Ketika Liora terjebak dalam malam penuh kesialan, ia tak pernah menyangka hidupnya akan berubah selamanya setelah bertemu Felix Dawson, Sang CEO yang dingin sekaligus memikat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourhendr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Keluarga Felix
"Liora?" Felix yang baru saja masuk ke dalam ruang kerjanya, cukup terkejut melihat Liora berada di ruang kerjanya. Pria itu sedikit tak mengira kalau Liora ada di ruang kerjanya.
"Rose sudah tahu." Liora bangkit berdiri, mendekat ke arah Felix, dan memberikan pelukan pada pria itu.
"Sudah tahu apa?" tanya Felix tak mengerti, tapi dia tetap membalas pelukan Liora.
Liora mendongakan kepalanya, menatap Felix. "Tadi malam saat kita makan di restoran, ternyata Rose melihat kita."
"Lalu?" Felix membelai pipi Liora.
Liora mendesah panjang. "Lalu akhirnya aku memberi tahu Rose tentang hubungan kita. Aku sudah berusaha menutupi, tapi Rose mendesakku untuk bercerita. Jadi terpaksa aku bercerita tentang hubungan kita." Bibir Liora sedikit tertekuk.
Felix mengangkat tubuh Liora, mendudukannya ke atas mejanya, dan merapatkan tubuhnya ke tubuh wanita itu. "Apa kau kesal karena Rose tahu tentang hubungan kita?" ujarnya bertanya.
Liora menggelengkan kepalanya sambil melingkarkan tangan ke leher Felix. "Aku bukan kesal karena Rose tahu, tapi—"
"Tapi apa, hm?" Felix mengecup bibir Liora.
"Tapi aku takut orang berpikir kalau aku hanya memanfaatkanmu, Felix. Posisinya aku ini hanya stafmu. Sedangkan kau pemilik perusahaan di mana aku bekerja. Orang akan berpikir kalau aku hanya mengincar hartamu saja," jawab Liora dengan wajah lesu.
Hal yang paling Liora hindari adalah orang berpikir negatif. Menjadi kekasih Felix Dawson merupakan hal yang terberat. Akan banyak orang berpikir kalau Liora hanyalah memanfaatkan Felix saja.
Liora sangat menyadari posisinya yang hanyalah karyawan Felix. Sekalipun dia memiliki jabatan cukup penting di perusahaan, tapi jika dibandingkan dengan Felix, maka dirinya hanyalah seperti butiran debu.
Felix menjumpat rambut panjang Liora ke belakang telinga wanita itu. "Kenapa kau harus memikirkan ucapan orang lain, Liora? Aku saja tidak pernah berpikir kau akan memanfaatkanku."
"Felix—"
"Liora, kau hanya memiliki kedua tangan. Kau tidak bisa menutup mulut semua orang yang berbicara buruk tentangmu. Yang kau bisa lakukan adalah menutup kedua telingamu sendiri. Tidak perlu dengarkan orang lain yang berbicara buruk. Karena aku tidak pernah menilaimu buruk. Aku tidak bodoh. Aku bisa menilai sendiri siapa dirimu. Aku mohon, jangan dengarkan ucapan negatif di luar sana. Aku juga tidak mungkin hanya diam ketika ada yang berbicara negatif tentangmu. Kau percaya padaku, 'kan?" Felix langsung memotong ucapan Liora. Pria itu menangkup kedua pipi Liora, mencium dan melumat lembut bibir wanita itu.
Liora tersenyum mendengar apa yang Felix katakan. Ya, perkataan Felix sukses membuat hati Liora menjadi jauh lebih tenang. Pun perkataan Felix berhasil membuat rasa takut dan khawatir dalam diri Liora mulai terkikis.
"Tentu aku percaya padamu, Felix," jawab Liora lembut.
Felix menyapukan hidungnya ke hidung Liora. "Aku senang Rose sudah tahu tentang kita."
