NovelToon NovelToon
Mahligai Cinta (Cinta Setelah Menikah)

Mahligai Cinta (Cinta Setelah Menikah)

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Romansa / Pernikahan rahasia
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: bucin fi sabilillah

Hanum Salsabila, seorang dosen cantik harus menerima kenyataan jika ia harus dijodohkan dengan seorang CEO. Ia hanya bisa pasrah dengan ketegasan Halim sang ayah yang membuatnya tidak berdaya.
Ravindra Aditama, CEO yang begitu membenci perjodohan. Ia bersumpah akan mengerjai Hanum sampai ia puas dan pergi meninggalkan negeri ini setelahnya.
Kisah cinta mereka baru saja dimulai, namun Tama harus menerima kenyataan jika Hanum lebih memilih untuk berpisah darinya.
Akankah mereka bisa mempertahankan rumah tangga atau memilih untuk berpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bucin fi sabilillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penolakan

"Ah, tidak masalah, Bu. Yang penting sekarang kita bisa bertemu, bukan?" ucap Alfizi tersenyum bahagia.

Hanum juga ikut tersenyum canggung menatap Alfizi. Dosen tampan yang sempat ia beri perhatian lebih sejak awal mereka bertemu.

Hanya saja, sikapnya yang terlalu kaku dan cenderung tidak seru, membuatnya tidak terlalu tertarik. Satu sisi, Alfizi juga sedikit lebih tempramen dari pada Tama. Ia hanya takut menjadi pelampiasan dari amarah laki-laki itu.

Hanum memesan beberapa cemilan untuk menemani mereka. Memang terasa sedikit kaku, namun obrolan itu terlihat mengalir tanpa hambatan.

Walaupun hanya membahas seputar kampus, namun Hanum tidak merasa terganggu sedikitpun. Ia meladeni pria tampan itu dan memberikan pemikirannya terhadap kampus mereka.

Lumayan nanti bisa jadi bahan obrolan dengan Ayah. Biar kampus bisa makin bagus dan terus berkembang. Batin Hanum.

Hingga Alfizi meminta izin untuk menyanyikan sebuah lagu Marry Your Daughter dengan suaranya yang begitu indah. Suara yang terasa membelai telinga setiap pendengar.

"Selamat sore semuanya. Maaf jika saya mengganggu sedikit waktu dari teman-teman yang hadir hari ini," ucapnya diiringi irama musik yang mendayu.

Beberapa pengunjung mulai memperhatikan Alfizi yang berada di depan.

"Sore menjelang malam ini, izinkan saya untuk mengatakan sesuatu," ucapnya menatap Hanum.

Mau apa dia? Astaga, jangan sampai membuatku malu!. Batin Hanum menjerit.

Wanita cantik itu mulai menerka apa yang akan dikatakan oleh Alfizi. Wajahnya yang tadi begitu santai, berubah menjadi pias dan sedikit takut.

"Sudah lama sebenarnya saya ingin mengungkapkan ini. Namun, ada rasa tidak pantas yang selalu membalut hati. Namun kali ini saya memberanikan diri untuk mengatakannya," ucap Alfizi tersenyum dan menghala napas panjang.

Ia berjalan menuju ke tempat Hanum berada dan berlutut di hadapan wanita cantik itu sambil tersenyum.

"Hanum, mungkin ini terkesan aneh dan mendadak. Tapi, sudah lama saya memendam sebuah rasa yang sulit untuk dijelaskan dengan kata. Saya harap semua ini belum terlambat. Hanum, will you marry me?" ucap Alfizi tanpa basa-basi.

Hanum terkejut dengan apa yang dikatakan oleh pria tampan itu. Ia hanya duduk terdiam tanpa menjawab apapun.

Suara para pengunjung mulai bergemuruh memintanya untuk menerima lamaran Alfizi. Ia menatap pria tampan itu dengan hati yang hancur. Rasa yang begitu sakit ketika berhadapan dengan kenyataan yang tidak berpihak kepadanya kali ini.

