Memendam rasa dalam diam pada sahabat masa kecil. Cinta yang bertepuk sebelah tangan, Rachel mencintai Farel sejak kecil. Tapi Farel tidak mencintai Rachel dan menganggap Rachel hanya sebagai sahabat aja.
Yuk Bagaimana Kisah cinta mereka, Apakah status Sahabat bisa menjadi seorang kekasih? Sedangkan Ada Luna yang hadir di tengah-tengah mereka, dan Farel mencintai Luna.
Akankah Rachel mendapatkan cinta Farel?
Jangan Lupa Like Comment setelah membaca yah 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30
"Fa-Farel gue."
Dan Farel benar-benar melepaskan genggaman tangannya. Tepat seperti prediksi Rachel. Meski sudah bisa menebak tapi tetap saja sakit. Gapapa Rachel kamu bisa pulang sendiri.
"FAREL AKU MAU KE RUMAH SAKIT." teriak Luna lagi.
Rachel melangkah maju namun Farel menahan pundaknya, menarik mendekat hingga tubuhnya benar-benar menempel pada Farel.
"Lebih aman begini, biar ngga ada lagi motor yang nyerempet Lo."
Rachel mendongak begitu juga Farek menoleh sehingga mata mereka bertemu. Dari sorot mata itu seolah mengatakan 'Jangan Khawatir, aku akan selalu memihakmu.'
"Ayo pulang!."
Rachel menganguk dan merapatkan rangkulan tubuhnya pada rangkulan hangat Farel. Farel terus berjalan tanpa menoleh ke belakang. Padahal Luna terus berteriak memanggil namanya.
Rachel bingung kenapa Farel lebih memilih dirinya dari pada Luna.
Apa karena Rachel sangat mengenaskan sampai Farel merasa kasihan?.
"FAREL, FAREL, FAREL KENAPA KE SANA? AKU DI SINI!." Luna berusaha mengejar Farel tapi Hendrawan menahannya.
"Luna kamu mau kemana? Kamu lah ke mobil! Kamu harus segera ke rumah sakit. Luka kamu harus segera di obati."
"Farel, aku mau Farel Om!"
Motor Farel yang membonceng Rachel lewat tepat di depan Luna dan Hendrawan.
Hati Luna mencelos. Selama ini Farel selalu ada untuknya. Sekali saja dia memanggil namanya Farel akan segera datang. Tapi sudah beberapa kali Luna berteriak tapi Farel mengabaikannya.
Luna benci di abaikan, di abaikan itu rasanya sakit sekali. Padahal dia yang terluka tapi kenapa Farel lebih memilih mengantarkan Rachel?.
"Farel." lirih Luna dengan mata berkaca-kaca.
"Luna jangan menangis Nak. Ayo kita masuk ke dalam mobil!."
Karena di sini banyak orang dan banyak yahg melirik mereka. Hendrawan segera menyuruh Luna untuk masuk ke dalam mobil agar mereka tidak menjadi tontonan orang lain.
"Kenapa menangis? lutut kamu sakit banget yah?, Sabar yah sebentar lagi kita sampai di rumah sakit." ucap Hendrawan dengan lembut setelah mrlajukan mobil meninggalkan parkiran.
"Bukan Om, bukan lutut ku yang sakit tapi hati ku yang sakit. Farel meninggalkan aku padahal aku sangat membutuhkannya."
"Ck pasti Rachel yang merengek dan meminta Farel mengantarnya Farel. Anak itu benar-benar... Aish. Rachel benar-benar tidak tahu balas budi padahal kamu sudah menyelamatkan nyawanya. Bukan ikut mengantar ke rumah sakit malah pulang sama Farel. Kamu tenang saja nanti Om marahin Rachel di rumah. Om tidak pernah mengajari Rachel menjadi anak yang egois tapi entah kenapa Rachel tumbuh jadi orang yang begitu egois dan tidak peka dengan lingkungan sekitar. Padahal kamu sahabatnya bisa-bisanya Rachel tidak peduli kepadamu."
"Jangan Om." Luna menggeleng. "Rachel nggak salah, Rachel nggak minta buat di tolongin. Aku sendiri yang berinisiatif ingin menolong Rachel. Jangan marahin atau menegur Rachel sedikitpun. Kalau sampai Rachel sedih, aku ngga mau ngomong sama Om lagi."
"Kenapa sih kamu begitu menyanyangi Rachel?."
"Karena Rachel adalah sahabatku. Sejak kecil sampai sekarang kami selalu bersama. Rachel satu-satu nya sahabat perempuan yang tidak pernah meninggalkanku dalam keadaan apapun. Pokoknya aku sayang Rachel, jadi jangan marahin Rachel yah!."
Hendrawan menghebuskan nafas kasar.