"Kenapa kau senang Rose tahu tentang kita?" Mata Liora menyipit bingung mendengar apa yang Felix katakan padanya.
"Karena kalau Rose tiba-tiba datang ke apartemenmu, dan aku sedang berada di sana, kau tidak perlu lagi memintaku bersembunyi di lemari." Felix menyentil pelan kening Liora.
Liora mengulum senyumannya mendengar ucapan Felix. Ingatannya teringat akan kejadian waktu itu. Kejadian di mana Felix bersembunyi ke dalam lemari saat Rose datang. Saat itu Liora panik. Tak ada tempat lain untuk bersembunyi. Itu kenapa dia meminta Felix bersembunyi di dalam lemari. Sungguh, jika mengingat itu semua membuat Liora rasanya ingin tertawa.
Liora menciumi rahang Felix. "Tenang saja, kalau Rose datang saat kau sedang di apartemenku, aku tidak akan lagi memintamu bersembunyi di dalam lemari. Tapi, kalau temanku yang lain datang, baru aku memintamu bersembunyi di dalam lemari."
Felix langsung menepuk pantat Liora saat mendengar ucapan wanita itu.
"Aw, Felix sakit. Kenapa kau memukul pantatku?" seru Liora kesal pada Felix.
"Aku tidak mau bersembunyi di lemari lagi." Felix menggigit pelan bibir Liora. "Jika kau memintaku bersembunyi di lemari lagi, aku akan memberikanmu hukuman."
"Hukuman apa?" tanya Liora pelan dan polos.
"Kau ingin tahu hukuman apa, hm?" bisik Felix.
"Hukuman apa yang kau maksud, Felix? Kau membuatku bingung saja," gumam Liora.
Felix tersenyum samar melihat wajah bingung Liora. Detik selanjutnya, pria itu membuka kancing kemeja Liora, menurunkan cup bra wanita itu—hingga kedua dadanya menyembul ke luar. Tampak Liora terkejut akan tindakan Felix.
"Felix, apa yang akh—" Liora menjerit saat jemari Felix membelai dadanya. Rasa geli bercampur nikmat membuat bulu kuduk Liora merinding dan kewanitaannya berkedut.
"Dadaku selalu keras setiap aku menyentuhnya," bisik Felix serak, lalu pria itu mulai mengisap dada kanan Liora—dan jemarinya membelai dada kiri Liora.
"Ahhh! Felix!" Liora menggigit bibir bawahnya sambil menjambak pelan rambut Felix. Mulut hangat Felix begitu memanjakan dadanya. Sungguh, rasanya ini terlalu nikmat—dan membuat Liora sama sekali tidak bisa berhenti meloloskan desahan merdu.
Felix mengisap dada Liora bergantian, meninggalkan banyak jejak kemerahan di dada wanita itu. Tanda kepemilikan yang selalu Felix tinggalkan di tubuh indah Liora setiap kali melakukan pergulatan panas.
Lidah Felix menjulur, membelai ujung dada Liora. Erangan demi erangan tak henti-hentinya lolos di bibir wanita itu. Malah sekarang Liora membusungkan dadanya sambil menekan kepala Felix. Tindakan Liora seolah menandakan bahwa wanita itu tidak ingin menghentikan permainan panas yang telah tercipta.
Felix melepaskan kulumannya, menyejajarkan wajahnya ke wajah Liora—yang sudah memerah akibat api gairah yang sudah membakar wanita itu.
"Sepertinya kau menyukai hukuman ini," bisiknya sambil mencubit dada kiri Liora.
Liora meringis bercampur desahan. "Felix, kau nakal sekali."
Felix terkekeh rendah sambil menciumi bibir Liora. "You're so fucking hot, Liora."
Pipi Liora merona malu mendengar ucapan Felix.
