Elora Thomas Blossom, merupakan seorang gadis cantik yang sangat Malang, Ia hidup dalam sebuah tekanan yang terus membuatnya sedih. Perceraian kedua orang tuanya sendari kecil, serta mendapat Ibu tiri yang sangat kejam, membuat hidupnya sangat pilu. Ditambah lagi ayah kandungnya sendiri yang tidak pernah menganggapnya, dan hanya menyayangi saudari tirinya saja.
Ia memiliki seorang kekasih yang sangat ia sayangi, mereka akan segera melangsungkan pernikahan. Namun Elora tidak tau mengapa, kekasih yang akan menikahinya itu tiba-tiba membatalkan pernikahannya secara sepihak. Hal itu mampu membuat Elora tambah tersiksa, Ia terus dicaci maki oleh keluarganya.
Sampai akhirnya Ia tidak
Menyangka bertemu seorang CEO yang sangat angkuh, karena Ia telah menolong Ibu sang CEO.
Karena kebaikanya itu, Ibu sang CEO memaksa putranya untuk menikahi gadis itu disaat mereka berdua belum saling mengenal dan saling mencintai.
Dengan terpaksa Elora mau menikah dengan CEO itu dengan tujuan suapaya Ia bisa keluar dari keluarga yang terus menyakitinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kadek Widianingsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31. Masih Ada Rasa
“Aku tidak terima!” Elora menaiki Taxi dengan mata yang perih. Gadis itu sangat tidak Ikhlas dengan Xander yang telah berani memperawani bibirnya tanpa meminta izinnya terlebih dahulu.
“Maaf nona, apa anda ada masalah?” Tanya sopir taxi yang sedikit Iba dengan Elora yang masih menangis sesenggukan.
Gadis itu buru-buru mengusap air matanya dengan kedua tangannya.
“Tidak!, saya sedang baik-baik saja. Tolong antarkan saya dengan cepat ke rumah sakit di jalan M”
“Baik Nona, sebaiknya anda menghapus air mata anda, jika anda menangis hanya karena seorang Pria” Ujarnya.
Elora hanya diam, tidak menjawab apapun dari ucapan sopir taxi itu. Tidak mungkin dirinya akan menceritakan hal konyol mengenai suaminya yang telah mencium dirinya, dan membuatnya menangis seperti Ia telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga.
Tak lama kemudian, taxi yang ditumpangi oleh Elora telah sampai di depan rumah sakit tempat Zein dirawat. Ia bergegas turun berjalan dengan langkah gontai tak sabar untuk menemui pria itu.
“Nona Elora” Sapa Dokter Jack dengan senyum hangatnya, Ia nampak senang dengan kehadiran Elora disana.
“Hallo dok, apa boleh saya masuk?” Tanya Elora
“Tentu saja boleh Nona, di dalam sedang ada Nona Ema, Ia juga sangat sering kemari untuk menemani Tuan Muda Zein”
“Ema?”
Dengan langkah yang sedikit ragu Elora memutuskan untuk masuk ke dalam, Rasa cemburu yang ada dibenaknya begitu berkecambuk ketika Dokter Jack mengatakan ada seorang Ema di dalam. Gadis itu masih belum menjawab pertayaan Elora tempo hari lalu mengenai perasaannya pada Zein. Jujur saja hati Elora begitu serakah, meski Ia sudah menikah, Ia sangat tidak ingin ada wanita lain yang menepati posisinya di hati Pria itu.
Ceklek
Pintu terbuka, ruangan dingin itu menyambut Elora dengan tatapan sahabatnya yang seperti tidak suka, Ema sedikit kaget dengan kedatangan Elora yang secara tiba-tiba disana.
“Elora, kau datang?” Gadis itu mengalihkan tatapannya pada Elora yang masih berdiri mematung di depan pintu.
“Iya Ema, aku sangat senang bisa bertemu denganmu lagi” Senyum simpul begitu menghiasi wajahnya, perlahan menghampiri Zein dan berdiri disisi kanan Pria itu berbaring.
“Bagaimana kau bisa datang tanpa menunjukkan rasa sakit sedikitpun?” Kedua netra mereka saling menatap, mereka yang dulunya merupakan seorang sahabat kini nampak sangat dingin dengan sorot mata mereka yang sulit diartikan.
“Apa kau tidak suka dengan kehadiranku Ema?. Kau belum menjawab pertanyaanku waktu itu”
Elora semakin menghunuskan pedangnya pada gadis yang ada di depannya. Apa karena sebuah perasaan yang terpendam membuat Ema seperti memusuhi Elora yang sangat baik padanya?.
Hati gadis itu sudah dicuci oleh perasaan iri yang kerap menyelimuti hatinya, bagaimana tidak, Zein Immanuel yang merupakan kekasih Elora merupakan Pria yang Ia sukai. Gadis itu sangat tidak suka jika Pria itu hanya mengagung-agungkan Elora di depannya, hal itu mampu membuat hatinya begitu sakit.
“Jika aku mencintai Zein, apa kau akan mengiklaskan sahabatmu ini bersatu dengan mantan kekasihmu?” Ema memberikan pertanyaan yang begitu sulit untuk Elora. Gadis itu hanya terdiam dengan bibir yang membisu.
