Berkisah mengenai Misha seorang istri yang baru saja melahirkan anaknya namun sayangnya anak yang baru lahir secara prematur itu tak selamat. Radit, suami Misha terlibat dalam lingkaran peredaran obat terlarang dan diburu oleh polisi. Demi pengorbanan atas nama seorang istri ia rela dipenjara menggantikan Radit. 7 tahun berlalu dan Misha bebas setelah mendapat remisi ia mencari Radit namun rupanya Radit sudah pindah ke Jakarta. Misha menyusul namun di sana ia malah menemukan sesuatu yang menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbagi Itu Indah
Senin pagi di ruko baru Warung Bahagia terasa begitu hidup. Pintu kaca yang lebar terbuka, menyambut cahaya mentari dan derap langkah para pembeli. Sejak pindah, warung Pak Raharjo menjadi buah bibir. Banyak pelanggan baru datang, penasaran dengan kisah viral yang melatarinya. Mereka tak hanya datang karena cerita, tapi juga karena masakan yang memang terkenal lezat.
Di balik meja kasir, Pak Raharjo tersenyum bahagia. "Misha, kamu lihat? Sepertinya kita harus menambah karyawan," katanya, suaranya dipenuhi rasa syukur.
Misha, yang sedang mengelap meja, mengangguk. "Iya, Pak. Saya dan Bu Lastri kewalahan melayani."
Bu Lastri, yang baru saja keluar dari dapur, ikut bergabung. "Benar, Pak. Tadi saja ada beberapa pesanan yang sedikit terlambat karena kami kekurangan orang."
Pak Raharjo menghela napas. "Baiklah, Bapak akan cari karyawan baru. Kita butuh setidaknya dua orang lagi untuk membantu di bagian depan dan dapur."
Saat mereka sedang berdiskusi, seorang pria muda datang. Ia membawa kamera besar dan sebuah tripod. Pria itu adalah seorang food vlogger yang terkenal. Ia berjalan lurus ke arah meja kasir dan tersenyum ramah.
"Selamat pagi, Pak. Saya datang ke sini untuk me-review masakan Bapak," katanya. "Saya sudah sering mendengar tentang Warung Bahagia. Saya penasaran, apakah masakan Bapak seenak ceritanya."
Pak Raharjo tersenyum. "Silakan, Nak. Masakan Bapak memang enak."
Vlogger itu tertawa. Ia mengambil kamera, lalu mulai merekam. "Halo, teman-teman! Hari ini, kita ada di Warung Bahagia! Warung yang viral karena kisah inspiratif pemiliknya. Saya penasaran, apakah masakan di sini juga seenak ceritanya? Mari kita coba!"
Vlogger itu memesan beberapa menu andalan: nasi goreng, ayam goreng, dan sate. Ia mencicipi setiap hidangan dengan mata berbinar-binar, lalu memberikan komentar yang jujur dan tulus.
"Wah, teman-teman! Nasi gorengnya enak sekali! Rasanya pas, bumbunya meresap sampai ke dalam," katanya. "Dan ayam gorengnya! Kriuk di luar, tapi lembut di dalam! Rasanya benar-benar juara!"
Misha, Pak Raharjo, dan Bu Lastri hanya bisa tersenyum. Mereka senang, masakan mereka diapresiasi.
Setelah vlogger itu selesai, ia mendekati Pak Raharjo. "Pak, masakan Bapak benar-benar enak. Saya tidak ragu untuk merekomendasikan warung ini kepada semua follower saya."
"Terima kasih banyak, Nak," kata Pak Raharjo. "Semoga masakan Bapak bisa disukai banyak orang."
****
Video vlogger itu menjadi viral dalam semalam. Jutaan orang menontonnya, dan Warung Bahagia menjadi semakin terkenal. Sejak itu, warung Pak Raharjo tidak pernah sepi. Banyak pelanggan baru datang dari berbagai daerah, penasaran dengan masakan yang disebut-sebut "juara" itu.
Pak Raharjo akhirnya memutuskan untuk merekrut dua karyawan baru: seorang juru masak dan seorang pelayan. Kedua karyawan baru itu adalah anak-anak muda yang giat dan bersemangat. Mereka membantu Pak Raharjo, Bu Lastri, dan Misha dengan cekatan. Warung Bahagia kini menjadi sebuah tim yang solid.
Di tengah kesibukan, Rendy datang. Ia tersenyum melihat warung itu begitu ramai. Ia melihat Misha yang kini terlihat sangat bahagia.
"Misha, saya senang melihat Anda bahagia," bisik Rendy, suaranya lembut.
Misha menoleh, lalu tersenyum. "Terima kasih, Pak. Ini semua berkat Bapak."
"Bukan berkat saya, Misha," jawab Rendy. "Ini berkat kerja keras Anda, Pak Raharjo, dan Bu Lastri. Dan juga berkat kebaikan hati Anda."