Gaun berwarna emerald membalut indah tubuh Liora. Rambut terjuntai ke belakang menutupi punggung telanjangnya. Riasan make up bold menyempurnakan penampilan wanita itu.
Malam ini adalah waktu di mana Liora menemani Felix ke keluarga pria itu. Kalau boleh jujur, Liora sangat malu bertemu dengan keluarga besar Felix. Banyak ketakutan muncul, tapi dia tetap berusaha untuk tenang dan menepis rasa takut itu.
Liora tidak ingin membuat Felix kecewa. Pria itu bahkan sampai membelikan gaun indah untuk Liora pakai. Harus Liora akui, bahwa dirinya serasa dijadikan ratu setiap kali berada di sisi Felix.
Selama ini, belum pernah Liora diperlakukan secara istimewa. Hanya Felix yang membuat hati Liora bergetar. Dulu saja, ketika Liora menjalin hubungan dengan Kevin—dia tak pernah diperlakukan seistimewa sekarang. Sungguh, Liora sangat beruntung memiliki Felix di hidupnya.
"Liora, kau sudah siap?" Felix melangkah masuk ke dalam kamar, menatap terpaku penampilan Liora yang begitu cantik.
Liora mengalihkan pandangannya, menatap Felix. "Sudah, aku sudah siap."
Felix masih bergeming di tempatnya, menatap Liora penuh dengan tatapan memuja. Penampilan Liora malam ini begitu cantik dan sempurna. Gaun yang dirinya beli sangat cocok dan pas dipakai Liora.
"Felix? Apa gaun ini tidak bagus untukku?" tanya Liora pelan. Dia bingung karena Felix sejak tadi hanya diam, dan terus menatapnya.
Felix melangkah mendekat ke arah Liora, dan melingkarkan tangannya ke pinggang Liora sambil menciumi leher wanita itu. "Kau sangat cantik. Gaun ini sangat cocok di tubuhmu."
Liora tersenyum malu mendengar pujian dari Felix.
Felix membelai pipi Liora. "Kalau saja ini bukan acara penting, aku lebih memilih untuk mengurungmu di kamar."
Liora memukul pelan lengan kekar Felix. "Felix, kau ini menyebalkan sekali. Aku sudah berhias seperti ini, tapi malah kau ingin mengurungku di kamar."
Felix tertawa pelan sambil menciumi gemas bibir Liora. "Alright, kita berangkat sekarang." Lalu, dia mengulurkan tangannya ke hadapan Liora—tentu Liora segera menyambut uluran tangan Felix. Detik selanjutnya, Felix membawa pergi Liora meninggalkan kamar—menuju ke mobilnya yang sudah siap di lobi apartemen Liora.
Sepanjang jalan, Liora melihat keindahan malam. Langit begitu cerah. Bulan dan bintang menjadi penghias yang begitu memukau. Dalam diam, sebenarnya hati Liora sedikit gelisah. Tetapi, dia berusaha sekeras mungkin untuk menutupi kegelisahannya.
"Hm, Felix," panggil Liora pelan.
"Ada apa?" Felix melirik Liora sekilas seraya membelai pipi wanita itu.
"Ibumu kan tahu aku ini stafmu. Dia sudah pernah datang ke kantor dan sudah pernah melihatku. Bagaimana kalau nanti ibumu marah atau tidak suka padaku?" ujar Liora pelan. Tak dipungkiri, kekhawatiran akan ibu Felix sangat membuat hatinya menjadi cemas dan juga takut.
"Tidak usah berpikir macam-macam. Ibuku memang keras, tapi sebenarnya dia baik," balas Felix hangat.
Liora mengangguk pelan merespons ucapan Felix. Kata-kata Felix sedikit membuat hati Liora jauh lebih baik. Meski masih takut dan cemas, tapi jauh lebih bisa teratasi.
Tak selang lama, mobil yang dilajukan Felix mulai memasuki rumah keluarga pria itu. Acara pertemuan keluarga untuk perkenalan calon suami Maggie memang diadakan di rumah keluarga Felix.
