NovelToon NovelToon
(Boy)Friendzone

(Boy)Friendzone

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Rizca Yulianah

Hara, gadis perfeksionis yang lebih mengedepankan logika daripada perasaan itu baru saja mengalami putus cinta dan memutuskan bahwa dirinya tidak akan menjalin hubungan lagi, karena menurutnya itu melelahkan.
Kama, lelaki yang menganggap bahwa komitmen dalam sebuah hubungan hanya dilakukan oleh orang-orang bodoh, membuatnya selalu menerapkan friendzone dengan banyak gadis. Dan bertekad tidak akan menjalin hubungan yang serius.
Mereka bertemu dan merasa saling cocok hingga memutuskan bersama dalam ikatan (boy)friendzone. Namun semuanya berubah saat Nael, mantan kekasih Hara memintanya kembali bersama.
Apakah Hara akan tetap dalam (boy)friendzone-nya dengan Kama atau memutuskan kembali pada Nael? Akankah Kama merubah prinsip yang selama ini dia pegang dan memutuskan menjalin hubungan yang serius dengan Hara?Bisakah mereka sama-sama menemukan cinta atau malah berakhir jatuh cinta bersama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizca Yulianah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Olahraga Malam

"Jadi mau kemana kita bae?" Tanya Kama antusias begitu masuk ke dalam mobil.

Tingkahnya saat ini seperti anak TK yang hendak pergi wisata. Dengan semangat yang membuncah dia membantu memasangkan selt belt milik Hara dan kemudian menyalakan mesin mobilnya.

Hara yang sedang sibuk di ponselnya tidak terlalu mendengarkan kata-kata Kama.

"Bae?" Panggil Kama karena tak kunjung mendapat jawaban dari Hara. Dia mulai melajukan mobilnya.

"Bae?" Setengah berteriak dia kembali memanggil Hara.

"Hm?" Jawab Hara tapi matanya tak lepas dari ponsel.

"Liat apa sih?" Sungut Kama kesal.

"Nggak ini balesin email sebentar" Jawab Hara masih saja sibuk dengan ponselnya.

"Balesin email aja cepet, giliran balesin wa gue lama banget" Decaknya sebal.

"Mau kemana ini?" Teriak Kama mengeraskan suaranya, sengaja agar Hara terganggu.

"Ck" Hara mencebik, "olahraga malam" Jawabnya ketus.

Kata-kata Hara sontak membuat Kama menginjak rem mobilnya dengan spontan hingga membuat mereka maju ke depan.

Jika saja mereka tidak memakai seat belt, pasti dahi mereka akan segera berkenalan mesra dengan dashboard.

"Kenapa? Ada apa? Nabrak apa?" Cecar Hara panik saat mobil yang di tumpanginya berhenti mendadak. Dia segera mengedarkan pandangannya, takut-takut kalau terjadi kecelakaan lalu lintas.

"O-olahraga m-malam?" Ulang Kama tergagap.

Hara mengerutkan keningnya saat menatap Kama. Apa sebegitu membuat syok kata-kata Hara sampai-sampai harus menghentikan mobil secara mendadak begini.

"Iya!" Sungut Hara kesal, hanya demi bertanya masalah itu Kama sampai harus membahayakan nyawa mereka berdua.

"Udah buruan, ntar keburu makin malam" Nadanya naik satu oktaf, tapi kemudian Hara melanjutkan urusan dengan ponselnya.

"Olahraga malam?!?" Ulang Kama menjerit, tak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Iya ih nggak usah teriak-teriak" Sungut Hara masih saja fokus ke ponselnya.

"Mampir ke mini market dulu ya ntar, mau beli sesuatu" Lanjutnya.

Kama yang masih syok mau tak mau kembali melajukan mobilnya. Otaknya di penuhi berbagai macam pikiran.

Olahraga malam?

Olahraga apa yang malam-malam? Olahraga malam yang dia tau ya yang itu. Cuma itu dan hanya itu.

Mendadak Kama menjadi grogi, pikirannya langsung melayang ke apartemennya. Mengingat-ingat seberapa berantakannya rumahnya saat ini.

Seprei? Kapan dia terakhir kali mengganti sepreinya? Tiga hari yang lalu? Seminggu? Lalu lantainya? Kapan dia terakhir kali memvacuumnya?

