Novel ini udah revisinya kalau masih ada kesalahan kata harap maklum🤗
Bismillahirohmanirohim.
Jihan gadis yang sudah dikhianati oleh sahabat sekaligus orang yang sangat dia cintai di hari-hari yang masih berduka di keluarganya.
Bahkan setelah pernikahan sahabat dan mantanya, Jihan sering mendapatkan sindiran dari orang-orang sekitar.
Sampai dia memutuskan pergi dari kampungnya untuk mecari kerja di kota.
Siapa sangka dia akan bertemu dengan seorang anak perempuan jenius yang akan dia asuh.
penasaran sama ceritanya yuk kepoin kisah Jihan, hanya di Noveltoon!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#Caca vs Elsa
Bismillahirohmanirohim.
"Aku punya ide." Nafisa tersenyum licik.
Setengah jam lagi makan malam tiba Nafisa berniat memgerjai Elsa, Nafisa tau Elsa belum pulang.
"Emang enek pasti akan ada tontonan seru.Tapi sekarang lebih baik aku carai mbak Jihan dulu." Putusnya.
Nafisa segera keluar dari kamarnya, tujuan utamanya saat ini memcari keberadaan Jihan, Nafisa memiliki kejutan untuk Elsa.
"Bi mbak Jihan mana ya?" tanya Nafisa pada pekerja di kediaman keluarga Amran.
"Ada di kamarnya Nafisa."
"Makasih bi."
Nafisa segera meleset pergi, "Mbak Jihan!" teriaknya sampai di depan kamar Jihan.
Jihan yang masih di dalam kamar sampai mengelus dadanya sendiri, mendengar teriakan dari Nafisa.
"Astagfirullah, Nafisa!"
Buru-buru Jihan menghampiri Nafisa, sebelum bocah itu teriak semakin kencang.
"Ada apa?" tanya Jihan saat dia melihat Nafisa sudah berdiri di depan pintu kamarnya.
Sebuah senyum yang terbit di bibir Nafisa membuat Jihan menatap curiga pada bocah tengik itu.
'Bakal ada yang nggak beres nih.' Batin Jihan curiga.
Curiga pada Nafisa, tapi Jihan tidak dapat mengetahui apa yang akan dilakukan oleh Nafisa susah sekali menebak anak itu.
"Mbak Jihan aku mau mbak Jihan anter ketemu mbak Elsa."
'Nahkan bener.'
"Mau apa? Jangan macem-macem ya Nafisa."
"Nggak mbak Jihan, mbak Jihan tenang aja Nafisa nggak bakal macem-macem, mau ketemu calon bunda Nafisa aja, habisnya mbak Jihan nggak mau jadi bunda Nafisa." Terangnya.
Deg!
'Ya Allah, ada apa ini? Kok sakit ya, sakit tak berdarah, rasanya lebih sakit dari pada dikhianati yang di kampung.' Batin Jihan lagi-lagi hanya bicara di dalam benaknya saja.
Sebisa mungkin Jihan bersikap biasa saja, dia tak tau kenapa hatinya terasa sesak mendengar perkataan Nafisa barusan.
"Sudah ayo mbak Jihan antar, sebentar lagi makan malam, tapi ingat jangan macam-macam."
"Iya mbak Jihan."
Jihan membawa Nafisa ke ruang tengah Elsa memang masih disitu bersama Radit, nenek Rifa dan Ayu. Ayu sebenarnya malas, tapi dipaksa oleh nenek Rifa, dia tak bisa berbuat apa-apa akhirnya menurut saja.
"Nafisa sini sayang." Suruh nenek Rifa.
"Siap nek!" jawabannya antusias.
Tatapan Jihan tak lepas dari bocah 6 tahun itu, kecuriganya pada Nafisa semakin besar saja, Jihan yakin sekali jika sebentar lagi akan terjadi sesuatu pada Elsa, tapi Jihan sendiri tidak tau apa.
"Hai mbak Elsa." Sapa Nafisa pura-pura ramah.
Bukan hanya Jihan yang mulai menatap curiga Nafisa, tapi semua orang.
"Nafisa, aku sedari tadi nungguin kamu." Ucap Elsa, sebisa mungkin dia memasang senyum manis untuk Nafisa.
"Benarkah?"
"Tentu saja Nafisa."
"Baiklah mbak Elsa tumben kesini, mau ketemu Nafisa atau siapa?"
"Nafisa dong jelas, mbak Elsa mau menjadi calon bunda yang baik untuk kamu."
"Oke kalau begitu bisa ikut Nafisa sebentar, mbak Elsa kan calon bunda Nafisa."
"Tentu saja ayo."
Semua orang hanya bisa terdiam melihat interaksi Nafisa yang aneh.
"Mbak Jihan disini saja, Nafisa hanya memberikan hadiah untuk calon bunda Nafisa, jadi tidak ada yang boleh ikut."
"Baiklah." Ucap Jihan patuh, walaupun di dalam hatinya Jihan sudah merasa ketar-ketir.
