Seorang gadis desa pergi merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib. Gadis cantik tersebut adalah Gendhis Lestari dia berusia 19 tahun. Dia memiliki seorang adik tampan bernama Farel yang saat ini masih duduk dikelas 2 SMP. Kedua orang tuanya berkerja serabutan penghasilan tidak menentu. Saat Gendhis mengirimi lamaran kerja di situs online ke beberapa perusahaan besar meskipun bermodal ijazah SMA. Setelah 2 hari kemudian Gendhis mendapat panggilan dari pihak HRD untuk melakukan interview di perusahaan raksasa di Jakarta. Dengan bermodalkan tekat yang kuat Gendhis langsung berpamitan kepada kedua orang tuanya pak Hasan dan Bu Halimah dan adiknya Farel. Meskipun keluarganya berat melepas putri mereka pergi merantau tapi Gendhis berhasil menyakinkan kedua orang tuanya sehingga izin dari kedua orang tuanya berhasil ia kantongi. Hingga saat ini Gendhis sudah sampai di Jakarta dan sudah menyewa sebuah kamar kos kecil kos kusus untuk perempuan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ersy 07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kakak Cantik
Gendhis merasa kasihan melihat anak kecil yang tadi ia tolong sedang duduk ketakutan sambil memeluk lututnya sendiri. "Kasihan sekali pasti dia ketakutan sekali" gumam Gendhis pelan. Gendhis berjalan mendekati Rahel yang masih menunduk dengan tubuh ketakutan. "Hay adik manis, jangan takut lagi sekarang kamu sudah aman bersama kakak" ucap Gendhis memeluk tubuh mungil Rahel yang masih bergetar ketakutan. Awalnya Rahel tidak membalas pelukan Gendhis namun karena ia merasa nyaman dan aman barulah Rahel membalas pelukan Gendhis. "Terimakasih kak" bisik Rahel pelan. Gendhis mengelus punggung Rahel lalu menjawab " Iya sayang sama sama" jawab Gendhis lembut. "Jangan nangis lagi ya manis, kalau boleh tau siapa nama adek?" tanya Gendhis lembut. "Rahel kak, namaku Rahel" jawab Rahel lirih. "Nama yang cantik secantik orangnya" puji Gendhis tersenyum simpul. "Nama kakak siapa?" tanya Rahel melepas pelukannya sehingga bisa melihat wajah seseorang yang baru saja menolongnya. " Kakak cantik.." ucap Rahel tidak percaya bahwa seseorang yang menolongnya adalah kakak cantik yang beberapa kali ia temui. Gendhis mengerutkan keningnya heran "Kakak cantik.." ucap Gendhis mengulangi perkataan anak kecil didepannya. "Nama kakak, Gendhis sayang bukan kakak cantik" ucap Gendhis tersenyum simpul. "Kakak lupa sama Rahel, kita pernah bertemu beberapa kali kak" ucap Rahel menatap wajah Gendhis tersenyum bahagia karena bertemu lagi dengan seseorang yang pernah menolongnya. "Iya kah, tapi maaf kakak lupa hehehehe.." jawab Gendhis sambil nyengir lebar. "Aku Rahel anak mama Nadia" ujar Rahel antusias.
Deg..
" Maksudnya kamu nona Rahel anaknya ibu Nadia??" tanya Gendhis memastikan. "Iya kak, jangan panggil nona tapi cukup panggil aku Rahel saja" ucap Rahel. "Maaf nona, saya enggak berani lancang memanggil nama nona hanya nama saja. Jadi saya mohon nona Rahel mengerti maksud kakak" jawab Gendhis lembut. Rahel cemberut enggak suka dengan penolakan Gendhis. "Ya sudah nona ikut saya pulang ke kosan saya dulu sebentar, setelah itu saya akan mengantarkan nona pulang ke rumah nona, bagaimana??" tawar Gendhis lembut. "Kakak beneran mau ngajak Rahel main ketempat tinggal kakak??" tanya Rahel antusias. "Iya non, hanya sebentar saja. Saya mau mandi dulu dan sholat Maghrib, setelah itu saya mengantarkan nona Rahel" jawab Gendhis tersenyum simpul. "Horee akhirnya Rahel tahu tempat tinggal kakak cantik" ucap Rahel tersenyum senang meloncat kegirangan. Gendhis hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah lucu anak bosnya tersebut.
