Nasyama Khadijah Putri harus menelan pil pahit saat 7 hari sebelum hari Pernikahan nya harus berakhir kandas karena ia mendapati calon suaminya sedang bercinta dengan Noni, sahabatnya di kamar utama yang akan menjadi kamar pengantinnya.
Dan semakin membuat Nasya semakin hancur setelah mengetahui mereka adalah pasangan kekasih sebelum Noni memutuskan menikah dengan Gadhing, lelaki yang masih dicintai Nasya dalam diam.
Hingga akhirnya Nasya memutuskan untuk membalas dendam dan melakukan berbagai cara untuk menjadi istri kedua dari seorang Ahmad Gadhing Athafariz.
Setelah berhasil menjadi istri kedua Gadhing dan hubungan mereka mulai dekat, Cinta mereka di uji karena Noni mengidap kanker serviks.
Noni meminta sesuatu yang sulit untuk dikabulkan Gadhing.
Lalu bagaimana kisah rumah tangga mereka? Sedangkan Gadhing sangat membenci Nasya sebelum menjadi suaminya.
Apakah permintaan Noni?
Lalu bagaimana Jimmy, duda beranak satu yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Nasya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windii Riya FinoLa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. JSAMS
Jimmy dan Nasya bernafas lega karena pertanyaan yang menjurus permintaan Tiara tidak akan terjadi kali ini karena mobil yang mereka telah sampai di rumah Jimmy.
Hunia ala mansion yang super mewah. Posisinya memang bukan tepat di tengah kota, tetapi terbilang strategis karena aksesnya mudah.
Tidak hanya itu, ini membuat kawasannya terbilang asri dan bebas dari polusi udara maupun suara.
Fasilitas umum di sekitarnya sendiri terbilang lengkap, ada sekolah, pusat perbelanjaan, dan lainnya. Nasya melihatnya sebelum memasuki lokasi mansion ini.
Kawasan perumahan ini juga berdekatan dengan lapangan golf berstandar internasional di Surabaya, Graha Famili.
"Ayo, Mi." Tiara menarik tangan Nasya mengajak masuk ke dalam kekediaman Jimmy.
Nasya hanya mengikuti langkah Tiara masuk ke dalam seraya memerhatikan mansion milik Jimmy yang begitu mewah.
"Kalau penasaran, di tanya jangan celingukan begitu. Hati-hati patah leher kamu," celetuk Jimmy terkekeh melihat Nasya celingukan melihat mansion nya yang mewah namun sudah sepi setelah perceraian nya dengan Diana.
Mansion ini akan ramai ketika ibunya berada disini, Ibu Mayang.
Nasya berdecak. "Rumah bapak gede sekali. Kira-kira lebarnya berapa?" tanya Nasya.
"Mansion ini terdiri dari dua lantai dan berdiri di atas lahan seluas 2.000 meter persegi. Sementara, luas total bangunan mencapai 1.250 meter persegi, cukuplah untuk menampung segala ruang yang kamu butuhkan."
Nasya duduk setelah di persilahkan dan memangku Tiara. Ia menatap Jimmy tak percaya.
Kesan megah pada mansion ini sudah terlihat bahkan dari tampilan eksteriornya.
Di sekeliling rumah, ada pilar-pilar besar yang berfungsi sebagai penyangga bangunan.
Kehadiran pilar rumah yang menjulang hingga lantai dua ini memberi kesan mewah sekaligus klasik pada arsitekturnya.
Lalu, di kanan-kiri rangka jendela terlihat ada pilar kecil yang menyangga atap overhang.
Masuk ke dalam mansion, Nasya melihat gaya interior klasik yang didominasi oleh penggunaan warna putih.
Karena dominasi warna putih ini, ruangan yang ukurannya memang luas terlihat semakin lapang dan lega.
Di tengah mansion ada area void yang menjulang tinggi hingga lantai dua.
Ini membuat perputaran udara di dalam mansion berjalan dengan baik sehingga ruangan jauh dari kesan sumpek.
Lalu, seluruh permukaan lantainya tampak berlapis marmer berwarna cokelat muda yang menawan.
Nasya menggeleng melihat betapa mewah tempat tinggal Jimmy.
Nasya naik ke lantai dua dimana kamar Tiara bersebelahan dengan kamar Jimmy.
Ia berani naik ke lantai dua karena Tiara meminta dibacakan dongeng seperti para teman nya di sekolah.
Nasya membuka buku dongeng berjudul Singa dan Tikus.
"Suatu hari seekor tikus melakukan kejahilan pada seekor singa. Dengan sengaja, tikus membangunkan si Singa. Tak disangka, Singa sangat marah dan menangkap si Tikus yang hendak memakannya. Namun, si Tikus menangis memohon supaya Singa memaafkannya."
"Kena kau," kata Nasya menirukan suara besar yang di tujukan itu adalah suara singa.
"Kasihan tikusnya, Mi."
"Enggak sayang, Singa memaafkan dan melepaskan tikus."
Nasya terus membaca kan dongeng sampai selesai dan Tiara sudah tertidur. Nasya turun dari ranjang secara perlahan, barulah ia keluar kamar dan menutup pintu dengan perlahan pula.
Nasya tersentak melihat Jimmy berdiri di dekat pintu kamar Tiara. Astaghfirullah.