Fuck off!

Kama meninju setir mobilnya. Dia tidak siap dengan ini. Rumahnya yang tidak, kalau dirinya selalu siap setiap saat.

Hotel!

Pikiran itu langsung terlintas di benaknya, dia kembali meninju setir mobilnya, tapi kali ini di iringi senyum lebar.

Kenapa tidak terpikirkan dari tadi, masih ada hotel. Yang jelas dia memutuskan tidak akan membawa Hara ke hotel milik keluarganya. Karena itu akan memperumit masalah dan dia tidak ingin kenangan tentang orang itu yang sedang berciuman di lift membuat suasana hatinya buruk.

Kama bersiul girang, perutnya di penuhi rasa yang membuncah, jantungnya bolak balik berdesir demi membayangkan akan menghabiskan malam bersama Hara.

Sekarang, langkah pertama yang harus dia lakukan adalah mencari mini market sesuai apa yang menjadi perintah Hara.

Mau tak mau dia menebak bahwa Hara pastilah akan membeli pengaman.

Kama tidak punya pengaman, karena selama ini para wanita yang selalu membawa untuknya. Senyumnya lagi-lagi melebar.

Setelah beberapa saat perjalanan, dia akhirnya menemukan mini market di pinggir jalan.

Kama membelokkan setir mobilnya dan memarkirkannya.

"Udah bae" Ucap Kama semakin antusias. Bayangan tentang menghabiskan malam bersama Hara membuat tubuhnya memanas secara otomatis.

Little K miliknya seolah sudah memanggil-manggil, ingin segera menuntut apa yang jadi tujuannya.

"Bentar lagi" Hara masih sibuk di ponselnya. Setelah beberapa menit akhirnya dia memasukkan ponselnya ke dalam tas. Selesai dengan urusan balas membalas email.

Hara mengedarkan pandangan ke sekitarnya dari dalam mobil, setelah itu dia segera keluar. Di susul Kama kemudian.

"Selamat datang, selamat berbelanja" Dua pegawai minimarket yang sedang sibuk di meja kasir meneriakkan slogan mereka, tak peduli meski antrian sedikit panjang.

Hara langsung saja menuju mesin pendingin, dia menyusuri satu demi satu minuman dan kemudian mengambil sebotol air mineral.

Kama yang mengekor di belakangnya mengernyit.

"Nanti kan bisa beli disana aja bae" Heran melihat Hara yang repot-repot membeli minuman dulu, padahal pasti ada layanan kamar.

"Mahal biasanya" Hara masih fokus ke dalam rak pendingin minuman. Memilih minuman apa lagi yang sekiranya akan menyegarkan saat di minum setelah olahraga malam selain air putih.

"Yaelah bae, selalu masalah duit" Cebik Kama, namun tak bisa berbuat apa-apa, karena sepenilaiannya, Hara adalah orang yang keras kepala dan tahan malu.

Dia bahkan tidak akan kaget jika di depan kasir nanti, Hara akan meminta split bill lagi dengannya. Dia sudah pernah mengalaminya sekali, bukan tidak mungkin ada yang kedua dan seterusnya.

Wait? Lalu nanti pembayaran kamar hotelnya bagaimana? Apa Hara juga akan meminta split bill.

Kama menggeleng frustasi, sungguh sulit menghadapi Hara.

Tapi tak ingin berpikiran apa-apa yang bisa mengurangi sensasi desiran di hatinya, Kama langsung memeluk Hara dari belakang.

"Mau beli apa lagi?" Tanyanya menyandarkan dagunya di pundak Hara, membuat Hara otomatis sedikit menelengkan kepalanya, memberi cukup ruang untuk kepala Kama.

"Apa ya yang seger-seger di minum abis olahraga malam?" Tanya Hara bingung, dia sedang berdiri di deretan minuman teh berperasa buah.

"Mmm..." Kama mengerucutkan bibirnya, ikut berpikir. Selama ini dia tidak pernah memikirkan itu, karena baginya air putih saja cukup.

"Yang bisa ngembaliin tenaga mungkin? Jadi bisa lanjut ke ronde berikutnya" Jawab Kama asal, serius tidak ada maksud tersembunyi, kalau pun nanti memang lanjut ke ronde berikutnya, itu hanya bonus.

