Grace Li selalu mencintai Ethan dalam diam. Tak pernah berani berharap, sampai takdir mempertemukan mereka dalam sebuah pernikahan yang terpaksa harus mereka jalani.
Sayangnya, meski Grace Li adalah istri sah, hatinya bukanlah tjuan cinta sang suami. Semua kasih sayang lelaki itu justru tertuju pada adiknya.
Namun, bukankah waktu bisa mengubah segalanya? Akankah pernikahan tanpa cinta ini prlahan melahirkan rasa yang tulus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIKUS GUNUNG
Di Grup Mo, Nathan baru saja tiba. Selesai bersalin, dengan setelan jas kerja. Sambil menutup pintu toilet dia mengambil ponsel disakunya.
Baru saja membuka media sosial, malah langsung mematung. Kejadian tadi, sudah tersebar luas. "Aduh, bagaimana ini!"
Begitu masuk ruangan Ethan untuk melapor, wajah bosnya itu malah terlihat tidak enak dipandang. Hati Nathan langsung menciut. Merasa sedikit takut akan dimarahi.
"T-tuan...!" Panggil Nathan Terbata.
Ethan langsung saja berdiri, "Hah, video apa itu!" Katanya marah sambil meletakan kasar ponselnya di meja kerja.
Wajah Nathan terlihat semakin panik. "T-Tuan aku bisa jelaskan!"
"Apa maksudnya berdua-duan seperti itu, dekat... terlalu dekat!"
Nathan lagi lagi bertambah panik, dia pun langsung sedikit membungkuk, "Maafkan aku, tidak akan terulang lagi!"
Ethan menatap bingung sesaat, lalu dia melambaikan tangannya, memberi tanda agar asisten pribadinya itu keluar dari ruangan kerja.
Nathan pun langsung berkata, "Apa aku akan dipecat?"
Ethan menaikan satu alisnnya seraya berkata, "Kenapa aku harus memecatmu?"
"Eum... bukankah... tadi itu...! Nathan pun tertular bingung yang sama.
Pada saat ini Sekretaris Kim masuk. Dengan wajah sumringah, seraya berkata. "Ini laporan keuangan pertiga bulan. Ini proposal bisnis selanjutnya!"
Sekretaris Mei berdiri, lalu dia berkata lagi dengan muka datar tanpa senyum. "Dan, ini adalah jadwal kerja Nona Sarah!"
Ethan melihat kepada Nathan, "Apa belum ada kabar dari MG models?"
"B-belum!" jawab Nathan dengan nada sedikit terbata.
"Follow Up lagi!" kata Ethan, yang saat ini, hal yang dia inginkan adalah jadwal kerja Grace.
Nathan pun langsung mundur beberapa langkah, berbalik badan, meninggalkan ruang kerja Ethan. Sekretaris Kim pun langsung keluar dari ruangan Ethan juga.
Sore hari menjelang, Grace dan para kru bersiap pergi kemping. Si model manja berkata lagi, "Apa nanti di sana banyak ular!"
Sean sudah mulai tidak sabar menghadapi si model manja itu. "Ada, bahkan banyak sekali, bahkan aku dengar-dengar, ada ular yang bisa mengendus manusia yang sedang ketakutan, lalu akan didatanginya dan langsung di makan!"
Wajah si model manja langsung berubah takut. Grace langsung memukul bahu Sean seraya berkata, "Jangan dengarkan ocehannya, tidak ada ular yang seperti itu!"
"Begini saja, pinta manajermu untuk membeli daun mint yang banyak?" kata grace memberi saran.
"Untuk apa, apakah akan dimasak?" tanya si model manja itu lagi.
"Ular punya organ penciuman khusus yang peka terhadap bau kimia di udara. Aroma kuat seperti mint bisa membuat ular merasa tidak nyaman."
"Nah, Bau yang tajam, menyengat, bisa membuat ular merasa tidak nyaman dan memilih menjauh!"
Si model manja terlihat sedang mencerna perkataan Grace. Namun terlihat masih tidak percaya. "Benarkah?"
Grace mengangguk, "Ya hewan melata yang satu itu tidak suka dengan daun mint karena permukaan daun mint sedikit kasar, nanti bisa kau tabur di sekeliling tendamu saja!"
"Dan ini, mereka juga tidak suka dengan aroma wangi serai yang menyengat!"
"Aroma Ramuan pengusir nyamuk ini juga kuat, menyengat, membuat ular enggan lewat. Kau bisa balurkan ini di seluruh tubuhmu!"
Si model manja pun mengambil botol spray itu, "Ok, sekarang aku bisa tenang!"
Sean memutar bola matanya, lalu dia pun menggandeng Grace. "Ayo Kak, kita berpetualang menangkap ular!" Kata Sean sambil mengencangkan suaranya.
Grace tertawa kecil, sambil mencubit Lengan Sean. Belakangan Grace mengetahui, bahwa Nania sengaja menempatakn Sean di sisi Grace, untuk bisa membantu Grace bercerai dengan mulus dari Tuan Muda Ethan Mo.
