" Lalu mau bagaimana? Rein sudah dewasa juga, dia sudah punya kekasih yang juga serius mau menikah."
" Aku sudah bilang kalau mau menikah ya menikah saja."
" Kenapa kau tidak mau menikah?"
" Aku belum siap." Jawaban Darren membuat Natasha tampak kecewa tapi wanita itu menyembunyikannya
" Pokonya ini permintaan terakhir Daddy untukmu. Menikah tahun ini." Darren tak menjawab ucapan itu, ia mencoba sibuk mengambil makanan diatas meja padahal siapapun belum ada yang mencoba menyentuh
Yang akhirnya ia malah dilempar sendok oleh sang ayah. Semua orang terkejut begitupun Darren
" Maaf."
" Tahun depan usiamu 30, itu usia cukup untuk menikah. Menikahlah selagi aku masih ada." Ucap sang Daddy lalu meninggalkan meja makan, padahal perut pria itu masih kosong belum terisi makanan sedikitpun
" Darren, haruskah kamu mendebat ayahmu seperti itu?" Sang ibu ikut kesal pada Darren yang hanya diam menunduk
Darren sendiri bingung, ia takut semua orang tidak mau menerima anak diluar nikahnya. Darren takut membuat semua orang kecewa berat
Malam semakin larut, Darren mengantarkan Natasha pulang ke Apartementnya
" Kau sungguh tidak mau masuk?"
" Ini sudah malam." Natasha terdiam sejenak lalu ia mencoba memeluk Darren
" Aku sangat mencintaimu, kenapa tidak mau menikah denganku." Ucap Natasha. Darren balas memeluk tubuh itu
" Bukan seperti itu, tahun ini, aku benar-benar belum siap untuk tahun ini." Natasha melepaskan pelukannya dan mengangkat wajah menatap Darren. Ia menangkup wajah tampan itu dengan kedua jemari lentiknya
Natasha mengecup mesra bibir itu." Aku sebenarnya sangat menginginkanmu." Ucap Natasha, kedua bola mata itu saling menatap. Natasha menarik satu jemari Darren di pinggangnya lalu meletakan ditengah dadanya. Darren tampak terkejut dengan keberanian Natasha
Sebagai seorang pria normal, jakun Darren naik turun saat ini disuguhkan wanita cantik seperti Natasha, siapa yang tidak mau. Natasha kembali mencium bibir yang sejak siang ia damba itu, mencoba memasukan lidahnya kemulut Darren
Lama kelamaan Darren membalas belitan lidah itu, hasratnya naik dan kedua tangannya menarik erat pinggang Natasha agar lebih mendekat padanya. Darren juga membawa Natasha duduk dipangkuannya
Tangannya gencar membuka satu persatu kancing kemeja Natasha. Darren melepaskan ciuman itu, sejenak ia memperhatikan gunung kembar Natasha yang sunggu menggoda
Darren membenamkan wajahnya diantara belahan dada itu
" Darren." Suara manja itu membuat Darren berhenti. Darren menarik nafasnya lalu cepat-cepat ia merapihkan lagi kemeja Natasha
" Maaf Nat, aku-"
" Sudah kubilang aku menginginkanmu."
" Aku tidak bisa."
" Kenapa kau tidak bisa?" Tanya Natasha, ia merasa tidak punya harga diri saat ini dihadapan Darren. Pria itu jelas menolaknya. Darren memegang kedua pundak itu
" Kita belum menikah." Jawab Darren
Akhirnya Natasha turun dari pangkuan pria itu dan kembali duduk ditempatnya
" Good Night." Bisik Darren mengecup pipi Natasha
Natasha tampak masih kecewa, tanpa sepatah katapun ia pergi keluar dari mobil Darren meninggalkan Darren yang terus menarik nafasnya. Darren juga tidak mengerti, ia merasa seperti menghianati Dila saat ini. Darren merasa bersalah pada Dila