Aurelia Valenza, pewaris tunggal keluarga kaya raya yang hidupnya selalu dipenuhi kemewahan dan sorotan publik. Di balik wajah cantik dan senyuman anggunnya, ia menyimpan sifat dingin dan kejam, tak segan menghancurkan siapa pun yang berani menghalangi jalannya.
Sementara itu, Leonardo Alvarone, mafia berdarah dingin yang namanya ditakuti di seluruh dunia. Setiap langkahnya dipenuhi darah dan rahasia kelam, menjadikannya pria yang tak bisa disentuh oleh hukum maupun musuh-musuhnya.
Takdir mempertemukan mereka lewat sebuah perjodohan yang diatur kakek mereka demi menyatukan dua dinasti besar. Namun, apa jadinya ketika seorang wanita kejam harus berdampingan dengan pria yang lebih kejam darinya? Apakah pernikahan ini akan menciptakan kerajaan yang tak terkalahkan, atau justru menyalakan bara perang yang membakar hati mereka sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naelong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dario Elvano
Aurel berbisik pelan pada Leo, “Siapa dia?”
Leo menegakkan bahunya, matanya menyipit tajam. “Dario Elvano, ketua gang dragon. ”
Nama itu saja sudah cukup membuat beberapa orang di sekitar mereka menelan ludah. Dario adalah pemimpin sindikat gelap yang menjadi saingan berat Leonardo sejak lama.
Bisik-bisik kembali terdengar.
“Elvano? Bukankah itu keluarga mafia tua dari Prancis Selatan?”
“Dia baru saja muncul kembali setelah bertahun-tahun menghilang…”
MC melanjutkan, “Dua miliar pertama, Dua miliar kedua! Apakah ada yang ingin menawar lebih tinggi?”
Aurel menatap jam saku di panggung. Wajah kakeknya melintas dalam ingatan. Ia tak boleh kalah.
Aurel tidak mundur. Ia mengangkat tangannya lagi. “Tiga miliar.”
Sorakan dan decak kagum terdengar dari tamu-tamu.
MC hampir memukul palu, namun lagi-lagi Dario bersuara, kali ini dengan nada mengejek.
“Empat miliar.”
Aurel menoleh ke arah Leo, sedikit menantang. “Kamu akan diam saja kak Leo?”
Leo hanya tersenyum tipis, lalu mengangkat tangannya dengan tenang.
“Sepuluh miliar.”
Ruangan langsung terdiam.
Beberapa orang hampir tersedak minuman mereka. Bahkan MC tertegun beberapa detik sebelum akhirnya bersuara, terbata-bata,
“Sep… sepuluh miliar pertama… sepuluh miliar kedua… sepuluh miliar ketiga! Terjual kepada Tuan Leonardo Alvar0ne!”
Palu diketukkan keras, menandai kemenangan mutlak.
Aurel menoleh pada suaminya dan tersenyum kecil, senyum yang jarang muncul di wajahnya yang biasanya dingin.
“Suamiku memang hebat,” bisiknya lembut.
Leo hanya mengangkat alis, bibirnya terangkat sedikit. “Untuk istriku, tak ada harga yang terlalu tinggi.”
Namun, kesenangan mereka tidak berlangsung lama. Dario berjalan mendekat, langkahnya mantap dan tatapannya menusuk. Ia berhenti tepat di depan Leo, wajahnya mendekat beberapa inci saja.
“Leonardo Alvar0ne,” suaranya pelan namun penuh ancaman, “tunggu pembalasanku. Ini belum selesai.”
Leo menatapnya datar tanpa sedikit pun bergeming. “Silakan, Dario. Tapi seperti biasa, kamu tidak akan pernah menang dariku.”
Dario mengepalkan tangannya kuat-kuat, urat di pelipisnya menonjol. Ia menatap Aurel sekilas ada kekaguman sekaligus kebencian di sana sebelum akhirnya berbalik dan pergi meninggalkan ruangan dengan langkah marah.
MC menyerahkan jam saku antik itu kepada Aurel dengan tangan sedikit gemetar. “Selamat, Nyonya Alvar0ne.”
Aurel menerima jam itu dengan senyum lembut. Ia menatap ukiran elang di sisi jam, jantungnya berdebar pelan antara bahagia dan lega.
“Kakek akan menyukai ini…” gumamnya.
Leo menatapnya dari samping, diam-diam menikmati senyum hangat yang jarang muncul di wajah istrinya. “Sudah puas sekarang?”
Aurel menatapnya sebentar, lalu menjawab dengan nada menggoda, “Mungkin sedikit. Tapi lihat saja, nanti aku bisa menawar lebih tinggi darimu.”
Leo terkekeh rendah. “Kamu tidak akan pernah bisa mengalahkanku dalam hal itu, istriku.”
Aurel meliriknya sambil tersenyum manis, “Oh, kita lihat nanti, suamiku.”
Mereka berjalan keluar ruangan lelang, tangan Aurel menggenggam jam saku itu erat-erat sementara tangan Leo dengan lembut memegang punggung istrinya, menuntunnya ke arah mobil hitam mereka.
Aurel menatap jamnya sebentar sebelum mengangguk pelan. “Kakek akan tahu betapa aku menghargai masa lalunya. Jam ini bukan hanya barang antik, tapi kenangan.”
Leo hanya bergumam pelan, “Menarik.”
Ia menatap pantulan wajah istrinya di kaca yang lemah lembut dan manja tapi di balik kemanjaannya terdapat darah mafia
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara itu, di kejauhan, Dario Elvano berdiri di balkon lantai atas bangunan lelang, menatap mobil mereka menjauh dengan tatapan gelap.
Ia menggenggam cincin di jarinya erat-erat. “Kau boleh menang kali ini, Leonardo,” bisiknya penuh dendam. “Tapi aku bersumpah, akan ada hari di mana segalanya berbalik. Bahkan wanita itu… akan aku rebut darimu.”
Bersambung.......
sebaiknya di apain tuh org kaya si Bianca 🤔
di bunuh/di siksa secara perlahan-lahan
king mafia dan Queen mafia,