Franda Liem, adalah seorang gadis tomboy dengan kemalasan luar biasa, dia malas melakukan apapun, hingga satu kesempatan ada seorang culun yang mengatakan cinta padanya.
Pria itu bernama Hang Zhie terus berusaha, hingga Franda benar-benar mengerjainya.
Tiga tahun setelah kelulusan, Franda terpaksa bertemu dengan si culun yang kini jadi bosnya.
Dia terkejut ketika Hang menjadi super seksi, terlihat cool, sedikit bicara, tapi tatapannya mematikan.
Bagaimana kisah Franda selanjutnya? ketika dia tahu bahwa Hang sakit hati padanya karena mendapatkan penolakan dan ingin balas dendam?
Simak di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kumi Kimut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan ayah
Sang pria merasa bahwa ayahnya tidak mungkin pulang dengan segera, tetapi kenyataan ayahnya datang.
"Ayah, kenapa kau datang padaku? bukannya ayah ada di luar negeri?" tanya Hang dengan bahagia.
Dia memeluk tubuh sang ayah dan menjadi orang yang lebih bahagia dari sebelumnya.
"Aku mendapatkan informasi dari nenek, dia mengatakan bahwa satu hal yang harus aku lakukan, yaitu harus berada di desa. Di sini aku sangat santai dan bahagia."
Ayah Hang sangat menghormati budaya di desa itu, lalu mengatakan akan membuat pariwisata di sana, hanya saja sang nenek tidak memperbolehkannya.
"Aku belum memperbolehkan kau membangun pariwisata di sini, karena satu hal. Desa ini sangat alami," jelas nenek dengan nada yang cukup menyindir.
"Haha, aku tahu nenek, hanya saja ingin menggodamu saja."
Seorang pria yang mengatakan dirinya ayah dari Hang.
...
Di ruang makan rumah nenek ...
Orang-orang sudah makan, tetapi kedua orang itu masih saja kelaparan, yaitu ayah dan anak.
Bukannya membantu mencuci piring tetapi masih berada dalam satu kesempatan yang menyenangkan, yaitu makan nasi dan sambal.
Mereka berdua terlihat begitu fokus dengan makanan masing-masing bahkan tidak membagikan apapun kepada yang lainnya meskipun sudah makan banyak.
Sang istri yang sudah ditaati mencuci piring terlihat besar karena suaminya justru duduk di samping sang ayah mertua dan makan lagi.
"Kau cuci piring dan biarkan ayah makan sendiri!" pinta Franda.
Wanita itu terlihat sangat garang seperti ibu-ibu kompleks.
Ayah mertua juga kena mental oleh Franda.
"Kau ternyata memiliki satu hal yang unik yaitu, suaramu yang melengking ketika marah. Namun, kata-katamu lebih pedas dari sambal yang aku makan!"
"Haha, kalau bicara selalu benar!"
Hang tertawa karena apa yang dikatakan olehnya memang sangat benar, namun sang ayah tidak mengetahui jika Franda lebih menyeramkan dari seekor serigala.
.
.
.
Acara makan sudah selesai, kini saatnya mencuci piring kembali dan semua tugas diberikan kepada suami tercinta.
"Kau yang mencuci piring karena aku akan membawa ayahmu pergi dari sini."
"Heh! kenapa aku harus melakukannya?"
"Kau sudah bersikap licik tadi, hingga ada satu hal yang harus kau ingat yaitu, tetap mencuci piring sampai semuanya bersih!"
"Aku tidak mau!"
"Kau menolak apa yang aku perintahkan? tidak akan ada jatah!" jelas sang istri.
Suami tercinta lalu segera melakukan banyak hal yang akan menjadikan kebaikan, yaitu segera pergi ke dapur dan mencuci piring yang menumpuk di wastafel.
.
.
.
Ayah dan Franda duduk di depan rumah, lalu sarapan beberapa bisnis yang dikelola oleh ayah mertuanya.
"Aku masih bingung dengan apa yang ayah kerjakan."
"Ayah hanya memiliki beberapa pekerjaan, tidak bisa semua ayah kerjakan. Pada intinya, kami berada dalam satu perusahaan, aku menjadi pemimpin dan mereka anak buah yang patuh pada pemimpinnya. Kau sudah tahu kan hierarki kepemimpinan sebuah perusahaan? semuanya aku yang pegang tetapi hanya memberikan perintah kepada mereka yang turun langsung ke lapangan."
Ayah mertua menyampaikan dengan sangat jelas dan terang benderang.
"Wah, tugas ayah mertua sangatlah banyak, apakah ayah baik-baik saja?" jelas sang menantu.
"Iya, ayah baik, hanya saja sedikit pusing. Perasaan yang sangat menyiksa ini, tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata."
Ayah Hang memang begitu sibuk, jadi tidak mudah baginya untuk mendapatkan hari yang bebas.
*****
