NovelToon NovelToon
Pria Musim Dingin

Pria Musim Dingin

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Patahhati / Dijodohkan Orang Tua / Teman lama bertemu kembali / Trauma masa lalu
Popularitas:1.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Thenia12 Nurhalimah

Ayahnya mengatakan jika Yura akan di jodohkan dengan pria baik dan ramah. Tapi setelah menikah Yura justru mendapati suaminya itu irit bicara, membuat Yura terkadang frustasi dengan suaminya sendiri.

Ketika berhasil meluluhkan sikap dingin suaminya, Yura harus berjuang melawan penyakit mematikan yang menggerogoti tubuhnya dan trauma masa lalu yang terus menghantuinya. Di tambah, Yura kembali bertemu dengan teman kecilnya yang tak lain kembaran suaminya. Hal itu membuat pernikahan mereka di uji.

Akankah Yura tetap bersama suaminya atau kembali dengan teman masa kecilnya? Yura harus memilih satu di antara mereka disaat tubuhnya di gerogoti sel kanker jahat yang membuatnya hampir menyerah untuk hidup.

-Sesuai namamu aku akan memanggilmu pria musim dingin," kata Yura tersenyum di hadapan Winter.

De Willson series 1 (Menikahi mafia kejam)
De Willson series 2 (The devil's touch)
De Willson series 3 (Pria musim dingin)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Thenia12 Nurhalimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#32

Yura pulang ke mansion sekitar tujuh malam, sebelum pulang ia mengajak Lily dan Ibunya jalan-jalan sekaligus membelikan kebutuhan mereka untuk di rumah.

Ketika Yura membuka pintu, ia mendapati Winter yang sedang duduk bersedekap dada di sofa ruang tamu.

"Malam ..." sapa Yura lalu duduk di depan Winter.

"Darimana?" tanya Winter datar dan dingin.

"Dari gereja dan jalan-jalan."

"Kenapa tidak angkat telpon?" tanya Winter kemudian. Nada nya seperti sedang mengintogerasi Yura.

"M-memangnya kau menelponku?" Yura balik bertanya dengan Winter yang hanya diam tidak menjawab lagi.

Yura pun membuka tas dan mengambil ponselnya. Ketika ia memijit tombol di samping ponselnya, ternyata benar Winter menelponnya beberapa kali.

Yura kemudian mendongak menatap Winter dengan tersenyum. "Hehe maaf. Tidak kedengeran."

Winter berdecak kemudian beranjak dari duduknya.

"Kemana?" tanya Yura.

"Makan," sahut Winter.

Yura pun segera mengikuti Winter ke meja makan. Walaupun Yura sudah makan dengan Lily dan Ibunya tadi, tapi ia masih belum kenyang.

"Kau beli?" tanya Yura menarik kursi dan duduk di depan Winter.

"Aku buat."

"Hah? kau yang memasak?"

Winter mengangguk.

"Pasti enak nih." Yura mengambil semangkuk pasta dengan senyum merekah di wajahnya.

Winter menatap Yura, padahal ia hanya memasak pasta. Mudah dan praktis, tapi Yura begitu menghargai usahanya.

Yura menggulung pasta itu dengan garpuh lalu memasukanya ke mulut.

"Eumm enak ..." Ucapnya memberi jempol dengan mulutnya yang penuh dengan pasta.

Winter menarik ujung bibirnya tersenyum kemudian mengambil pasta miliknya.

*

Winter sedang membaca buku di kamar, duduk bersender di kepala ranjang dengan meluruskan kakinya. Sementara Yura sedang menonton film Nathan terbaru di sofa.

Sesekali Yura tertawa, sesekali terlihat kesal. Winter menatap Yura dengan ekor matanya, ia tersenyum tipis melihat tawa gadis itu lalu kembali membaca buku.

Ponsel Yura berdering panjang di meja. Ia mengambil ponselnya kemudian melihat siapa yang mengirim pesan. Dan ternyata Summer.