"Nona Rahel enggak apa apa kan kalau hanya naik sepeda ini??" tanya Gendhis kawatir anak bosnya menolak naik sepeda miliknya. Rahel tersenyum lebar " Wah kayaknya asyik kak, kalau main sepeda ini. Pasti seru bisa naik sepeda ini, tapi bagaimana caranya aku duduk diatasnya kak??" tanya Rahel bingung karena ini pertama kalinya ia menaiki sepeda tersebut. Gendhis yang mendengar perkataan Rahel terkekeh kecil " Caranya seperti ini nona Rahel" jawab Gendhis langsung mengangkat tubuh mungil Rahel diatas sepeda bagian belakang. "Wah kayaknya seru nih, aku sudah tidak sabar ingin segera merasakan serunya bersepeda. Ayo kak langsung jalan" ucapnya penuh semangat dengan expresi lucu. Gendhis tersenyum langsung menaiki sepedanya tidak lupa meminta Rahel memeluk pinggangnya agar tidak terjatuh. "Yeeee ..akhirnya aku bisa naik sepeda seperti ini" ucapnya girang sejak tadi senyumannya menghiasi wajah cantiknya. Tidak berapa lama mereka sudah sampai dikosannya Gendhis. "Kakak tinggal di sini??"tanya Rahel saat mereka sudah sampai didepan gerbang warna hitam kosan milik Bu Selly. "Iya non, saya tinggal disini, ayo masuk kedalam" ajak Gendhis mengandeng tangan mungil Rahel. Sepedanya sengaja ia letakkan didepan kamar kosnya, karena nanti setelah ia selesai dengan urusannya Gendhis berencana akan mengantarkan Rahel pulang ke rumahnya.
"Ayo non, silahkan masuk kedalam, maaf kosannya sempit dan kecil" ucap Gendhis mempersilahkan Rahel masuk kedalam kamar kosnya. Rahel masuk kedalam dengan sopan, tidak lupa ia melepas sendalnya. Meskipun ia masih kecil tapi kedua orang tuanya sudah mengajarkan etika dan sopan santun saat bertamu ke rumah orang. Tidak heran meskipun ia masih kecil sudah mengerti sopan santun saat bertamu. Rahel duduk di karpet sempit yang ada dikosan Gendhis, meskipun Gendhis sudah memintanya duduk diatas kasur namun Rahel menolak dengan sopan " Rahel duduk disini saja kak" tolaknya halus. Gendhis kagum dengan tingkah laku Rahel yang begitu sopan saat bertamu ke tempat orang. "Yaudah Kalak tinggal mandi sebentar ya non, setelah sholat kakak akan mengantar nona pulang" ucap Gendhis sebelum pergi ke kamar mandi yang berada diluar tidak lupa ia membawa baju ganti. "Iya kak" jawab Rahel.
"Setelah 10 menit kemudian Gendhis baru selesai mandi dan sudah berganti baju santai. Tanpa terasa Azan magrib sudah terdengar merdu, Gendhis langsung pergi mengambil air wudhu. Setelah selesai wudhu Gendhis langsung menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Rahel menunggu Gendhis dengan sabar, bahkan Rahel diam diam melihat gerakan sholat yang dilakukan Gendhis. Setelah beberapa menit kemudian Gendhis sudah selesai sholat magrib, Gendhis mengambil jaket miliknya di pakaikan ke Rahel. "Maaf nona Rahel, diluaran mulai dingin jadi nona pakai jaket kakak enggak apa apa kan?, kakak takut non Rahel kedinginan" ucap Gendhis seraya memakaikan jaket miliknya ditubuh mungil Rahel yang terlihat kebesaran saat memakai jaket miliknya. "Terimakasih kak" ucap Rahel tersenyum manis. " Iya non sama sama" jawab Gendhis tersenyum lembut. Setelah itu Gendhis langsung mengajak Rahel pergi tidak lupa mengunci kosnya.
