NovelToon NovelToon
Sopirku Mantan Dosaku

Sopirku Mantan Dosaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Saling selingkuh / Cinta Terlarang / Mantan / Romansa / Cintapertama / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Laila_Anta

Pernikahan seharusnya membuka lembaran yang manis. Tapi tidak bagi Nayara, dia menyimpan rahasia kelam yang akhirnya merenggut kebahagiaannya.

Suaminya membencinya, rumah tangganya hampa, dan hatinya terus terjerat rasa bersalah.

Hingga suatu hari sumber masalahnya sendiri datang dan berdiri dihadapannya, laki-laki yang kini memperkenalkannya sebagai sopir pribadi.

“Sudah aku katakan bukan. Kamu milikku! Aku tidak akan segan mengejarmu jika kau berani meninggalkanku.”

Apakah Nayara akan mempertahankan rumah tangganya yang hampa atau kembali pada seseorang dimasa lalu meski luka yang ia torehkan masih menganga dihatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laila_Anta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Sepanjang perjalanan bibir Nay melengkung senyum. Kecantikannya terpancar Berkali-kali lipat pagi ini. Jika boleh lebay, sinar matahari pun kalah oleh pancaran sinar di wajah gadis itu.

Tanpa mereka sadari, kedua orang laki-laki yang kini berada satu mobil dengannya pun ikut mengulas senyum. Bian yang merasakan hatinya menghangat dan Dev yang merasakan debaran jantungnya menguat.

"Kau senang?"

Nay menoleh disaat kedua netranya fokus menatap jalanan. Bukan gedung pencakar langit yang Nay lihat saat ini tapi pepohonan dan hamparan hijau sejauh mata memandang. Ini menandakan perjalanan mereka hampir sampai.

"Hmm. Ini perjalanan pertamaku setelah sekian lama."

"Maafkan aku. Setelah ini aku akan sering membawamu keluar," kata Bian tiba-tiba yang membuat Nay menautkan kedua alisnya.

"Terimakasih. Tapi aku baik-baik saja selama ini," jawab Nay memalingkan wajah, menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya.

Nay tersentak saat tangannya terasa hangat. Bian menyentuhnya dengan sebuah senyuman tulus terbit di bibirnya.

Gadis itu yang hendak reflek ingin mengangkat tangannya, terhenti karena Bian kini menggenggam nya erat. "Biarkan seperti ini. Aku janji, setelah ini semuanya akan berubah," lirih Bian membuat tangan Nay membeku.

Nay pasrah. Ia juga ingin melihat sejauh mana perlakuan suaminya. Tapi anehnya, bahkan ia tidak merasakan getaran apapun yang ada hanya debaran jantung yang menguat saat melihat tatapan terhunus dari kursi depan.

Dev mencengkram kuat kemudi saat matanya menangkap jelas interaksi kedua orang yang berada di kursi belakang. Dadanya memburu dengan wajah yang berubah merah.

'Sial. Aku bahkan tidak sudi melihat tangan Nay dipegang oleh laki-laki lain,' geram Dev. Ia bahkan tidak sadar posisinya saat ini.

Nay tentu melihat hal itu. Prasangka yang kemarin sempat terabaikan kini kembali mematik dan ia semakin yakin.

"Makasih, Mas. Aku menantikan hal itu." Lembut Nay berucap.

Nay sengaja mengatakan hal itu hanya untuk lebih meyakinkan prasangkanya. Tapi lain yang ditangkap oleh Bian, laki-laki itu tidak menduga istrinya akan mengatakan hal itu.

'Apa tadi ia bilang? Mas? Kenapa hatiku berdebar mendengar hal kecil seperti itu.'

"Ulangi lagi?"

Nay kembali menoleh. Kini tatapan mereka bertemu. "Aku ingin mendengarnya lagi, Nay," pinta Bian.

Gadis itu masih belum sadar. Bahkan ia tidak ingat apa yang sudah ia katakan tadi.

"Mas. Aku suka panggilan itu." Bian menjelaskan.

Mulut Nay sedikit terbuka. Ia terkejut, dengan apa yang sudah ia ucapkan tadi.

"Katakan!" Bian mengangkat tangan mereka berdua lalu menempelkannya di bibir.

Tentu saja gadis itu tersentak. Tapi tentu tidak berani menarik tangannya. "M-maas."

"Aku suka Nay. Sebut dengan panggilan itu mulai saat ini. Panggilan suamiku itu terlalu kaku. Aku lebih suka dengan panggilan barumu tadi." Bian tersenyum lembut. "Apa kau juga ingin dipanggil dengan hal yang berbeda mulai saat ini. Sayang, mungkin?"

"Hah?!"

Nay membulatkan kedua matanya. Ia tidak menyangka dengan perubahan sikap suaminya yang berubah 180°.

Ckitt!

Kaki Dev reflek menginjak pedal rem, hingga ketiga orang yang berada di dalam mobil hampir tersungkur ke depan.

"Hei, kau sudah gila! Apa yang kau lakukan?" sergah Bian dengan tatapan nyalang.

