Sepuluh tahun menikah bukan menjadi jaminan untuk terus bersama. gimana rasanya rumah tangga yang terlihat adem-adem saja harus berakhir karena sang istri tidak kunjung mempunyai anak lantas apakah Aisy sanggup di madu hanya untuk mendapatkan keturunan?? saksikan kisahnya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Malam turun perlahan, membawa hawa dingin yang menyusup ke setiap celah rumah sakit. Di ruang perawatan intensif Rumah Sakit Bina Kasih, tubuh Lusi terbujur lemah di atas ranjang. Kabel infus menempel di lengannya, monitor di sampingnya berdetak pelan, tanda hidup yang masih bertahan.
Suster jaga yang baru datang menghela napas panjang. “Kasihan ya, dari sore belum ada keluarga yang datang.”
Suster lainnya menatap data di papan. “Iya, katanya keluarganya gak bisa dihubungi. Cuma ada pembantu rumah tangga yang sempat angkat telepon.”
Beberapa jam kemudian, Lusi perlahan membuka mata. Pandangannya kabur, suara di sekitarnya seperti bergaung. Kepalanya terasa berat, dan saat mencoba menggerakkan tangan, hanya jari-jarinya yang sedikit bergerak. Ia terdiam, mencoba mengangkat kakinya tapi tak ada reaksi.
Matanya membulat, panik mulai melanda. “Kenapa... kenapa aku gak bisa gerak?” suaranya serak nyaris tak terdengar.
Suster yang melihatnya segera menghampiri. “Bu, tolong tenang ya... jangan banyak bergerak dulu. Ada cedera di tulang belakang, nanti dokter akan jelaskan.”
Lusi menatap kosong ke langit-langit ruangan. Air matanya menetes perlahan, bukan hanya karena rasa sakit, tapi karena ketakutan yang tiba-tiba menyeruak. Semua kejayaan, semua gengsi yang dulu ia banggakan, seolah hancur dalam sekejap.
Dalam kesadarannya yang perlahan pulih, wajah Aisy tiba-tiba melintas di kepalanya. Bayangan saat Aisy dengan sabar memijat kakinya dulu, saat tubuhnya lumpuh pertama kali lima tahun silam. Ia masih ingat jelas tangan lembut itu, sabar, tulus, bahkan ketika ia sering memaki dan mengusir Aisy tanpa alasan.
“Dulu kamu rawat aku kayak malaikat…” lirihnya, suara itu pecah di tenggorokan. “Tapi aku malah balas kamu dengan kebencian…”
Suster menatapnya heran, tapi tak berani menimpali. Hanya diam mendengarkan suara parau seorang ibu yang kini menanggung akibat dari kesombongannya sendiri.
Beberapa jam kemudian, dokter masuk bersama perawat. “Bu Lusi, hasil CT-scan menunjukkan ada cedera berat di tulang punggung bawah. Untuk sementara... Ibu mohon sabar ya, karena kemungkinan besar Ibu tidak bisa berjalan lagi.”
Kata-kata itu seperti petir di siang bolong. Lusi menatap langit-langit, lidahnya kelu, hatinya hancur. “Tidak bisa berjalan lagi?” gumamnya pelan, sebelum akhirnya tangis tanpa suara keluar begitu saja.
☘️☘️☘️☘️☘️
Sementara itu di luar hujan lebat, sedari sore tadi asisten rumah tangga Lusi bingung mau menghubungi Reyhan dengan cara apa, karena nomor handphone-nya tidak aktif, sementara sopir di rumah ini sedang cuti, sehingga membuat wanita paruh baya itu kebingungan sendiri.
"Ya Allah, gimana ini dari tadi sore hingga malam ponsel Pak Reyhan masih belum aktif, sedangkan Ibu Arsinta aktif tapi tidak diangkat, pesan aku pun tidak dibaca," gumam Bi Elok.
Wanita paruh baya itu masih mondar-mandir di kamarnya sementara itu hujan masih belum menunjukkan tanda-tanda terang, ditambah desisan angin yang cukup kencang dan suara guntur bergemuruh membuat dada Bi Elok semakin naik turun.
"Astaga mau keluar pun aku takut," ucapnya lalu entah kenapa bayangan wajah Bi Jum lewat begitu saja.
"Oh ya Bu Jum, aku masih menyimpan nomornya," Kali ini Elok mulai menekan nomor Bi Jum.
Satu kali dua kali tidak diangkat hingga panggilan ketiganya barulah diangkat. "Halo, suara Bi Jum terdengar lirih dari seberang sana.
"Akhirnya diangkat juga, Bi, tolong kasih tahu Pak Reyhan kalau Ibu Lusi sekarang ada di rumah sakit Bina Harapan," ucap Elok.
"Hah baiklah kalau begitu akan saya sampaikan secepatnya," sahut Bi Jum, lalu mulai mengakhiri panggilannya.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Sementara di rumah sakit Lusi dilanda Kesepian yang menggigit pelan-pelan. Dalam diam, Lusi mulai menyadari betapa kesepian adalah hukuman paling berat bagi orang yang pernah meremehkan ketulusan.
Ia menatap tangannya yang kaku, mencoba menggerakkan ujung jarinya, tapi yang terasa hanya dingin menusuk tulang.
“Ya Tuhan...” bisiknya getir, “apa ini... balasan buat aku?”
Dan tidak lama pula, dengan wajah yang begitu lusuh dan rambut yang acak-acakan Reyhan datang, dengan rasa bersalahnya karena tidak tahu sama sekali mengenai kabar ibunya.
"Mi ...," panggil Reyhan.
Lusi segera melirik ke sumber suara itu, matanya berkaca-kaca, ada sedikit rasa kecewa, kenapa disaat seperti ini keluarga tidak ada yang menengok sama sekali.