"Tiara sudah tidur, pak."
Jimmy mengangguk. "Terimakasih," ucapnya tulus dan diangguki oleh Nasya.
"Saya pamit pulang, pak."
"Sudah hampir larut, Sya. Lebih baik esok saja."
Nasya menatap Jimmy sesaat lalu menggeleng. "Gak baik, pak."
Jimmy menghela nafas. "Kamu saya minta menginap bukan berarti kita satu kamar. Itu kamar saya dan ada kamar kosong di lantai dua ini, juga ada dua kamar tamu di bawah dan dua kamar digunakan Bi Siti dan Hana pengasuh Tiara," jabar Jimmy.
Mata Nasya mendelik mendengar ucapan awal Jimmy. "Siapa yang mengira kita akan satu kamar? idih, enggak banget."
Nasya ingin pulang karena butuh waktu sendiri. Ia ingin menumpahkan kesedihan nya dengan mengurung diri di kamar.
"Saya janji setelah mengantar Tiara sekolah akan mengantar kamu pulang," kata Jimmy.
Keduanya masih berbicara formal karena bagi Nasya, mereka belum sedekat itu jika berbicara seperti layaknya teman ataupun saudara.
Mendengar nama Tiara, Nasya tak dapat berbuat apapun karena salahnya yang telah mengijinkan anak kecil yang cantik itu memanggilnya dengan sebutan Mami.
Nasya menghentakkan kaki kemudian melangkah menuruni anak tangga mendahului Jimmy.
Jimmy tersenyum sambil menggeleng, melangkah menuruni anak tangga dengan satu tangan berada di dalam saku celana pendek nya.
"Sya, mau kemana? kamar sebelah kanan, kalau sebelah kiri itu dapur!" ucap Jimmy melihat Nasya hendak berbelok ke arah kiri dimana dapur berada.
Nasya menghentikan langkah. Ia memejamkan mata sesaat menahan malu yang mendera. Merutuki diri karena sok tahu dengan keadaan mansion yang baru pertama kali dikunjungi.
Jimmy berdehem ketika sudah berada di belakang Nasya. Sontak deheman nya membuat Nasya memutar badan.
Kedua tubuh mereka bertubrukan, spontan Nasya memundurkan langkah namun kaki nya tak siap menahan bobot tubuh karena saking terkejutnya.
Dengan sigap Jimmy menahan pinggang Nasya agar gadis yang membuatnya jatuh hati itu tidak terjatuh.
Tatapan mereka bertemu dengan degub jantung yang berdetak kencang yang sama pula. Jimmy menelan saliva melihat kecantikan Nasya dari dekat.
Tapi, bukan karena kecantikan Nasya yang membuat Jimmy jatuh hati pada gadis itu.
"Maaf," kata Jimmy menyadari kesalahannya telah menyentuh Nasya.
Nasya mendadak merasa gugup. "Tak apa, pak."
"Mari saya antar ke kamar tamu," kata Jimmy mempersilahkan Nasya berjalan lebih dahulu.
Nasya menghela nafas berulang kali. "Terimakasih, pak."
Jimmy mengangguk. "Jangan panggil saya bapak kalau di luar jam pesanan saya, Sya. Nanti Bi Siti mengantar baju ganti untuk kamu."
Nasya mengangguk dan tersenyum. "Baiklah, mas. Terimakasih," Ucap Nasya merasa kaku seraya menutup pintu.
Jimmy tersenyum senang mendengar Nasya memanggilnya mas.
Sedang Nasya langsung duduk di tepi ranjang menatap sekeliling kamar cukup luas bahkan lebih luas dari kamar nya.
Helaan nafas panjang terdengar kasar. Dilihat ponsel nya yang sedari tadi bergetar, banyak panggilan tidak terjawab dari Gadhing dan Buya Niko.
"*Tugasku sudah selesai, mas. Hari-hari dimana aku mencarimu sudah selesai. Hari dimana aku selalu menantikan kabarmu sudah tidak ada lagi dan hari dimana aku selalu merindukanmu sudah tidak akan kamu temukan lagi."
"Selamat bahagia, mas. Aku baik-baik saja*."
"Bukankah penderitaan ku cukup membuat semua orang iba? dari bayi sudah yatim piatu, dipaksa dewasa oleh keadaan, harus bekerja banting tulang sendirian, cinta bertepuk sebelah tangan, di selingkuhi, batal nikah, jadi pelakor, dan di talak sebelum melakukan malam pertama."
"Miris sekali hidupmu, Nasyama!"
Sebenarnya, bayangan malam tadi masih terngiang dan membuat Nasya memalingkan wajah ....
menurut saya
bayangan itu terbayang, kalau terngiang itu bunyi atau suara
kalau terbayang citraan penglihatan .. mata
kalau terngiang citraan penglihatan .. telinga
sempat terpikir. dia pemilik, dia kepala, dia dokter obgin juga.
maaf kalo ada pembaca yg komen begete thoor.
semangat berkarya thoor
semua komen untuk perbaikan kedepannya. saling memaklumi ja
anaknya meninggal lah malah menantu fi penjarakan. trus putumu siapa yg ngopeni. dia gak pernah open sama anaknya karena gak setuju dengan menantunya. gak tau kalo anaknya yg akting, sehingga Nasya mundur alon alon pas mulai berjuang.