Nathan konser minggu depan. Mau nonton?

Astaga ... aku hampir lupa kalau Nathan-ku minggu depan ada konser.

Sebelum membalas Yura bertanya dulu kepada Winter.

"Winter."

"Hm?" Winter menoleh.

"Mau nonton konser Nathan?"

Winter menggeleng membuat Yura mengerucutkan bibirnya.

"Kenapa?"

"Tidak suka."

Jawaban Winter membuat Yura mengiyakan pesan dari Summer. Minggu depan Yura akan nonton konser Nathan dengan Summer saja kalau begitu.

Selesai membaca buku, Winter menyimpan bukunya di meja samping ranjang. Ia mematikan lampu, kamar berubah menjadi temaram karena lampu tidur saja.

Winter menoleh ke arah sofa, Yura sudah tidur. Kemudian pria itu beranjak dari ranjang ketika melihat meja depan sofa Yura berantakan bekas cemilan gadis itu.

Pria itu membereskan meja. Memvacum karpet yang terkena sisa-sisa makanan. Ketika ia menoleh, ia melihat Yura yang hampir terguling dari sofa. Winter pun dengan cepat menangkap gadis itu.

Winter menghela nafas panjang ketika berhasil menghalangi tubuh Yura yang hampir jatuh.

"Ceroboh," ucapnya dengan mengetuk pelan kening Yura.

Alih-alih membangunkan Yura, Winter malah menggendong gadis itu dan membawanya ke ranjang.

Winter menidurkan Yura di samping kiri ranjang dan ia tidur di sebelahnya.

Yura masih tertidur sementara Winter diam membisu menatap langit-langit kamar dengan menyimpan kedua tangannya di belakang kepala sebagai bantalan.

"Mama ..." lirih Yura dengan terisak tanpa air mata. Gadis itu sedang bermimpi.

Winter menoleh kemudian mendekati istrinya. "Yura ..." Winter menepuk-nepuk pelan pipi Yura.

"Mama ..."

Tangis Yura malah semakin menjadi, kali ini air mata keluar dari kedua sisi matanya.

"Yura bangun ..."

"Maaa ..."

"Mama dimana aku takut ..."

"Yura hei."

Winter menarik tubuh Yura masuk ke pelukannya, Yura masih terisak dan Winter mencoba menenangkan Yura dengan memeluk dan mengelus punggung istrinya.

Lama-kelamaan suara isak tangisnya perlahan menghilang, ketika Winter merunduk melihat Yura, ternyata gadis itu kembali tidur.

Winter menarik selimut sampai ke perut Yura dengan masih memeluk istrinya itu. Mereka tidur bersama dengan saling berpelukan.

*

Sinar matahari menerobos masuk ke sela-sela jendela membuat gadis yang masih di baluti piyama di atas ranjang mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian meregangkan otot-ototnya.

Ketika Yura menyibakan selimut dengan mata setengah terbuka. Ia turun dari ranjang hendak ke kamar mandi, tapi baru saja tiga langkah ia berhenti dan matanya langsung terbuka lebar ketika ia menyadari sesuatu yang aneh.

"Aku tidur di ranjang lagi," gumamnya kemudian menoleh ke belakang.

Dan ternyata benar, di belakangnya kasur bukan sofa.

"WINTER!!" teriak Yura dengan menghentakkan kakinya kesal. Ia keluar dari kamar menuruni anak tangga mencari suaminya.

Winter mendongak setelah meminum segelas air di dapur, ia melihat Yura menuruni anak tangga dengan wajah kesal. Winter mengernyit bingung, apalagi ketika Yura berdiri di depannya dengan tangan bersedekap dada.

"Kau yang memindahkan ku ke ranjang kan?"

Winter mengangguk.

"Kenapa? semalam kan aku tidur di sofa, tidak ada alasan aku demam lagi ya, karena semalam aku baik-baik saja!" gerutu Yura.

