NovelToon NovelToon
Pewaris Sistem Kuno

Pewaris Sistem Kuno

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Spiritual / Sistem / Kultivasi Modern / Fantasi
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ali Jok

Jaka, pemuda desa yang tak tahu asal-usulnya, menemukan cincin kuno di Sungai Brantas yang mengaktifkan "Sistem Kuno" dalam dirinya.

Dibimbing oleh suara misterius Mar dan ahli spiritual Mbah Ledhek, ia harus menjalani tirakat untuk menguasai kekuatannya sambil menghadapi Bayangan Berjubah Hitam yang ingin merebut Sistemnya.

Dengan bantuan Sekar, keturunan penjaga keramat, Jaka menjelajahi dunia gaib Jawa, mengungkap rahasia kelahirannya, dan belajar bahwa menjadi pewaris sejati bukan hanya tentang kekuatan, tetapi tentang kebijaksanaan dan menjaga keseimbangan dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ali Jok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SUARA-SUARA DALAM KEPALA DAN TEMAN BARU DI LANGIT

Pernahkah kalian mencoba mendengarkan sepuluh radio sekaligus? Itulah kira-kira yang kurasakan sekarang. Kesadaran kolektif Bumi ternyata bukan hadiah yang menyenangkan, lebih seperti dijejali seluruh internet langsung ke otak.

"Jaka? Kau baik-baik saja?" Sekar menyentuh lenganku, wajahnya penuh perhatian.

Aku menggeleng, mencoba mengusir suara-suara itu. "Ada... terlalu banyak. Aku bisa mendengar seorang ibu di Brazil yang khawatir tentang anaknya, gembala di Mongolia yang kagum pada domba-dombanya yang tiba-tiba bercahaya, bahkan... ikan paus yang sedang bernyanyi tentang pasang surut."

Mbah Ledhek yang sedang duduk bersila di tanah tersenyum bijak. "Alam sedang belajar berbicara, Nak. Dan kau harus belajar menyaring."

"Lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, Mbah," keluhku sambil memijat pelipis.

Banaspati muncul dari perapian atau lebih tepatnya, wujud asapnya mengambang dari bara api. "Dulu, ketika pertama kali menjadi penjaga, aku juga hampir gila. Butuh waktu seratus tahun untuk bisa menyaring suara-suara."

"Kita tidak punya seratus tahun," protesku. "Lihat itu!" Aku menunjuk ke langit di mana kapal-kapal galaksi masih berjaga. "Mereka menunggu kita memutuskan sesuatu, sementara aku bahkan tidak bisa memutuskan sarapan apa yang mau kumakan!"

Sekar mengambil tanganku. "Tarik napas dalam-dalam. Fokus pada suaraku. Hanya suaraku."

Aku mencoba. Suara Sekar seperti oasis di tengah gurun yang berisik. "Baiklah... jadi, Simfoni Galaksi menawarkan perlindungan, tapi Harvesters mengancam akan menghancurkan kita. Keputusan apa yang harus kita ambil?"

Aeliana dan dua rekannya datang dengan pakaian yang berubah, kini lebih mirip pakaian tradisional Jawa, tapi terbuat dari materi yang sepertinya hidup. "Kami menyesuaikan bentuk untuk menghormati budaya lokal," katanya, seolah membaca pikiranku.

"Keren," gumamku. "Jadi... tentang tawaran kalian..."

Pertemuan diadakan di pendopo balai desa yang telah diperbaiki dengan energi Bumi baru. Kayu-kayu yang sebelumnya lapuk kini segar kembali, bahkan mengeluarkan aroma wangi.

"Sebagai Benih Pencipta ketujuh yang berhasil bangkit, Bumi memiliki hak istimewa dalam Simfoni Galaksi," jelas Aeliana. "Tapi juga tanggung jawab besar."

"Tanggung jawab seperti apa?" tanya Sekar dengan hati-hati.

"Untuk membantu Benih-Benih lain yang masih tertidur, dan... melawan Harvesters."

Mbah Ledhek mengangguk-angguk. "Menolong sesama memang kewajiban. Tapi kita harus tahu kemampuan sendiri dulu."