“Kenapa, kau belum ikhlas? Aku baru tahu sahabatku yang sangat baik ini sangat serakah dengan seorang Pria. Suamimu itu sangat jauh di atas mantan kekasihmu yang tengah terbaring lemah di hadapanmu ini” Ema bangkit dari duduknya dan menghampiri Elora yang berada di depannya dengn senyum tipisnya yang mengembang.
Kini posisi mereka berdua sama-sama berada di samping tempat Zein berbaring.
Hati gadis itu sungguh terisak setelah mengetahui Ema sahabatnya tidak sebaik yang Ia pikirkan.
“Sudahlah Elora, apa susahnya kau mengiklaskan Zein untukku. Kau tidak tau bagaimana rasa sakit yang menusuk hatiku ketika melihatmu terlalu mesra dengan Pria yang aku sukai. Aku tidak ikhlas dengan perasaan Zein yang masih membara ketika mengetahui kau akan menikah. Apa kau tidak sedikitpun memikirkan perasaanku ini?” Dengan bibir yang bergetar hebat serta air mata yang berlinang, gadis itu dengan berani memaparkan seluruh perasaannya pada Elora.
“Tidak Ema! Aku masih sangat mencintai Zein”
“Dasar egois, tidakkah kau sadar Zein seperti ini karena sakit hati akan pernikahanmu itu”
Berkali-kali gadis itu ditampar oleh ucapan yang menohok seperti itu. Mungkin Ia tidak akan mau menikah dengan Xander jika harus ada Zein yang menderita. Tapi Ia juga sama sekali tidak bahagia atas pernikahan terpaksa yang sudah dilangsungkan itu.
Kepala gadis itu hampir pecah dengan hal rumit yang begitu menyayat hatinya. Mengapa harus Ema yang mencintai Zein. Tidak ada lagikah Pria lain yang Ia cintai selain Zein.
“Dasar gadis sialan, ternyata dia masih sangat mencintai mantan kekasihnya”
Tanpa mereka sadari, Xander telah berdiri sejak tadi di dekat jendela ruangan Zein. Pria itu memincingkan matanya menatap tajam ke arah Istrinya yang ada di dalam sana. Ia bisa mendengar dengan jelas kata-kata yang keluar dari bibir Elora yang sangat spontan bisa membuat hantinya mencelus.
Sejak tadi Xander sudah diam-diam mengikuti Elora yang pergi tanpa izinya seusai insiden yang konyol itu.
“Hey apa yang kau lakukan?”
Xander yang masih mengintip dari jendela ruangan itu kaget dengan kedatangan pasangan suami istri yang seperti sebaya dengan orang tuanya. Mereka adalah David dan Bella, mereka baru bisa mengunjungi putranya setelah kepulangannya dari luar negeri untuk mengurus bisnisnya.
“Siapa kau? Apa yang kau lakukan disana, apa kau ingin berbuat jahat pada putraku?” Bella menghampiri Xander yang masih berdiri disana. Wanita itu mendongakkan wajahnya menatap wajah Xander dengan sinis.
“Aku bisa melaporkanmu jika sampai terjadi sesuatu dengan anakku!”
“Anda tenang saja Nyonya, saya tidak sedikitpun ingin berbuat jahat pada putra anda yang lemah itu”
“Jaga ucapanmu!” Ucap David, pria tua itu ikut tersulit emosi karena Xander seperti merendahkan dan mengejek Zein. Tangannya yang sudah hampir keriput menghampiri Xander dan menarik kerah bajunya. Sorot matanya yang teduh kini berubah menjadi menyala, kedua manik matanya bertemu dengan manik indah Xander yang seperti tidak asing bagi dirinya.
“Ku mohon bersabarlah Tuan, aku sedang menunggu istriku” ucap Xander dengan tangan David yang masih mencengkram kerah bajunya.
Menyadari sedang ada percekcokan di luar, Elora dan juga Ema memutuskan untuk melihat keluar, diatas bersitegang mereka.
“Xander, kau mengikutiku?”
David perlahan melepaskan kerah baju Xander yang sudah kusut akibat cengkramannya.
“Apa Xander mendengar ucapanku tadi?”
Batin Elora
“Elora, brani sekali kau datang kemari” Bella mendekati gadis yang masih berdiri di samping Ema, Ia tidak terima Elora datang lagi menemui anaknya.
“Aku hanya ingin menjenguk Zein!” Ujar Elora
Ia tidak menyangka akan bertemu dengan David dan juga Bella
“Jangan pernah lagi kau menemui putraku, aku bisa membutmu menderita atas penderitaan putraku.”
Elora hanya bisa menunduk dengan air mata yang sudah terkumpul di sudut matanya.
“Tenanglah Nyonya, istriku hanya ingin menemui putramu untuk terakhir kalinya, aku sungguh prihatin denganya. Setelah ini aku yang tidak akan membiarkanya menemui pria lain lagi di belakangku, apalagi masih menyimpan sebuah perasaan untuknya”
Deg
“Xander?”
pak jahe pasti kasihan sama davira🤭🤭🤭