Untuk Elsa dia merasa bahagia sekali, dia kira sudah diterima baik oleh keluarga Amran dan tak lama lagi akan menjadi nyonya di rumah itu. Tidak ada yang tau jika bocah itu sedang tersenyum licik di dalam benaknya, dia sudah tertawa kencang, senang sekali Nafisa mendapatkan maian baru.
"Ayo mbak Elsa."
Nafisa membawa Elsa ke tempat caca ternyata, "Caca I came with a new toy.'
Nafisa tertawa jahat, hahahah.
"Nafisa kita mau kemana?" tanya Elsa mulai was-was.
Sudah sedikit sadar jika ada yang tidak beres, "Mbak Elsa tenang saja kita hanya akan bertemu caca."
"Oke." Sedikit merasa lega kala mendengar nama caca disebut.
Tapi Elsa tidak tau kalau caca adalah seekor harimau putih yang sudah tumbuh semakin besar dan galak, hahahah.
"Caca, aku membawa teman baru." Teriak Nafisa.
Saat itu juga Elsa tau caca yang dimaksud adalah seekor harimau.
Deg!
'Boca sialan.' Maki Elsa.
Elsa berusaha melepaskan tangannya dari Nafisa namun gagal, Nafisa lebih dulu mendorong Elsa masuk ke dalam jebakan.
"Takut-takuti saja dia." Bisik Nafisa pada Caca.
Nafisa sengaja membawa Elsa malam hari kekandang caca, jika malam hari harimau itu tidak seberapa aktif.
"Kejar dia caca!" perintah Nafisan.
Melihat harimau putih itu semakin mendekat Elsa segera berlari sekencang mungkin.
"Argh! Tidak jangan lakukan itu boca nakal!" jerit Elsa.
"Hahahaha, terus caca, jangan biarkan dia lolos." Teriak Nafisa senang.
Nafisa puas sekali tertawa, caca terus saja mengejar Elsa, sampai rupa wanita itu tak karuan lagi.
Setengah jam berlalu, akhirnya Nafisa sudah puas dan caca juga sudah sangat lemah.
"Bagaimana mbak Elsa seru tidak?" Nafisa tersenyum licik.
"Kamu!" Elsa mencubit kuat perut Nafisa.
"Auu...Hiks...! Sakit...hiks....!" Nafisa lagsung menangis mendapat sebuah cubitan keras dari Elsa.
Yakinlah Elsa bukan hanya sekadar mencubit, tapi cubitan itu dia pelintir sangat kuat.
"Makanya jangan ngelawan sama saya!" Elsa menatap tajam Nafisa.
Jihan yang mendengar Nafisa menangis segera menghampiri Nafisa, begitu juga dengan Ayu.
"Nafisa kenapa?" tanya Jihan khawatir.
Nafisa langsung berlari kepelukan mbak Jihan, "Hiks! Sakit mbak Jihan."
Ayu menatap tajam Elsa, "Lo apain keponakan gue?"
"Nggak kok Ayu, cuman salah paham doang aku nggak ngapa-ngapain Nafisa."
"Cih." Ayu tidak akan pernah tertipu oleh akting Elsa.
"Kak Ayu, Maaf semunya disuruh makan malam kata bapak." Ucap seorang pekerja.
"Iya bi." Sahut Ayu, dia segera mengajak Nafisa dan Jihan pergi, tak peduli dengan Elsa.
Tanpa Elsa sadari saat dia mencubit Nafisa tadi, Nafis sudah meletakkan 2 kodok di dalam tas Elsa, menggukan wadah transparan.
Nafisa menangis memang karena cubitan yang diberikan Elsa sakit, tapi hatinya tertawa puas.
'Kejutan.' Batin Nafisa.
Malam ini Elsa benar-benar makan malam bersama keluarga Amran.
"Ayu kenyang." ucap Ayu dia tak berselera makan sama sekali melihat Elsa yang tidak tau malu.
Dengan mudahnya perempuan itu mencari perhatian dari semua orang, apalagi pada Radit.
"Mbak Jihan aku juga kenyang." Nafisa kembali mode dingin.
Kakek Amran sedari tadi diam tak berkomentar, cukup tau kalau keluarganya tidak ada yang menyukai Elsa.
"Radit sudah hampir malam, anter Elsa pulang."
"Baik ma."
Setelah berpamitan pada nenek Rifa dan kakek Amran, Elsa akhirnya pulang.
Sampai diapartemennya Elsa langsung membuka tasnya, untung mengambil hp miliknya.
Radit sudah pulang lebih dulu.
"Argh! Kodok!" teriak Elsa.
"Tolong kodok!" dan Elsa ingat jika ini ulah Nafisa. "Bocah sialan!" teriak Elsa.
2 kodok loncat keluar dari tasnya. 2 kodok itu menjadi penghuni apartemen Elsa.
Di kamar Nafisa.
Habis menangis boca itu tertawa terbahak-bahak sendiri di kamar.
"Hahahaha!"
banyak kata yg typo, banyak kata yg tidak sesuai maksud dan penempatannya...