"Loh Gendhis itu anak siapa??"tanya Fita penasaran saat melihat tetangga kosnya menggandeng anak kecil sangat cantik. "Oh ini anak temenku Fit, tadi mamanya menitipkan ke aku sebentar sekarang mau aku antarkan pulang kerumahnya" jawab Gendhis berbohong ia tidak ingin menceritakan kejadian sebenarnya. "Oh gitu, ngomong ngomong wajahnya cantik banget dan menggemaskan sekali" ucap Fita terpesona melihat wajah ayu Rahel. Meskipun Rahel masih kecil tapi kecantikannya sudah terpancar begitu menarik perhatian semua orang. " Iya Fit, mamanya sangat cantik, jadi tidak heran kalau anaknya menurun kecantikan orang tuanya" jawab Gendhis tersenyum. "Yaudah Fit, aku pergi dulu mau mengantar dia pulang keburu malam nanti" ucap Gendhis langsung menggandeng tangan mungil Rahel.
Gendhis mengajak Rahel naik taxi, sebenarnya Gendhis bingung. Awalnya ia akan mengantarkan Rahel naik sepeda miliknya namun ia tidak tau seberapa jauh rumah bosnya. Gendhis tidak tega membawa anak bosnya menaiki sepedanya yang pastinya sangat melelahkan sekali. Mau naik angkot pasti harus oper kendaraan lagi, kasihan sepertinya Rahel terlihat lelah namun anak kecil tersebut hanya diam tidak mengeluh sana sekali. "Non Rahel mau makan dulu?, maaf tadi dikos kakak enggak ada makanan sama sekali selain sebungkus roti tadi" ucap Gendhis merasa bersalah. Rahel tersenyum lalu menggenggam tangan Gendhis, lalu menjawab" Enggak apa apa kak, justru Rahel mau minta maaf karena merepotkan kakak cantik" jawab Rahel bijak tersenyum manis. Gendhis tersenyum mendengar jawaban Rahel, Gendhis kagum dengan sikap dewasa Rahel meskipun ia masih kecil. Setelah menempuh perjalanan hampir 40 menit, akhirnya taxi yang mereka tumpangi sudah sampai didepan gerbang tinggi rumah Rahel. Setelah membayar taxi, Rahel langsung menggandeng tangan Rahel. Gendhis begitu kagum saat melihat rumah megah Rahel "Busyeeet gede banget rumahnya, kira kira butuh berapa banyak uang ya untuk memiliki rumah sebesar ini" batin Gendhis takjub melihat rumah megah didepannya. Tiba tiba seorang satpam menghampiri Gendhis" Mau cari siapa mbak??" tanya satpam penjaga sopan. Sebelum Gendhis menjawab pertanyaan satpam tersebut tiba tiba Rahel menyahut "Pak Firman tolong buka gerbangnya" ucap Rahel yang sudah berdiri didepan Gendhis. Pak Firman yang melihat nona mudanya langsung terkejut " Ya Allah non Rahel, ini beneran non Rahel" ucap pak Firman heboh sekaligus senang sekali saat melihat nona mudanya sudah pulang. Pak Firman langsung membuka pintu gerbang selebar mungkin mempersilahkan nona mudanya masuk diikuti Gendhis dibelakangnya. Namun sebelum sampai didepan teras rumahnya Gendhis berkata " Non maaf kakak hanya bisa mengantarkan kamu sampai sini, sekarang kamu masuklah kedalam bertemu dengan keluargamu, kakak langsung pamit pulang" ucap Gendhis berdiri tidak jauh dari Rahel. "No, kakak harus ikut masuk kedalam rumah, bertemu dengan mama dan papa didalam. Pasti mereka senang bertemu dengan kakak cantik" tolak Rahel langsung menarik tangan Gendhis kedalam rumah. Setelah didepan pintu, Rahel langsung mengetuk pintu rumahnya.