Malam mulai turun, Langit terlihat bersih, bertabur bintang-bintang yang berkelip, Udara terasa sejuk menusuk kulit, membawa aroma tanah basah dan dedaunan pohon yang tertiup angin gunung.
Mulai terdengar suara jangkrik bersahut-sahutan, seakan melantunkan musik malam alami yang menenangkan. terdengar juga suara aliran sungai kecil yang mengalur.
Mereka memilih tempat ini agar memudahkan mereka, jika ingin memasak dan berbersih diri. Para pria pun mulai mendirikan tenda.
Para manajer membuat kopi panas dan melahap ubi rebus, sementara para model wantinnya tinggal menyeruput kopi panas itu, sambil ditemani asap tipis dari tungku kayu bakar yang dipakai untuk memasak.
Aroma kopi bubuk dan ubi rebus tercium jelas, berpadu dengan dinginnya angin malam. Sementara manajer si model manja sedang sibuk menaburkan daun mint di sekeliling tenda, lalu menciprat cipratkan air ramuan penguaie nyamuk diatas daun mint.
Si model manja juga terlihat sibuk menyemprotkan spray serai yang Grace berikan kepadanya. Dia menyemprotkan ke ke rambut, leher, tangan dan kaki.
"Nah, sekarang sudah aman!" Kata si model manja itu sambil bertepuk tangan puas.
Malam ini suasana perkemahan di tepi sungai pegunungan begitu ramai. Api unggun menyala, sinarnya memantul di wajah mereka yang sedang duduk melingkar. Ada yang memanggang jagung, ada yang sibuk membuat mie instan, ada pula yang sibuk merekam video untuk diunggah ke media sosial.
Tiba-tiba, dari semak-semak tak jauh dari tenda, terdengar suara gesekan aneh. "Ssshhhhh… krak… krak…"
“Eh, kalian dengar tidak?” tanya salah satu Kru dengan wajah serius.
“Paling tikus gunung,” jawab yang lain sambil cuek membolak-balik jagung bakar.
Namun dalam hitungan detik, dari balik semak muncul sesosok panjang berkilau kehijauan, seekor ular merayap pelan menuju arah perkemahan. Cahaya api unggun membuat sisiknya tampak mengilap, seolah-olah sedang dipoles minyak kayu putih.
“ULAAARRRRR!!!” teriak salah satu Kru wanita, dengan suara melengking, lebih tinggi dari suara penyanyi di panggung konser.
Seketika semua panik. Ada yang langsung lompat berdiri, ada yang berlari ke sungai, bahkan ada yang nekat masuk ke dalam tenda kecil milik si model manja, kerena menurutnya itu adalah tenda teraman, seakan tenda itu bisa jadi benteng baja.
"Oh ya ampun, ular yang Sean bilang tadi benaran datang, kita harus bagaimana!" kata si model manja, sedikit gemetar.
Tanpa pikir panjang, si model manja itu membuka tutup botol spray ramuan pengusir nyamuk yang sedang dia pegang, dan malah langsung meminumnya dan polosnya berkata, "Tubuhku berisi cairan yang tidak disukai ulwr, jadi aku pasti tidak akan dimakan oleh ular itu!"
"Ini kusisakan sedikit untuk kalian, apa mau?" Kata si model manja itu.
Manajernya dan kru yang sedang mengungsi tadi hanya bisa saling melempar pandang. Sementara itu, diluar kemah, Salah satu Kru yang sok berani justru malah berdiri sambil membawa sendok sayur, sambil teriak.
“Tenang, tenang! Aku bisa jinakkan ular!”
Namun, belum sempat mendekat, ularnya bergerak sedikit ke arah dia, dan dengan refleks sendok sayur langsung dilempar ke udara, mengenai kepala temannya sendiri. Sontak tawa meledak di tengah ketakutan.
Si Fotografer terlihat panik setengah mati, tapi bukannya lari, dia malah berdiri di atas kursi lipat sambil teriak.
“Cepet usir itu ular! Kalau tidak, a-aku... akan bernyanyi sampai pagi!”
Tentu saja semua teriak lebih keras, “Jangan! jangan! Kita pilih usir ularnya saja, jangan nyanyi!”
Sementara itu, sang ular ternyata hanya lewat, cuek, seperti sedang melakukan patroli malam. Dia merayap sebentar, lalu menyeberang jalan setapak dan hilang masuk ke semak.
Beberapa orang masih deg-degan, sementara yang lain sudah tertawa terpingkal-pingkal mengingat tingkah masing-masing saat panik tadi.
“Eh, tadi ada yang videoin?” tanya salah satu kru yang paling muda
“Videoin sih ada, tapi pas kalian loncat ke sungai tadi, suaranya jelas banget lho,” jawab salah satu kru lagi sambil memutar ulang rekaman.
Semua orang tertawa keras, suara tawa mereka menggaung di lereng gunung, menyaingi suara jangkrik malam. Malam yang tadinya tenang berubah jadi malam penuh komedi yang akan selalu mereka ingat sebagai “Malam Ular di Perkemahan.”
.
tapi nathan terpikat juga kan...