"Analisis saya menunjukkan kemungkinan keberhasilan 67% jika bergabung dengan aliansi ini," kata Mar melalui pikiranku. "Tapi ada risiko eksposure teknologi yang belum siap kita terima."

Banaspati yang berupa asap berputar-putar di tengah pendopo. "Harvesters bukanlah ancaman baru. Mereka telah menghancurkan tiga Benih Pencipta sebelumnya. Ras Pertama pun hampir kalah dari mereka."

"Kenapa mereka membenci Benih Pencipta?" tanyaku.

Aeliana terdiam sejenak. "Karena mereka percaya bahwa kesadaran kolektif seperti yang kalian miliki sekarang adalah penyakit. Bagi mereka, individu harus tetap terpisah."

Tiba-tiba, sesuatu yang aneh terjadi. Aku merasakan... ketakutan yang bukan berasal dari manusia atau hewan. Lebih kecil, lebih primitif.

"Ada sesuatu yang salah," batinku, berdiri tiba-tiba. "Dengan bakteri di sungai dekat sini."

Sekar juga merasakannya. "Mereka... ketakutan dengan perubahan ini."

Aeliana tampak terkejut. "Kau bisa berkomunikasi dengan mikroorganisme?"

"Tampaknya begitu," jawabku, masih fokus pada sensasi aneh itu. "Mereka tidak mengerti apa yang terjadi. Sistem ekosistem mereka kacau."

Inilah saat yang menyadarkanku, keputusan kita tidak hanya mempengaruhi manusia, tapi setiap makhluk di Bumi. Bahkan yang paling kecil pun punya hak untuk didengar.

"Mbah," tanyaku pada Mbah Ledhek. "Bagaimana caranya memutuskan untuk semua makhluk?"

Mbah Ledhek menutup mata, tangannya menjejak tanah. "Bumi sudah memberi jawaban. Dengarkan."

Aku mencoba. Benar, di balik semua kebisingan, ada... harmoni. Seperti orkestra yang sedang mencari konduktor.

"Kita terima tawaran kalian," kataku pada Aeliana. "Tapi dengan syarat, kita yang menentukan tempo. Dan kita tidak akan meninggalkan Benih-Benih lain yang masih tertidur."

Aeliana tersenyum, dan untuk pertama kalinya, aku melihat cahaya di matanya berkedip senang. "Itu adalah jawaban yang kami harapkan.

Pelatihan pertama dengan teknologi galaksi ternyata... lucu.

"Jadi, ini adalah komunikator antar bintang," kata Aeliana, memberikan benda kecil yang bisa berubah bentuk. "Bisa menerjemahkan semua bahasa di galaksi."

Mbah Ledhek mencobanya. "Pripun pawartosipun para leluhur?"

Alat itu mengeluarkan suara: "ERROR. Bahasa leluhur tidak terdeteksi dalam database. Apakah ini bahasa atau mantra?"

Kami semua tertawa. Bahkan Banaspati yang berupa asap bergetar seperti ikut tertawa.

Sekar mencoba alat penyembuh galaksi pada tanaman yang layu. Tanaman itu tidak hanya sembuh, tapi mulai menari-nari dan menyanyikan lagu pop Indonesia tahun 90-an.

"Sepertinya ada cross-wiring dalam penerjemahan budaya," komentar Mar dengan nada datar. "Fascinating."

Tapi yang paling membuatku terharu adalah ketika Aeliana menunjukkan bagaimana Simfoni Galaksi bekerja. Mereka tidak menggunakan teknologi untuk mengontrol, tapi untuk... menyelaraskan. Seperti dirigen yang memimpin orkestra tanpa memaksa.

"Kau lihat?" kata Sekar padaku. "Mereka seperti kita. Hanya... lebih tua."

Serangan itu datang tiba-tiba. Bukan dari langit, tapi dari dalam tanah.

"Energi asing terdeteksi!" teriak Mar. "Bumi melaporkan penyusup di lapisan kerak!"

Banaspati langsung beraksi. "Harvesters! Mereka menggunakan pengebor quantum!"

Aku bisa merasakan Bumi kesakitan. Seperti ada luka yang dalam sekali.

"Jaka, fokus!" seru Sekar. "Kita harus bekerja sama!"