"Tok tok tok..." tak lama pintu langsung dibuka dari dalam dan ternyata seorang wanita paruh baya yang bekerja dirumah Rahel. "Ya Allah non Rahel" pekik nik Surti kaget saat melihat nona mudanya sudah pulang. Alandra dan Nadia yang kebetulan baru selesai sholat isya' samar samar mendengar bik Surti memanggil namanya putri mereka. Nadia yang sejak tadi begitu sedih kehilangan anaknya, langsung berjalan ke ruang tamu diikuti suaminya. Nadia langsung menangis haru saat melihat putrinya pulang dengan keadaan baik baik saja " Rahel anakku" pekik Nadia begitu bahagia saat melihat putrinya sudah pulang. Nadia berjalan dengan hati hati karena perutnya sudah mulai membesar. Rahel langsung memeluk mamanya tangis haru mereka terdengar mengharukan. Gendhis dan bik Surti ikut menangis haru melihat ibu dan anak akhirnya bertemu kembali. Alandra pun langsung memeluk putri dan istrinya, ia sampai meneteskan air mata sangking bahagianya akhirnya putrinya pulang dengan selamat. "Ya Allah terimakasih telah mengembalikan putri kami" ucap Alandra menangis haru ia berulang kali mencium kening putrinya. "Nak kamu enggak apa apa kan, ada yang luka nggak??" tanya Nadia memeriksa seluruh badan anaknya yang masih memakai jaket Gendhis. "Rahel enggak kenapa napa ma, pa, ini semua berkat pertolongan kakak cantik" jawab Rahel tersenyum manis. "Kakak cantik" ucap Alandra dan Nadia mereka berdua saling pandang. "Kakak cantik siapa nak??" tanya Nadia lembut. "Itu kakak cantik yang Rahel maksud" jawab Rahel seraya menunjuk Gendhis yang masih berdiri diambang pintu. Semua mata tertuju padanya, Gendhis langsung menundukkan kepalanya karena malu ditatap begitu intens oleh mereka.
"Gendhis, kamu Gendhis kan??" tanya Nadia memastikan, karena Nadia masih ingat dengan wajah Gendhis seseorang yang pernah menolongnya pas dikantor. "I.. iya nyonya" jawab Gendhis terbata bata. Tanpa diduga Nadia langsung memeluk erat Gendhis "Terimakasih Gendhis, lagi lagi kamu yang sudah menolong anak saya. Aku berhutang nyawa padamu Gendhis, sekali lagi terimakasih atas pertolonganmu. Sebagai gantinya aku kabulkan permintaanmu apapun itu" ucap Nadia tersenyum lembut. "Eng... nggak usah nyonya, saya ikhlas menolong nona Rahel. Bagi saya yang terpenting nona Rahel sudah bisa berkumpul dengan keluarganya itu sudah lebih dari cukup, kalau begitu saya mohon pamit pulang nyonya, tuan, permisi assalamualaikum..." ucap Gendhis langsung pamit pulang. "Menginap lah disini Gendhis, kita makan malam bersama" ajak Nadia lembut namun ada nada penuh harap. "Kakak cantik, Rahel mohon menginap disini ya Rahel ingin tidur bareng sama kakak cantik" Rahel mengatupkan kedua tangannya didepan dada dengan tatapan mata penuh harap. Gendhis yang tidak tega menolak ajakan Rahel, akhirnya mengangguk pelan. Rahel langsung tersenyum senang dan memeluk erat Gendhis. Nadia dan Alandra ikut tersenyum melihat putrinya bahagia.