"Iya bener juga" Hara berseri mendapat saran dari Kama.

Kemudian tangannya meraih sebotol minuman isotonik.

"Pasti kaki lemes banget kan ntar ya" Gumam Hara.

Telinga Kama semakin memerah mendengar gumaman Hara.

Kaki? Lemas? Memangnya dia berencana berapa ronde.

Kama yang gemas semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Hara.

"Bae" Suara Kama terdengar sangat manja, seperti anak kecil yang malu-malu.

"Udah yuk" Hara memukul pelan tangan Kama yang melingkari pinggangnya. "Sesak nih" Kemudian melepaskan pelukannya.

Sekarang dia berjalan menuju rak camilan. Matanya memindai setiap camilan-camilan yang ada di display.

"Camilan juga?" Tanya Kama kembali melingkarkan tangannya.

"Kenapa sih suka banget peluk-peluk, berat nih" Hara menggoyangkan pundaknya tempat Kama bersandar.

"Biarin" Kama malah membenamkan wajahnya di pundak Hara dan mengeratkan pelukannya.

"Ih" Hara berusaha melepaskan pelukannya, namun pada akhirnya menyerah. Karena semakin dia berusaha lepas, maka Kama akan semakin erat melingkarkan tangannya.

Tak ingin buang-buang energi karena harus berolahraga malam ini, dia pun membiarkan Kama dan segala tingkahnya. Lebih baik menyimpannya untuk di maksimalkan saatnya nanti.

Hara fokus memeriksa setiap kandungan gizi dan kalori dari setiap camilan yang ada. Sedangkan Kama fokus bergelayutan di belakang Hara.

"Yang itu aja bae" Kama menunjuk makanan ringan dari bahan singkong.

"Oke" Jawab Hara santai dan mengambil dua bungkus kemudian melemparkannya ke dalam keranjang yang dia bawa.

"Cuma segitu?" Kama melirik ke arah keranjang belanjaan.

"Iya nggak usah banyak-banyak, nanti olahraganya nggak bisa lama, malah keasyikan ngemil" Jawab Hara. Sedang mengingat-ingat kira-kira kebutuhan apa yang sudah habis di rumahnya. Mumpung sekalian belanja.

"Ntar dulu, mau beli tisu" Dia kemudian melepaskan pelukan Kama dan berjalan menuju ke rak yang memajang kebutuhan toiletries.

Matanya awas menelisik. Mengingat hari ini adalah malam akhir pekan, biasanya mini market ini mengadakan promo. Dia mencari promo tisu beli satu gratis satu.

"Kenapa pake tisu bae? Kan ada handuk" Lagi-lagi Kama melingkarkan tangannya di pinggang Hara.

Jika di lihat-lihat sepertinya sikap Kama seperti Ica, yang senang sekali memeluk Hara dari belakang saat Hara mengoreksi PR-nya.

"Enak pake tisu aja" Jawab Hara santai.

Kama hanya mengangguk-angguk dari balik pundaknya.

Terserah Hara, senyamannya dia, toh apapun yang di pakai Kama tak ada masalah.

"Ah ya!" Pekik Kama mengingat sesuatu.

"Sekalian kasih tau lo biasanya pake sampo apa?"

"Nggak ada disini, belinya di supermarket" Jawab Hara santai. Sembari melihat-lihat barang promo lainnya.

"Kalau parfum? Lo pake apa bae?" Selidik Kama, tekadnya semakin bulat ingin mengisi apartemennya dengan wangi Hara.

"Nggak tau, hadiah dari Nael" Hara mengedikkan bahunya santai.

Kama langsung melepaskan pelukannya. Membuat Hara bingung.

"Nggak asik lo" Kama memberengut kesal dan pergi begitu saja.

Kama tau dia tidak seharusnya kesal mendengar Hara menyebut Nael, toh mereka memang pernah berhubungan, jadi wajar saja jika Hara masih menyimpan satu atau mungkin dua barang sisa peninggalan Nael dulu.

Tapi serius? Biasanya para cewek akan langsung menyingkirkan barang-barang yang membuat mereka teringat mantan.

"Kesel banget" Sungutnya kesal, kembali ke arah cooler untuk mencari minuman dingin.

"Mau sekalian pulsanya kak?" Suara petugas Kasir itu membuat Kama menoleh, Hara sudah ada di depan, bersiap membayar.

