"Sulit adalah kita, tapi kisah cinta ini hanya ada kita, aku dan kamu tanpa ada mereka."
-----------
Ketika melanjutkan jenjang pendidikan ke sebuah Universitas, Cheryl terpaksa mengikuti keinginan orang tuanya untuk tinggal di rumah Tantenya Diandra dan Gavin, suaminya. Awalnya Cheryl menolak karena sejak dulu dia sudah tertarik dengan Gavin yang di matanya terlihat sebagai sosok yang dewasa. Namun, karena paksaan dari keluarga, akhirnya Cheryl setuju untuk tinggal di rumah Diandra.
Gavin yang sejak dulu selalu menganggap Cheryl sebagai gadis kecil yang lucu, kini harus mengubah pola pikirnya saat melihat Cheryl yang kini tinggal bersamanya sebagai sosok yang dewasa. Kesibukan Diandra sebagai seorang model yang sering meninggalkan Gavin dan Cheryl dalam satu rumah semakin membuat keduanya semakin dekat, hingga suatu malam saat Diandra sedang menghadiri gelaran Paris Fashion Week, hubungan satu malam pun terjadi diantara Gavin dan Cheryl yang menjadi awal dari hubungan gelap me
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Weny Hida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Black list
Amara yang saat ini duduk di dalam ruang kerja Gavin tampak sudah tak sabar menunggu kedatangan Gavin. Di saat itulah tiba-tiba ponselnya berbunyi.
'Ibu Diandra?' batin Amara saat melihat nama Diandra di layar ponselnya. Dia kemudian mengangkat panggilan telepon itu.
[Halo Amara, apa kau sudah mengundurkan diri?]
[Tentu saja belum, Nyonya Diandra. Suami anda saja sedang tidak ada di kantor] jawab Amara.
[Tidak ada di kantor? Pasti dia sedang bersama Cheryl, mereka benar-benar menyebalkan.]
[Ini bukan urusan saya, Ibu Diandra. Karena tugas saya hanya menutup mulut tentang hubungan anda dengan Tuan Alex. Iya kan?]
[Diam! Jangan keras-keras! Kalau begitu kau tunggu saja sampai suamiku datang! Lalu cepat pergi dari sini secepatnya! Pergilah keluar kota sejauh mungkin!]
[Iya, baik Ibu Diandra. Anda tidak usah marah-marah terus seperti itu! Saya tahu apa yang harus saya lakukan karena saya bukan orang bodoh seperti anda.]
[Diam kau! Cepat lakukan tugasmu!]
Diandra pun menutup teleponnya, sedangkan Amara tampak terkekeh melihat Diandra yang sangat kesal.
Sementara Gavin yang kini tampak sudah memasuki kantornya terlihat begitu emosi, tangannya mengepal disertai sorot mata yang tajam. Tak berapa lama dia sudah masuk ke ruangannya dan melihat Amara yang sudah duduk di dalam ruangan itu.
"Selamat siang, Pak Gavin," sapa Amara dengan begitu ramah. Namun, sapaan itu hanya dibalas tatapan mata yang tajam dari Gavin yang membuat Amara ketakutan.
"Pa-Pak Gavin, maaf saya datang terlambat."
Gavin pun semakin mendekat ke arah Amara disertai sorot mata yang memerah. "Pa-Pak Gavin, kenapa anda menatap saya seperti itu?" tanya Amara dengan bibir yang bergetar. Firasat buruk pun merasuk ke dalam hatinya, apalagi saat melihat wajah Gavin yang terlihat sangat menakutkan.
"AMARA!"
"Pa-pak.., kenapa anda bersikap seperti ini pada saya? Kenapa anda membentak saya, Pak?"
"Jangan pura-pura bodoh, Amara! Kau yang menyebarkan foto-foto ini kan?" bentak Gavin sambil memperlihatkan foto-fotonya dan Cheryl saat berada di Lombok.
"Bu-bukan saya, saya berani bersumpah bukan saya yang menyebarkan foto-foto itu, Pak Gavin."
"Kau bukan yang menyebarkan tapi kau yang mengambil foto-foto ini kan? Karena hanya kau yang tahu kemana agendaku selama di Lombok."