Winter merunduk mendekati wajah Yura sampai hidung mereka berdekatan. "Kesal atau suka?"

Yura melebarkan mata. Apa maksud dari pertanyaan Winter. Pria itu juga malah melengos begitu saja menuju ruang tamu.

"AKU TIDAK SUKA YA WINTER!" teriak Yura dengan nafas memburu.

Tadi pagi sebelum Winter keluar dari kamar, Yura kembali bermimpi. Winter pikir mimpinya sama dengan yang semalam, Winter yang baru saja memegang knop pintu langsung berlari menghampiri Yura.

Winter duduk di samping ranjang memperhatikan istrinya yang ternyata tertawa geli bukan menangis.

Yura mengigau. "Tapi aku mau tidur denganmu, aku suka kalau kita tidur bersama Winter ..."

Winter menarik ujung bibirnya tersenyum dengan laptop di atas paha nya ketika ia mengingat mimpi Yura tadi pagi.

Di meja dapur, Yura meneguk segelas air dengan kasar sembari memperhatikan Winter yang duduk di ruang tamu.

Apa yang membuat dia tersenyum seperti itu.

Dan apa maksud perkataannya tadi. Sekalipun aku suka, aku tidak mau blak-blakan di depan dia lah, harga diriku kemana kalau aku bilang suka tidur dengan dia. Menyebalkan.

Yura berdiri dari duduknya, membuka kulkas untuk mengambil semangka yang seperti biasa sudah di potong dan bersih dari biji nya.

Ketika ia berjalan kembali ke meja tiba-tiba ia merasakan lagi pusing yang menjalar di kepalanya, tubuhnya tiba-tiba lemas, beruntung ia berhasil meraih meja di dekatnya, tangannya langsung meraba-raba udara untuk mencari kursi.

Dan Yura pun langsung duduk setelah tangannya meraih kursi. Ia menutup wajah dengan kedua tangannya seraya memijit-mijit pelipisnya.

"Yura."

Yura terhentak kaget ketika Winter memegang pundaknya. Yura mendongak menatap Winter yang berdiri di sampingnya.

"Ya?" Yura tersenyum agar Winter berpikir ia baik-baik saja.

"Kau pucat."

"Ini sudah jam sembilan, aku biasa sarapan jam tujuh di rumah Daddy. Jadi mungkin karena telat makan saja hehe."

"Kau yakin karena telat makan saja?" tersirat nada khawatir dari ucapan Winter.

Yura mengangguk.

"Aku pesan makanan dulu."

#Bersambung

1
Bukhori Muslim
good story
Rifana Sitorus
Luar biasa
Upin Ipin
ya aku jg mau dong magma.../Grin/
Upin Ipin
😱😱😱😱
Upin Ipin
kalo aja ada kakak spt Magma di dunia nyata..
Upin Ipin
good kak magmaa
Upin Ipin
baguuss. tegassss dan lumayan menjatuhkan👏👏👏
Upin Ipin
gimana gak marah, Yura yg hamil, winter yang semakin aneh dgn sikapnya.
Hope
asli nangis bacanya.... bener2 sedih ceritanya..../Sob/
KaylaKesya
terbaek Thor👍 ceritanya umph💪
KaylaKesya
hahahahahahha Julian jahat🤣
KaylaKesya
hahahahaha Julian berani ya🤣
KaylaKesya
hahahahaah🤣
KaylaKesya
hahahahaha yura🤣
KaylaKesya
hahahaha🤣🤣 aduiiii
KaylaKesya
memang menghargai SANGAT🤣🤣
KaylaKesya
hahahahahah...🤣lusi hebat uhuuuu
Apit Maulan
ko gbar visual nya ga muncul thor /Grimace/
Apit Maulan
ko gambar visual nya ga muncul thor /Grimace/
lapak nasi khansa
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!