Tampak Liora sedikit menggigit bibir bawahnya, dan menatap kagum mansion keluarga Felix. Di hadapan Liora ini bukanlah sebuah mansion biasa, melainkan sebuah istana megah yang pastinya ditempati oleh para raja dan ratu.
Lihat saja begitu banyak penjaga yang kini sudah membungkukkan badan—menyambut kedatangannya dengan Felix. Sungguh, Liora seperti menjadi seorang Cinderella yang bertemu dengan seorang pangeran.
Felix memarkirkan mobilnya, mengajak Liora turun, dan segera membawa Liora masuk ke dalam rumah. Beberapa pelayan dan penjaga menyapa Felix dan Liora. Tentunya, Liora membalas sapaan itu dengan senyuman sopan di wajahnya.
Felix memeluk pinggang Liora—membawa wanita itu menuju ke aula besar di mansion keluarganya. Tanpa harus bertanya, dia sudah tahu di mana tempat berkumpul seluruh keluarga besarnya.
"Felix?" Bella terkejut melihat putranya datang bersama dengan seorang wanita.
"Felix, kau datang bersama siapa?" Yosef—ayah Felix—juga terkejut melihat putra tunggalnya datang bersama dengan seorang wanita cantik.
"Hai, Mom, Dad," sapa Felix singkat.
Bella mencium pipi Felix, dan menatap lekat Liora dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Felix, siapa wanita ini? Mommy seperti tidak asing melihat wajahnya."
"Paman, Bibi, selamat malam." Liora menyapa sopan kedua orang tua Felix.
Yosef tersenyum merespons sapaan Liora, tapi sayangnya Bella bersikap dingin dan tak acuh pada Liora. Tatapan Bella seakan sinis dan merendahkan.
"Dia Liora Jolie kekasihku," balas Felix datar dan penuh wibawa. "Liora, di hadapanmu adalah kedua orang tuaku." Pria itu menyambungkan ucapannya, memperkenalkan kedua orang tuanya pada Liora.
Liora terus melukiskan senyuman di wajahnya, menatap penuh sopan kedua orang tua Liora.
"Felix—" Bella hendak kembali berucap, tapi Yosef memberikan tatapan dingin pada Bella, meminta Bella untuk menjaga sikapnya. Pasalnya, Bella sudah menunjukkan ingin menginterogasi Felix. Padahal posisinya berada di tengah-tengah pesta.
Tak ada yang bisa dilakukan Bella. Wanita paruh baya itu hanya berdecak kesal saat mendapatkan larangan dari suaminya. Lidahnya sudah tak sabar mengajukan rentetan pertanyaan. Tapi, sayangnya semua harus tertunda, karena suaminya tidak memberikannya izin mengajukan pertanyaan interogasi pada Felix di tengah-tengah pesta.
Tatapan semua orang teralih pada pasangan yang baru saja datang. Refleks, Liora dan Felix juga turut mengalihkan pandangan mereka, menatap pasangan yang baru saja datang.
Namun ... seketika tubuh Liora menegang. Manik mata abu-abu wanita itu memancarkan jelas keterkejutannya melihat sosok pria yang baru saja datang bersama dengan seorang wanita cantik.
Jantung Liora berdebar kencang. Tangannya mulai berkeringat dingin. Semua perasaan yang dia rasakan saat ini, begitu campur aduk. Berkali-kali, Liora menggelengkan kepalanya, meyakinkan bahwa apa yang dia lihat ini salah.
Tapi tidak, yang Liora lihat ini sangat jelas di indra penglihatannya. Wanita itu tidak mungkin salah mengenali seseorang yang telah menorehkan luka mendalam di hatinya.
"K-Kevin?"
mampir karna nama PM sama kayak nama di cs aku Felix & Leora (Saudara kandung)/Sob//Sob/
lah disini malah nikah