Amara pun menundukkan kepalanya sambil meremmas roknya. Dia tidak menyangka jika ternyata Gavin telah mengetahui perbuatannya. Meskipun dia yakin Gavin hanya sekedar menduga-duga namun tak dapat dipungkiri jika dugaan Gavin adalah benar.
"KENAPA KAU DIAM! JAWAB AKU AMARA! KAU YANG MENGAMBIL FOTO-FOTO INI LALU MEMBERIKAN FOTO-FOTO INI PADA DIANDRA ISTRIKU KAN!"
BRAKKKK
Amara masih terdiam, ingin rasanya dia menjawab pertanyaan itu, tapi lidahnya terasa kelu. Kemarahan Gavin siang ini begitu menakutkan yang membuat dia hanya bisa diam disertai tubuh yang mulai bergetar.
"Amara tolong jawab pertanyaanku atau aku bisa melakukan apapun yang membuatmu menyesal seumur hidup."
"I-iya..., iya Pak Gavin. Saya yang memberikan foto-foto itu pada Ibu Diandra, tapi sungguh bukan saya yang menyebarkan foto-foto itu, Pak."
Gavin pun menghembuskan nafas panjangnya, lalu menatap kembali Amara. "Mulai hari ini, kau dipecat secara tidak hormat! Kau tidak akan mendapatkan pesangon apapun dan kau juga akan ku black list dari semua perusahaan! Orang sepertimu sangat berbahaya karena sudah membocorkan privasi pimpinan hanya untuk kepentingan pribadimu, Amara!"
"A-apa Pak Gavin? Saya di black list?"
"Ya, karena itu balasan yang pantas untuknu! Sekarang pergi kau dari sini, Amara!"
"Ta..., tapi Pak..."
"PERGI!"
Amara pun sebenarnya merasa sangat kesal, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Mengelak pun percuma, dan Gavin pasti juga tidak akan percaya dengan alibinya. Memang, kedatangannya ke kantor untuk mengajukan pengunduran diri, tapi pada kenyataannya dia malah dipecat oleh Gavin, bahkan Gavin mengancam akan memblack list dirinya dari semua perusahaan.
Amara pun beberapa kali mendengus kesal. Meskipun saat ini dia sudah memiliki simpanan sebanyak lima miliar, suatu saat dia juga ingin bekerja. Dan dia masih belum rela dia di black list dari semua perusahaan.
"Ck, sekarang apa yang harus kulakukan? Ini semua gara-gara Diandra! Jika saja dia tidak menyebarkan foto-foto itu di medsos, pasti Pak Gavin tidak tahu aku yang mengambil foto-fotonya dan Cheryl saat berada di Lombok," gerutu Amara sambil berjalan menuju ke arah basemen.
Langkah Amara tiba-tiba terhenti saat merasa ada yang mengikutinya. Dia pun kemudian mempercepat langkahnya, namun saat dia akan masuk ke dalam mobilnya, tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya.
"Anda yang bernama Nona Amara?" tanya sebuah suara yang mengagetkannya dari arah belakang. Meskipun takut, Amara pun membalikkan tubuhnya. Di saat itulah dia melihat sosok dua orang laki-laki berbadan kekar yang berdiri di belakangnya sambil tersenyum smirk padanya.
****
Selang satu jam kemudian, Gavin keluar dari ruangannya untuk pulang ke rumah. Sebenarnya dia memang bermaksud menyelesaikan pekerjaannya, tapi masalah yang dia hadapi saat ini sungguh menyita perhatiannya hingga dia tak fokus menyelesaikan pekerjaan itu.
Gavin akhirnya memutuskan pulang ke rumah untuk menemui Diandra. Tak berapa lama, Gavin pun sudah sampai di rumahnya. Saat dia sudah sampai di rumah itu, dia pun mendekat pada Diandra yang saat ini sedang mempersiapkan pesta untuk acara ulang tahun Frizz.
"Mas, kamu udah pulang?" sapa Diandra dengan begi manja. Namun kemanjaan Diandra hanya dibalas tatapan mata tajam.
"Mas, kamu kangen sama aku apa anak kita yang ada di dalam kandunganku, Mas?"
"Apa katamu Diandra? Anak kita? Cihhh!"
PLAKKKKK
Bersambung....