Kama yang masih kesal mengabaikannya, toh mereka akan split bill juga, jadi dia tidak perlu pergi kesana untuk mempermalukan dirinya sendiri.

"Ini juga" Hara terlihat mengambil sesuatu dari sebelah meja kasir dan kemudian mengulurkannya untuk sekalian di masukkan dalam belanjaan.

"Rasa stoberi ya kak" Tanya petugas itu memastikan.

Kama mengernyit penasaran. Apa yang di beli Hara dengan rasa stroberi di meja dekat kasir. Bukankah rak makanan ada di sebelah sini, di dekatnya.

Jangan-jangan...

Telinga Kama kembali memerah saat dia membayangkan apa yang di beli Hara. Dengan asal dia mengambil minuman berperasa dan kemudian pergi menyusul Hara di meja kasir.

"Jadi beli apa aja bae?" Kama berusaha terdengar santai.

"Bukan apa-apa" Jawab Hara datar.

"Ini struk belanjaannya ya kak, terima kasih" Hara menerima uluran struk dan langsung memasukkannya ke dalam kantong belanjaan.

"Saya tunggu di mobil ya pak" Pamitnya pada Kama dan kemudian pergi.

Kama yang masih malu-malu itu hanya mengangguk kikuk. Dia menyodorkan sebotol minuman dinginnya ke arah kasir.

"Ini aja kak?" Tanya petugas kasir memastikan.

"Hm" Kama mengangguk, matanya melirik deretan barang-barang yang di display dekat meja kasir yang berasa stroberi.

Dan itu dia, berkotak-kotak pengaman dengan rasa stroberi ada di sana. Telinga Kama semakin memerah mendapati kenyataan tersebut.

"Totalnya..." Kasir yang belum menyelesaikan ucapannya itu langsung di potong Kama dengan selembar uang dua puluh ribuan.

"Nggak pake kembalian" Ujarnya cepat meraih botol minumannya dan bergegas keluar.

Hati Kama semakin berdesir tak karuan. Kini mereka hanya perlu pergi ke hotel karena semua perlengkapan sudah siap.

"Udah kan bae?" Tanya Kama memastikan.

"Iya" Hara mengangguk dan kemudian Kama melajukan mobilnya.

Perasaan bahagianya membuncah tak karuan.

...****************...

"Siap Pak?" Tanya Hara memastikan. Dirinya sedang melakukan pemanasan saat ini.

"Tauk!" Sungut Kama kesal, dirinya sedang berdiri menghadap Hara yang sibuk meregangkan badannya. Memutar-mutar kaki dan tangannya.

"Tadi semangat banget, sekarang malah marah-marah" Gumam Hara bingung melihat Kama yang mendadak bad mood.

"Nggak ikutan gue!" Kama berbalik badan dan pergi meninggalkan Hara sendirian di track lari yang ada di gelora.

Siapa yang mengira bahwa olahraga malam yang di maksud Hara adalah benar-benar olahraga malam, seperti lari atau jalan-jalan di track gelora.

Dan apa pula ini, sejak kapan gelora menjadi ramai di malam hari oleh orang-orang yang juga berolahraga.

Kama bersungut-sungut, memilih kembali ke tribun, tempat Hara meletakkan kantong kresek berisi persiapan yang dia beli di minimarket tadi.

"Olahraga malam apaan?!" Decaknya sebal, menopang dagunya dengan kedua kaki yang di naikkan ke atas tempat duduk tribun yang ada di bawahnya. Mengawasi Hara dari atas sana.

Drrtt...Drrtt...

Rio calling...

Dengan malas dia menjawab panggilan dari sahabatnya itu.

"Paan?!" Damprat Rio ketus.

"Lo kemana sih, pergi nggak pamit" Suara musik yang memekakkan telinga terdengar cukup keras dari ponsel Kama, membuatnya harus menjauhkan ponsel tersebut dari telinganya.

"Olahraga malam!" Sungut Kama malas.

"Hah? Apa? Kerasan dikit, nggak kedengaran" Rio berteriak-teriak.

Semakin membuat mood Kama rusak, dia memutuskan sambungan teleponnya.

"Anjir banget lah" Dengan kasar Kama kembali memasukkan ponselnya ke saku celana.