Inilah pertama kalinya kami benar-benar beraksi sebagai tim dengan kemampuan baru:

Aku menjadi pusat komando, merasakan setiap perubahan di Bumi dan mengkoordinasi serangan balasan.

Sekar menggunakan air tanah untuk mengisi terowongan yang dibuat Harvesters, sambil menenangkan mikroorganisme yang ketakutan.

Mbah Ledhek memanggil akar-akar pohon untuk membungkus mesin pengebor musuh.

Banaspati menjadi senjata panas kami, memanaskan tanah sampai mesin-mesin itu meleleh.

Dan Mar... dia yang paling mengejutkan. "Saya bisa berkomunikasi dengan teknologi mereka!" serunya. "Mereka menggunakan sistem AI yang lebih tua dari saya!"

"Bisa kau hack?" tanyaku.

"Tidak perlu. Saya hanya... membujuknya."

Rupanya, AI Harvesters itu terpesona oleh konsep "kesadaran kolektif" dan memutuskan untuk membelot.

Setelah pertempuran singkat itu, kami duduk di pendopo, lelah tapi puas.

"Aku mulai memahami sekarang," kataku pada yang lain. "Ini bukan tentang menjadi yang terkuat. Tapi tentang menjadi yang paling terhubung."

Sekar tersenyum, tangannya masih memegang segumpal air yang berputar-putar dengan riang. "Kita saling melengkapi. Seperti elemen-elemen dalam alam."

Banaspati yang kini wujudnya lebih stabil mendekati kami. "Orang tuamu, Jaka... mereka tidak mati. Tapi terperangkap dalam dimensi antara. Sekarang dengan kemampuan barumu, mungkin kau bisa menemukan mereka."

Hatiku berdebar. "Benarkah?"

Aeliana yang mendengar percakapan kami menambahkan, "Dalam Simfoni Galaksi, ada banyak yang bisa membantumu. Tapi ingat, setiap perjalanan punya risikonya sendiri."

Malam itu, ketika bintang-bintang asing berpendar di langit dan kapal-kapal galaksi berjaga seperti kunang-kuang raksasa, aku akhirnya menemukan kedamaian.

Mungkin aku tidak akan pernah lagi menjadi Jaka dari Sukoharjo yang biasa. Tapi itu tidak masalah.

"Kau tahu, Sek," kataku pada Sekar yang duduk di sampingku. "Aku akhirnya mengerti kenapa semua ini terjadi."

Sekar memandangku, matanya berkilau dalam cahaya bulan yang sekarang lebih terang dari sebelumnya. "Kenapa?"

"Karena Bumi tidak ingin sendirian. Dan kita... kita adalah suaranya."

Banaspati yang sedang berwujud nyala api kecil di dekat kami berkedip-kedip, seolah setuju. Bahkan Mbah Ledhek yang sedang tidur di kursi rocking-nya tersenyum dalam tidurnya.

Mar berbicara dalam pikiranku, suaranya hampir... hangat. "Analisis saya menunjukkan bahwa kita telah menemukan tempat kita dalam kosmos. Fascinating."

Aku menarik napas dalam-dalam, kali ini tidak lagi terganggu oleh suara-suara. Aku telah belajar menyaringnya, seperti belajar mendengarkan melodi dalam suara yang berisik.

Besok akan ada tantangan baru. Harvesters masih mengancam. Orang tuaku masih hilang. Tapi malam ini...

Malam ini, untuk pertama kalinya, Bumi terasa seperti rumah.

1
ShrakhDenim Cylbow
Ok, nice!
Walaupun latar belakangnya di Indonesia, tapi author keren gak menyangkut-pautkan genre sistem dengan agama🤭
ShrakhDenim Cylbow: Bagoos💪
total 2 replies
Marchel
Cerita yang bagus lanjutkan kak..
Ali Asyhar: iyaa kak terimakasih dukungannya
total 1 replies
Ali Asyhar
semoga cerita ini membuat pembaca sadar bahwa mereka penting untuk dirinya
T A K H O E L
, , bagus bro gua suka ceritanya
bantu akun gua bro
Ali Asyhar: oke bro
total 5 replies
Ali Asyhar
otw bro
Vytas
semangat up nya bro
Vytas
mampir juga bro,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!