Wajah Dev memucat, iapun tidak sadar dengan apa yang ia lakukan tadi. "M-maafkan saya, Tuan. Tadi sepertinya saya menabrak sesuatu, makanya tadi saya reflek menginjak rem," kilahnya.

"Sial. Cepat periksa. Apa yang kamu tabrak tadi?"

"B-baik Tuan."

Dev melepaskan seal belt lalu membuka pintu kasar. Sejenak ia berpikir, alasan apa lagi yang harus ia berikan untuk menutupi kecerobohan sikapnya tadi.

'Sial. Bagaimana aku bisa terpancing tadi.'

"Daf. Apa yang kamu temukan?" Seru Bian dari dalam mobil.

"Anu Tuan. Eum, ternyata burung. Saya buang saja kalau begitu." Dev memang melemparkan sesuatu tapi bukan burung sungguhan seperti yang ia katakan.

"Sudah Tuan. Saya sudah membuang burung itu," kata Dev saat ia kembali duduk di belakang kemudi. Ia tidak melihat air muka Bian yang kini memerah.

"Kau mau mencelakai kami hanya seekor burung, hah?!" sergahnya.

Bukan cuma Dev yang tersentak, Nay juga terperanjat mendengar teriakan Bian yang memekik di telinga.

"Kau mau ku-"

Nay bergerak cepat memegang tangan suaminya lembut. "Mas. Sudahlah! Lagian kita mau liburan bukan. Mungkin dia tidak sengaja melakukan hal ini karena reflek," bela Nay membuat Bian tidak melanjutkan kata-katanya.

Wajah Bian yang tadi memerah seketika padam. "Baiklah. Kita lanjutkan perjalanannya. Lagian sebentar lagi kita sampai," ucap Bian akhirnya.

"Jalan."

"Baik, Tuan. Maafkan saya."

Kali ini Dev bisa bernafas lega. Nay memalingkan wajah saat melihat Dev menyunggingkan senyumannya dibalik kaca spion dalam.

* * *

Seorang penjaga membukakan gerbang saat mengenali mobil yang kini berada di depan.

Mobil yang Dev kemudikan kini masuk ke halaman sebuah bangunan bergaya modern-klasik. Bangunan itu terletak di lereng perbukitan Puncak, dikelilingi oleh hamparan kebun teh dan udara sejuk.

Kedua laki-laki itu turun, berjalan mengitari mobil dan kini kedua tangannya membuka handle pintu mobil yang sama. Tangan keduanya membeku.

Sorot mata menghujam Bian layangkan kala melihat Dev melakukan hal sama dengannya. "Apa yang kau lakukan. Minggir!"

"B-baik Tuan. Maafkan saya. Saya hanya ingin membantu Nyonya." Dengan berat hati Dev menarik tangannya dan mengalah.

Nay turun saat pintu dibuka dari luar. "Kemari lah." Bian mengulurkan tangannya.

"Makasih, Mas."

Tangan mereka saling bertaut dibawah tatapan tajam Dev yang kini mengeram kesal.

Keduanya melenggang begitu saja meninggalkan Dev yang sibuk membuka bagasi dan membawa tas menyusul ke dalam.

Bian membawa Nay menapaki tangga dan kini membuka satu pintu kamar. "Ini kamar kita."

Gadis itu mengerutkan kening mendengar kalimat yang suaminya katakan. "Maksud kamu?"

"Kenapa? Kita suami-istri, sudah seharusnya kita satu kamar bukan. Bukankah sudah aku katakan kita akan berubah." Menatap Nay lekat. "Apa kamu keberatan?"

Nay menggeleng cepat. "T-tidak. Tentu saja tidak."

"Baguslah. Aku harap kita bisa memulainya dari awal." Bian menggenggam kedua tangan Nay.

Dev dapat dengan jelas mendengar percakapan kedua orang tersebut dibalik pintu kamar yang memang sejak tadi terbuka. Kedua tangannya mencengkram erat tas yang saat ini ia pegang.

Iapun masuk disaat yang tidak tepat. Nay mendorong tubuh Bian yang hendak menciumnya. "Maafkan aku, Mas."

Laki-laki itu mendengus saat Dev masuk melewati mereka dengan wajah yang datar. "Saya taruh disini saja. Tuan, Nyonya maaf mengganggu waktu anda. Tapi apa sebaiknya kita menghabiskan waktu di luar," ucapnya spontan.

'Ah, ini gila. Bagaimana aku bisa selancang ini. Dan mana ada seorang sopir berbicara seperti ini pada majikannya. Ah, masa bodo. Aku tidak akan membiarkan mereka hanya bedua saja. Aku bisa gila!' rutuk Dev dalam hati.

"Kau!" tunjuk Bian. Urat lehernya menegang.

"Mas, Dafa benar. Sebentar lagi makan siang. Apa sebaiknya kita menyiapkan makanan. Lagian aku tidak liat siapa-siapa disini selain kita."

"Kamu benar. Aku sengaja tidak menyuruh siapapun disini selain kita. Karena aku ingin menghabiskan waktu hanya berdua denganmu. Dan kamu tau, orang ketiga diantara kita itu adalah setan," sindir Bian dengan ujung mata seolah menunjuk Dev.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!