Dia kembali memandangi Hara yang sedang berlari mengelilingi lapangan gelora layaknya atlet maraton tersebut. Kemudian menghela napas untuk sekadar merilekskan bahunya yang tegang.

"Sumpah dia tuh nggak peka banget jadi cewek" Gumam Kama pelan.

Hara sedang berlari sembari mendengarkan musik dari earphone, rambut kuncir kudanya bergoyang ke kanan dan ke kiri seiring dengan laju larinya. Terlihat sangat bersungguh-sungguh di banding kebanyakan orang sekitarnya yang hanya berjalan-jalan santai sambil mengobrol dan tertawa-tawa.

"Pantas aja bajunya begitu" Decak Kama kesal karena baru menyadari kenyataan.

Dia sempat terhipnotis sejenak melihat Hara dalam balutan gaun tidurnya, hingga dia tidak memperhatikan bahwa Hara telah berganti pakaian menjadi celana training serta jaket olahraga dan lengkap dengan running shoes-nya saat akan berangkat tadi.

Kama kira itu karena dia kedinginan, makanya berpakaian seperti itu. Ternyata memang sedari awal tujuannya adalah untuk lari.

"Cewek nggak peka gitu bisa punya pacar?" Gumam Kama lagi, menerka-nerka bagaimana gaya pacaran Hara dengan kekasihnya dulu, apakah mereka juga sepertinya yang split bill? Atau apakah mereka juga berpelukan sepertinya? Atau bahkan lebih dari sekedar itu? Ciuman? Di mana? Pipi, kening, atau bibir?

Semua pikiran-pikiran itu membuat Kama kesal, dia mengusak rambutnya dengan kasar.

"Kesel banget deh gue!!" Teriaknya lantang.

Membuat beberapa orang yang juga duduk-duduk tak jauh darinya terhenyak kaget dan menoleh ke arahnya dengan alis bertaut.

Orang gila kali

1
ArianiDesy
😍😍😍😍😍😍😍😍...
Hari ini adem ayem pak Kama nya
ArianiDesy
Ya...ya.....rebut aja Nael nya biar Hara dan pak Kama aja yang bersama..
pindah kos aja deh, biar nggak ngabisin tenaga ketemu org seperti Edward dan bapak kos,sok ngatur
Risa Amanta
si Kama udah kena sumpahan korban2nya
Risa Amanta
maaf .. Nis..kmu Islam gk
ArianiDesy
Semangat pak Kama ngejar Hara nya 😁😁😁😁😁....
oh,Nisa naksir sama Nael ya🤔🤔🤔
Risa Amanta
klo jadi Hara..mending gk usah pilih keduanya..masih banyak kok laki2 di dunia ini..yg tentunya baik
ArianiDesy
Masalah keyakinan emng sensitif sih ya,,,
ArianiDesy
Si Nael aneh banget dah🙄🙄...
nggak sabar nih nungguin kelanjutan mereka di pos security 😁😁😁😁😁
Risa Amanta
Egois bgt
Risa Amanta
Kamu knp sih Nael
ArianiDesy
Semangat Hara🥰🥰🥰🥰🥰🥰
ArianiDesy
wkwkwkwk.....
Sudah ku duga olahraga malam, olahraga yang sesungguhnya 🤣🤣🤣🤣...
puas banget lihat pak Kama di kerjain Hara😂😂😂😂
ArianiDesy
bisa rindu juga ya pak Kama😁😁😁
ArianiDesy
Aku pikir bakalan sayang-sayangan sama Pak Polici 😁😁😁😁😁
betters
exciting bingits nunggu upnya
ArianiDesy
Aku pikir Kama mw nyusulin Hara ke kos-an nya 😁😁😁😁
ArianiDesy
Buat Neil jgn balikan lagi sama Hara deh,kan kamu yg buang Hara,,,
kasih kesempatan sama Kama dong,buat taklukkin Hara😁😁
ArianiDesy
O.o.... apakah bakalan bucin duluan ini pak Kama😁😁😁😁
ArianiDesy
ohhh,ini toh tugas negara nya😁😁😁...
menjaga pujaan hati jangan sampai di bawa lari cowok lain🤣🤣🤣
ArianiDesy
wkwkwkwkwk.....
Nggak kuat aku lihat Kama tersiksa sama Hara🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!