"Ya udah Om ngga akan marahin Rachel. Tapi sekarang kamu fokus pada luka kamu dan jangan terlalu banyak pikiran. Dan soal Farel, Om akan bicara sama dia dan minta dia datang ke rumah sakit dan menemani kamu. Lagian kenapa sih Farel bukannya Farel itu pacar kamu? kenapa dia lebih mementingkan Rachel?."
"Bukan pacar Om, tapi lebih ke tahap serius."
"Ya sama aja. Awas aja kalau Farel sampai php'in kamu Om gantung lehernya."
Luna tersenyum mendengar candaan Hendrawan. Ah bahagia sekali. Luna bahagia sekali di perhatikan Hendrawan seperti ini. Perhatian manis yang ia dambakan dari Ayahnya yang selama ini tidak pernah ia dapatkan. Tapi Tuhan begitu baik menghadirkan sosok Hendrawsn dalam hidupnya.
***
Sesampainya di bassment parkiran apartement. Farel mematikan mesin motor. Tidak langsung turun melainkan diam sesaat sampai Rachel merasa lebih baik.
Sepanjang perjalanan tadi, Farel menarik tangan Rachel agar memeluk perutnya. Farel pun hanya berkendara dengan satu tangan, satu tangannya menggenggam tangan Rachel. Dan sekarang Rachel masih menyadarkan kepala di punggungnya.
"Apa dia ketiduran?." gumam Farel.
"Rachel!." Farel mengusap lututnya dengan lembut. "Rachel Hei, bangun!, sudah sampai."
Mendengar panggilan samar-samar itu, perlahan Rachel membuka mata.
"Farel."
"Iya, gue di sini. Kita sudah sampai Apartement. Ayo turun!."
Rachel mengerjabkan mata berkali-kali untuk memulihkan kesadaran sepenuhnya. Lalu turun dari motor sambil berpegangan pada bahu Farel, sementara Farel memegang siku Rachel agar sahabat tersayang nya tidak jatuh.
"Pelan-pelan aja."
Setelah Rachel turun, Farel juga turun dari motor. Melepas helm nya sendiri lalu membantu Rachel melepas helm. Saat Farel sibuk melepas pengait helm, Rachel sibuk memandang wajah tampannya. Sampai detik ini Rachel masih bertanya-tanya kenapa Farel lebih memilihnya daripada Luna.
"Kenapa natap gue begitu?."
"Lo kelihatan ganteng kalau lagi nggak jahil."
Farel tersenyum samar, "Gue mau dalam keadaan apapun juga ganteng. Lagi tidur aja ganteng."
"Narsisnya."
"Bukan kata gue, tapi kata Mamah. Kalau mau protes, protes aja sama Mama."
"Kalau gitu kata Mama. Gue juga cantik." Rachel tertawa menertawakan dirinya sendiri karena ikut-ikutan narsis gara-gara Farel.
"Tambah satu lagi. Kata gue, lo juga cantik."
Rachel berdecih,
"Lo cantik kalau ngga nangis. Gue nggak suka lo nangis soalnya kalau lo nangis, muka lo jelek kayak tikus kejepit. Hahaaa."
"Farel!."
Farel terkekeh, "Ya udah Ayo, itu buat gue aja."
Rachel menatap dua kantong plastik besar berisi makanan yang dia beli di street food tadi. Rencananya mau dia berikan untuk mamahnya tapi Rachel ingat mamahnya sedang diet dan mengurangi makan-makanan berkolesterol tinggi. Lebih baik dia berikan kepada Farel saja.
"Kayaknya enak sini." Farel ingin mengambil kantong plastik itu tapi Rachel menjauhkannya.
"Nggak gratis dong. Bayar!"
"Oke. Nanti gue bayar, tapi gue bayar pake ciuman. Ciuman di bibir."
"FAREL."
Farel tertawa. Senang sekali mendengar teriakan Rachel. Meskipun teriakannya memekikkan telinga, tapi Farel menyukainya. Farel lebih suka Rachel teriak marah-marah, memukul dan memakainya daripada diam dan menangis.
"Bercanda Rachel. Ya udah nanti gue ganti pakai uang. Sini gue yang bawa."
Farel mengambil kantong plastik dengan tangan kirinya sementara tangan kanan nya menggenggam tangan Rachel.
"Harus di gandeng, biar ngga di serempet motor." Farel mengedipkan mata di barengi dengan seringai tengil.
Rachel berdecih, "Disini nggak seramai di street food tadi. Di sini juga nggak ada motor yang ngebut-ngebutan tadi. Jadi nggak usah modus gandengan tangan gini. Nanti kalau tiba-tiba Luna muncul terus lihat li gandeng tangan gue. Luna bisa salah paham dan marah sama lo. Emang lo mau marahan sama calon pacar Lo itu?."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
seruuu habiz
Romantisnya kurang greget thorr
trs juga masih pengen kelanjutn crita dari Tian-Rani Rana pasti seruu Dypta sma Rendi juga Kasih Jodohlah thorr
giliran dia yg dsakiti mrasa jd korban paling sadis,
giliran nyakitin org lain, mah biasa" aja