Tanpa Hanum sadari ada sepasang mata yang menatapnya dengan penuh tanda tanya. Rahang yang mulai mengeras dan tangan yang mulai mengepal.

Ternyata seperti wajah aslinya? Cih, murahan!. Batinnya.

Dalam sorak gemuruh pengunjung cafe, Hanum hanya terdiam dengan perasaan bingung menatap Alfizi yang masih berlutut di lantai.

"Bagaimana Hanum? Will You marry me?" tanya Alfizi mengulang pertanyaannya.

"Ma-maaf, Mas. Saya belum bisa menjawabnya sekarang. Ini terlalu mendadak!" ucap Hanum lirih.

Wajah sumringah Alfizi langsung berubah pias. Ia langsung berdiri dan tersenyum terpaksa menatap semua orang yang juga ikut terdiam mendengar jawaban Hanum.

"Tidak masalah, saya akan tunggu jawabanya kapanpun ibu siap," ucap Alfizi memaksa tersenyum.

Hanum terdiam dengan perasaan bersalah. Ia tidak mungkin menerima lamaran Dosen tampan ini. Sudah pasti, keluarganya dan keluarga Tama akan mengamuk besar mendengar kabar itu.

Suasana hati Hanum langsung terasa buruk. Ia ingin segera pulang dan istirahat. Ia merasa terkejut dan juga malu karena perlakuan Alfizi.

Mungkin jika Hanum tidak menikah dengan Tama, ia bisa mempertimbangkan lamaran Alfizi, walaupun ia tidak memiliki perasaan apapun terhadap dosen tampan ini.

Hanum memilih untuk pulang sebelum hal lain terjadi. Ia tau jika ada pengawal sang ayah yang mengawasinya di luar.

Namun ia tidak menyadari jika sepasang mata tajam terus menatap kearahnya dengan tangan yang mengepal.

Wajah dinginnya menggambarkan semua. Ia tidak menyangka jika Hanum memilih untuk menolak dari pada menerimanya.

Apa yang dia pikirkan sekarang? Bukankah harusnya dia senang karena dilamar seperti itu? Cih, perempuan memang sulit ditebak!. Batinnya.

Suasana cafe kembali santai seperti tidak terjadi apapun. Alfizi masih duduk di sana dengan perasaan kecewa. Apalagi Hanum menolak ketika ia ingin mengantarnya pulang.

"Sesakit ini ternyata! Harusnya aku tidak gegabah!" gumamnya.

Ia memilih untuk pergi dan mengejar Hanum. Berharap ia masih bisa membujuk wanita cantik itu malam ini.

Namun jejak Hanum sudah tidak terlihat lagi. Ia hanya mengepalkan tangan kesal karena ketidak beraniannya.

Sementara itu Hanum masih mengendarai mobil membelah jalanan hingga tiba di rumah. Ia merasa sangat lelah hari ini, berharap tidak ada kejadian apapun lagi yang membuatnya semakin lelah.

"Uh akhirnya sampai!" desis Hanum setelah memarkirkan mobilnya di dalam bagasi.

Ia mengernyit ketika melihat lampu ruang tengah sudah mati, padahal ini baru jam 8 malam.

Hanum mengedikkan bahu dan memilih untuk masuk ke dalam rumah. Namun ketika ia membuka pintu, lampu langsung menyala dan terlihat Tama sudah duduk di atas sofa sembari merok*k.

"Baru pulang? Selarut ini?" tanya pria tampan itu.

"Iya," jawab Hanum tanpa menghentikan langkahnya.

Tama terdiam dengan wajah datar ketika melihat Hanum mulai menaiki tangga. Ia merasa tidak dihargai.

"Ternyata berbicara dengan orang lain lebih seru dibandingkan dengan suami sendiri! Apa dia begitu berharga?" ucap Tama ketus sambil menghembuskan asap dari mulutnya

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!