"Akhirnya kau datang, di saat ibumu berhasil melawan nyawa," sahut Lusi setengah menyindir.
Reyhan terkejut dan langsung minta maaf, karena seharian ini ia benar-benar kacau. "Maaf ya Mi, seharian ini aku fokus dengan kerjaanku," jelas Reyhan beralasan.
"Kerjaan atau masih mikirin masa lalu?" tandas Lusi.
"Mi sudah ... Reyhan sudah minta maaf, dan janji akan jaga Mami," ucap Reyhan.
"Dimana istrimu, kenapa kenapa dia tidak ikut, dimana keluarga yang lain kenapa mereka tidak ada yang datang ke sini!" geram Lusi seolah kecewa terhadap keluarga besarnya.
"Mi, di luar hujan masih lebat, aku saja hampir terjebak banjir, mungkin besok mereka sayang ke sini," sahut Reyhan.
Lusi tidak menanggapi, ia hanya bisa menghela napas dengan kasar, dan meratapi nasib yang lagi-lagi menghadapkan dirinya pada kelumpuhan.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Hujan masih mengguyur kota ini janji untuk keluar bersama akhirnya dua sejoli inj malah terjebak di kontrakan, padahal semua sudah di siapkan tapi apalah daya hujan malam ini sepertinya lagi bandel, tidak mau mengalah sedikit pun.
Kenny yang tadinya sudah bersiap mengajak Aisy dan Zea menonton film di bioskop, kini hanya bisa tersenyum pasrah. “Kayaknya hari ini kita kalah sama hujan, Dok,” ujarnya sambil menaruh dua gelas kopi di atas meja kecil ruang tamu kontrakan itu.
Aisy tertawa kecil, lalu mengambil salah satu cangkir yang mengepulkan uap hangat. “Gak apa-apa, hujan juga kan salah satu cara Tuhan nyuruh kita istirahat,” katanya, matanya menatap keluar jendela di mana butir air menetes perlahan.
Zea duduk di antara mereka sambil memainkan boneka kecilnya. “Mama Aisy, nanti kalau udah gak hujan, kita boleh nonton gak?” tanyanya polos.
Aisy menatap wajah mungil itu, tersenyum lembut. “Boleh banget, Sayang. Tapi sekarang kita nonton filmnya di sini aja, ya. Biar hemat dan gak kehujanan.”
Kenny ikut menimpali, “Setuju! Aku bawa laptop, kita bisa streaming. Lengkap, ada kopi, camilan, dan suasana hujan. Gimana, Dokter Aisy, setuju?”
Aisy tersenyum kecil. “Setuju, tapi dengan satu syarat.”
“Apa tuh?” tanya Kenny pura-pura serius.
“Yang nyeduh kopi ronde kedua kamu,” jawab Aisy sambil menahan tawa.
Kenny tertawa lepas, sementara Zea bertepuk tangan senang tanpa tahu apa yang mereka bicarakan. Suasana di kontrakan itu berubah hangat bukan karena kopi yang mengepul, tapi karena tawa yang mulai mengisi ruang kecil itu.
"Papa ... Mama Aisy," panggil anak itu.
Aisy sama Kenny tertegun, tanpa mereka sadari, tangan kecil itu mulai meraih tangan kedua orang dewasa itu untuk disatukan. "Aku ingin Mama dan Papa bersatu, seperti teman-teman Zea yang punya orang tua lengkap," pinta anak itu dengan nada polosnya.
Seketika suasana hangat berubah menjadi canggung dua-duanya menjadi salah tingkah dengan perkataan anak kecil itu.
'Ah, Sayang, ini yang Papa mau,' ucap Kenny di dalam hati.
Aisy seolah menyahutinya 'Ya Allah, kenapa disaat aku berkumpul dengan Pak Kenny dan Zea hati ini merasa nyaman, kehadiran mereka membuka diri ini merasa dicintai dan diharapkan, bukan seperti dulu ketika aku dianggap aib karena tidak bisa menjadi yang mereka inginkan,' ucap Aisy seolah menyahuti ucapan Kenny.
Bersambung ....
Beri semangat ya kak ... Untuk Aisy.
mungkin kebanyakan di manja, mkne gk bisa mandiri saat di buang Reyhan.
dulu kebanyakan party pling lihat saja gaul nya smp hamil, berarti dulu gk sekolah cm party party tok, di pikir hidup ttp mewah gk tau nya di buang.
kluargane juga bobrok anak salah mlh di dukung edan kok.
kn bgitu kemarin cari jln tp jln pintas njebak laki orang.
nikmati saja karma mu. 👍👍.
Selamat arsinta menikmati karma.
karma tak Semanis kurma.
mkne jng jd pelakor, coba kl gk ketahuan Azam anak laki lain pasti gk insaf dan bhgia di atas derita aisy.
Sekarang saja tobat krn di usir Reyhan dan hidup miskin. coba kl masih punya uang dan cantik pasti nglakor lagi. 🤣🤣🤣
contoh mulan jamila, nisya sabyan. pelakor pelakor kaya mereka bikin gedek bnget dng embel embel hijrah berharap dpt maaf.
kayak arsinta ini dng embel embel insaf berharap dpt maaf. iuhh coba kl gk ketahuan Azam bukan anak Reyhan gk akn insaf tu sundal.
sedang pelakor hamil dng penderitaan 😄🤣. itulah penjahat menang di awal kalah dan tersingkir di akhir.
puas bnget tu arsinta menderita hidupnya. biar gk jd pelakor lagi, kl dah jd pemulung dan kusut kn gk laku kl nglakor lagi.
rasakan Sekarang tiada Ampun buat pelakor nggarai tuman soale.