Rendy tahu, ia tidak akan pernah bisa memiliki Misha. Misha adalah wanita yang sangat berharga, dan Rendy tidak pantas untuknya. Namun, ia tidak peduli. Baginya, melihat Misha bahagia sudah lebih dari cukup. Ia tahu, ia akan selalu ada untuk Misha, sebagai teman, sebagai keluarga, dan sebagai pelindung.
Dan Misha, yang kini sudah mendapatkan kembali hidupnya, hanya bisa bersyukur. Ia tahu, perjuangannya belum selesai. Namun, ia tidak lagi sendirian. Ia memiliki orang-orang baik di sisinya. Ia tahu, ia akan baik-baik saja.
****
Matahari pagi bersinar cerah, seolah ikut menyambut niat baik Pak Raharjo dan Misha. Hari ini, sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yang melimpah, mereka berencana membagikan 100 kotak makanan gratis ke panti asuhan. Di dapur Warung Bahagia, aroma lezat sudah tercium. Misha, Bu Lastri, dan dua karyawan baru sibuk memasak dan mengemas hidangan ke dalam kotak-kotak.
"Misha, kamu yakin mau bawa 100 kotak?" tanya Bu Lastri. "Ini berat sekali."
Misha tersenyum. "Tidak apa-apa, Bu. Kita bawa mobil."
Pak Raharjo mengawasi, wajahnya berseri-seri. "Alhamdulillah, akhirnya niat kita bisa terwujud," ucapnya. "Sudah lama Bapak ingin melakukan ini."
Setelah semua kotak makanan selesai dikemas, mereka memuatnya ke dalam mobil. Misha, Pak Raharjo, dan Bu Lastri berangkat. Mereka menuju sebuah panti asuhan yang tidak jauh dari warung mereka. Hati mereka terasa hangat. Mereka tidak bisa membayangkan betapa bahagianya anak-anak di sana nanti.
Tiba di panti asuhan, mereka disambut oleh seorang pengurus panti. "Assalamualaikum, Pak Raharjo, Misha," sapa pengurus itu, ramah.
"Waalaikumsalam," jawab Pak Raharjo. "Kami datang untuk membagikan makanan, Bu."
"Ya ampun! Terima kasih banyak, Pak! Masha Allah," kata pengurus itu, terharu.
Misha, Pak Raharjo, dan Bu Lastri dengan sigap menurunkan kotak-kotak makanan. Anak-anak panti asuhan keluar, wajah mereka menunjukkan rasa penasaran. Mereka melihat Misha, lalu melihat kotak-kotak makanan yang dibawa.
"Kakak, ini untuk kita?" tanya seorang anak kecil, suaranya polos.
Misha tersenyum. "Iya, Sayang. Ini untuk kalian semua."
Mata anak itu berbinar-binar. Ia bertepuk tangan, diikuti oleh anak-anak yang lain. Mereka semua bersorak gembira.
****
Setelah semua kotak makanan dibagikan, mereka semua berkumpul. Acara doa dimulai, dipimpin oleh seorang ustaz panti asuhan. Misha, Pak Raharjo, dan Bu Lastri duduk di barisan depan. Mereka menunduk, mengamini setiap doa yang dipanjatkan.
"Ya Allah... terima kasih atas rezeki yang telah Engkau berikan kepada hamba-Mu. Engkau telah memberikan mereka kebahagiaan, dan kini, mereka membaginya kepada kami. Lindungilah mereka, dan berikanlah mereka kebahagiaan yang berlipat ganda," doa ustaz, suaranya bergetar.
Misha tidak bisa lagi menahan air matanya. Ia menangis, membiarkan dirinya tenggelam dalam rasa syukur. Ia tidak menyangka, ia akan mendapatkan kebahagiaan sebesar ini. Ia tidak menyangka, ia akan menemukan orang-orang baik yang mau membantunya.
Setelah doa selesai, acara makan bersama pun dimulai. Anak-anak panti asuhan terlihat sangat bahagia. Mereka makan dengan lahap. Tawa dan canda memenuhi ruangan. Pemandangan itu membuat hati Misha, Pak Raharjo, dan Bu Lastri terasa hangat.
Seorang anak kecil datang menghampiri Misha. "Kakak... terima kasih ya. Masakannya enak sekali," katanya, suaranya polos.
Misha tersenyum. "Sama-sama, Sayang. Sering-sering main ke warung Kakak, ya."
Anak itu mengangguk. Ia memeluk Misha erat, lalu kembali ke tempatnya. Hati Misha terasa sangat lega. Semua penderitaannya kini terbayar lunas. Ia tahu, ia telah melakukan hal yang benar. Ia tahu, ia telah menemukan kebahagiaan yang selama ini ia cari.
Setelah selesai makan, mereka semua berkumpul. Mereka berfoto bersama. Senyum terpancar dari wajah setiap orang. Foto itu, bagi Misha, adalah bukti bahwa kebahagiaan itu ada. Kebahagiaan itu bisa ia rasakan, dan ia bisa membaginya kepada orang lain.